Prolog

54 3 0
                                    


Hujan turun deras di kota Tokyo. Seluruh jalan basah oleh air hujan. Seorang gadis berumur 23 tahun sedang berjalan dengan jas hujan berwarna hijau muda dan kedua tangannya membawa 2 bingkisan plastik putih. Dia berjalan menyusuri jalan raya hingga sampai di sebuah rumah yang depannya banyak sekali bunga-bunga dan tumbuhan-tumbuhan yang cantik.

"Iwaki... buka pintunya" kata seorang gadis itu.

"Iwaki...iwaki....iwaki...."

"iya, sebentar," pintu pun terbuka dan Nampak seorang remaja berumur 15 tahun sedang berdiri di pintu.

"Kenapa lama sekali, Kak?" kata Iwaki.

"Maaf, hujannya sangat deras. Kamu pasti sudah lapar, ya?"

"Nggak apa-apa. Cepat masuk, Ibu sudah nunggu Kakak di dapur." Dua saudara itu pun masuk kedalam rumah.

"Tsuki, kenapa lama sekali?" Tanya Ibu.

"Maaf, Bu. Hujannya deras sekali. Ya udah, ayo kita masak sebelum Iwaki lapar." Tsuki pun mengeluarkan beberapa makanan cepat saji seperti mie instant dan beberapa roti. Dia segera masak air panas dan menggoreng beberapa sosis dan cornet. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan masakan. Tsuki langsung menghidangkan makanan di meja makan.

"Tok....tok...tok....." suara ketukan pintu.

"Iwaki, buka pintu. Mungkin itu Ayah." Iwaki pun langsung menuju pintu.

Beberapa menit berlalu, Iwaki belum kembali. Tsuki pun penasaran dan akhirnya dia mencari Iwaki yang dari tadi belum kembali.

"Ibu, Iwaki nggak ada." Kata Tsuki dengan rasa cemas.

"Di mana dia?" batin Ibu.

"Jangan-jangan dia mau bercanda. Dasar anak jail. Awas saja kalau ketemu."

Mungkin sudah 15 menit berlalu. Tapi tidak ada apa-apa. Hingga "Doorrr.....doooorrr....dooorrrr" terdengar suara tembakan dari luar pintu. Tsuki dan Ibu pun kaget bercamapur takut. Pintu pun akhirnya terbuka dan tiba-tiba tubuh Iwaki yang berlumuran darah tergeletak di depan mereka berdua. Di saat yang sama, beberapa orang berpakaian hitam masuk ke dalam dengan membawa pistol di tangan mereka.

Jantung berdetak sangat keras, keringat dingin mulai bercucuran. Suasana benar-benar mencekam dan menakutkan. Tak ada badai tak ada hujan, serasa mereka sudah berada di ujung kematian.

"Apa yang kalian inginkan?" Tanya Ibu.

Salah seorang pria berwajah cina membuka kantong hitam dan mengeluarkan isinya, yang ternyata adalah kepala. "Ini adalah kepala Kaniki Nagasaki. Dia sudah kami bantai dan penggal kepalanya. Kami datang ke sini hanya ingin mengambil disk yang disimpan di rumah ini. Apakah kalian tahu?" pria itu melemparkan kepala Kaniki ke depan mereka berdua.

Tsuki yang tak percaya melihat kejadian itu langsung menangis sejadi-jadinya. Butiran-butiran hangat itu berhamburan membasahi pipi. "Apa yang kau lakukan pada ayahku?"

"Kami sudah tidak ada urusan lagi dengannya. Kami ingin disk itu? Katakan, di mana?!" kata pria berwajah cina.

"Kami tidak tahu apa-apa tentang disk yang kalian maksud. Pergilah dari tempat ini, kami nggak tahu apa-apa tentang itu." Kata Ibu.

"Buukkk..." salah satu dari mereka menendang Ibu hingga tersungkur. Nampak darah menetes dari pelipis dan mulut. Ibu benar-benar terlihat kesakitan. Di sisi lain Tsuki tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia gemetar ketakutan berada di kondisi seperti ini.

"Okelah, kalau tidak ada yang mengaku, maka kau perempuan tua akan ku bunuh duluan setelah itu si gadis muda." Si pria cina sudah menodong pistolnya bersiap untuk menembak. Jreettt... lampu rumah tiba-tiba mati. Ternyata Ibu yang mematikannya lewat tombol kecil yang ada di bawah sofa.

"Tsuki, cepat larilah lewat belakang. Dan bawa disk ini baik-baik. Semua rahasia mereka ada di dalam ini. Kau harus bawa ini jauh-jauh. Cepat, jangan buang waktumu." Bisik Ibu.

"Tapi, Ibu bagaimana?"

"Aku akan mengulur mereka."

Tsuki pun langsung lari lewat belakang. Dia terus berlari dan terus berlari dengan rasa sedih, marah, takut bercampur aduk di dalam dirinya. Pipinya telah basah oleh air mata dibarengi dengan senggukan.

"Duaarrr......" suara ledakan dari rumah Tsuki. Nampak api berkobar di dalam rumahnya. Entah apa yang sedang terjadi, yang jelas ibunya ada di dalam rumah itu. Hatinya pun berguncang lebih parah. Dia berlari dan terus berlari untuk menyelematkan dirinya dan disk yang diberikan ibunya.

***

Satu minggu kemudian.......

Suara sirine mobil polisi memenuhi pantai di dekat pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta. Orang-orang berkumpul melihat tubuh seorang gadis sekitar 20 tahunan tergeletak di pesisir pantai. Tubuhnya nampak terluka parah ditandai dengan darah yang keluar dari lengan, kaki, dan pelipisnya. Tim evakuasi juga berusaha mengeluarkan air dari tubuhnya yang mungkin tertelan ketika tenggelam di laut. Sepertinya masih hidup. Gadis itu lalu di masukkan ke dalam mobil ambulan.

Terdengar suara motor Ninja melewati kerumunan itu. Sosok pria berjaket kulit hitam itu membuka kaca helmnya, "Ada apa, Pak?"

"Ada gadis yang terdampar di pantai. Sepertinya dia jatuh dari kapal atau tenggelam gara-gara berenang." Jawab salah satu penduduk.

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia sih masih hidup. Tapi keadaannya tidak bagus. Lukanya sangat parah sekali."

"Oh, begitu." Pria itu langsung pergi meninggalkan kerumunan.


ShiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang