5. Tertipu

6 0 0
                                    



Shira sedang duduk di depan rumah dengan beberapa cemilan di atas meja. Dia nampak sedang memikirkan sesuatu. Seperti sedang melamun. Tsuki yang melihat itu jadi ingin mendekatinya. "Ngelamun?"

"Eh, enggak kok. Kamu ngapain di sini?"

"Nggak ngapa-ngapain. Cuma ingin duduk di sini saja."

"Udah mandi?"

"Sudahlah. Kamu?"

"Nggak usalah. Udara di sini dingin sekali. Aku malas mandi."

"Oh, begitu."

"Tsuki, aku ingin tanya, kalau kau sedang merindukan seseorang, apa yang biasanya kau lakukan?"

"Aku biasanya menemuinya."

"Kalau tidak mungkin menemuinya?"

"Kalau tidak, ya, paling Cuma bisa berharap agar dipertemukan dengan dia. Emangnya Kak Shira sedang merindukan siapa?"

"Orang yang telah lama pergi dari hidupku. Makanya aku ke sini adalah karena ingin bertemu dengannya. Namun mimpiku itu sepertinya omong kosong. Ku tak pernah sekalipun mampu mendeteksi jejaknya. Seakan dia hantu yang tak bisa terlacak."

"Jadi begitu. Ya, aku juga rindu dengan keluargaku. Mereka adalah orang-orang yang ku cinta. Tak ku sangka kini tinggal aku sendiri saja yang masih hidup."

"Ya, sabarlah. Hidup itu memang sulit untuk ditebak."

***

Seorang pria berwajah Cina sedang berbincang dengan seorang pria berwajah Eropa. "Aku sudah tahu caranya agar bisa menemukan keberadaan disk itu."

"Bagaimana caranya? Orang gadis itu sudah pergi meninggalkan rumah yang kemarin dia tempati."ucapa pira Cina.

"Ya, aku sudah memeriksa rumah itu. Dan aku dapatkan sebuah barang berguna. Yaitu buku diary. Yang kedua, aku tahu pria yang sedangn melindungi anak Nagasaki itu. Kau mungkin akan kaget mendengarnya. Dia adalah Si Pirang."

"Apa?? Bukankah dia sudah mati?"

"Tidak. Dia masih hidup. Dia pindah ke Indonesia karena suatu urusan. Selama ini dia telah sembunyi. Dan kini dia akan terpaksa keluar lagi."

"Sepertinya akan terjadi sesuatu yang menarik, nih. Memang Si Pirang itu bukan orang biasa. Aku akan sedikit bermain di sini. Hahahahahaha......"

***

Tiba-tiba HP Shira berbunyi. Nampak kaget dengan foto gadis yang terikat di kursi dengan mulut dibungkan dan rambut yang aut-autan. Ditambah darah yang keluara dari pelipisnya. Shira nampak geram sekali melihat hal itu. "Sepertinya aku harus kembali ke Jakarta."

"Kenapa?" tanya Tsuki.

"Mereka telah mendapatkan Maryam."

"Siapa dia?"

"Dialah alasanku berada di sini. Kalian di sini saja. Jangan ikut campur masalah ini. Bisa runyam nanti kalau berhubungan dengan para mafia seperti mereka. Mereka itu seperti srigala. Buas dan tak ada ampun. Sekali mencium mangsa, maka akan dikejar sampai dapat. Tidak Cuma itu, mangsa harus mati walaupun tidak dimanakan."

"Kamu pergi sendirian?"

"Iya aku mau berangkat sendirian. Kalau bisa kirim salam ke Kakek Aruna dan Adi." Shira langsung berangkat dengan membawa tas ranselnya.

Tak butuh waktu lama untuk ke Jakarta. Hanya butuh beberapa jam saja, dia sudah berada di rumahnya. Ketika dia masuk, ternyata sudah acak-acakan seperti kapal pecah. Barang-barang semua sudah dihancurkan. Dan satu hal yang dia temukan, sebuah buku harian yang terbuka di atas meja. Dia pun sangat menyesalinya. Kenapa gara-gara buku ini, Maryam jadi ikut dalam masalah? Dia benar-benar geram. Di sampingnya ada secarik kertas yang bertuliskan:

"Kalau kau ingin wanitatercintamu selamat, cepat datang ke Kampung Cina dengan membawa disk keluarga Nagasaki."

Shir Benar-benar yakin kalau yang menyandera Maryam adalah para gengster itu. Dia mengepalkan tangan degan sangat kuat. Bisa-bisanya dia yang selama ini tidak bisa menemukan Maryam, malah mereka yang bisa menemukannya duluan. Sekali akan bertemu, malah dalam permasalahan.

Malam itu, Shira berangkat dengan mengenakan jaket merah menembus angin malam menuju kediaman para musuh. Dia tidak biasa menggunakan senjata api, tapi dia selalu menggunakan senjata tradisional, Katana. Kalau orang bilang kuno, yang memang kuno. Dia memang kuno di zaman yang sangat modern ini. semua orang memakai mesin untuk melakukan apapun. Keculai dia.

Dia parkirkan motornya di depan sebuah rumah besar yang memiliki pagar dan ada anjing yang sedang menggonggong ke arahnya sekarang. Beberapa orang keluar dari rumah itu untuk melihat keadaan. Salah satu dari mereka malah membukakkan gerbang untuk Shira. Diapun masuk ke rumah besar tersebut. Banyak orang di dalam termasuk Ochan yang lama tak bertemu dengan Shira. Dia memperhatikan sekitar sepertinya ada yang aneh.

"Si Pirang, akhirnya kau datang juga. Selamat datang di kandang macan. Sudah lama sekali tidak berjumpa. Ku kira kau sudah mati. Tapi ternyata masih hidup, ya. Orang hebat."

"Ochan, jangan buang-buang waktu, di mana Maryam?"

"Ternyata benar, kau mencari Maryam. Orang yang sudah membuatmu jatuh cinta. Orang yang telah membuatmu datang ke Indonesia. Meninggalkan masa lalumu yang kelam dan penuh dengan kebusukan."

"AKu tidak ada urusan untuk membahas soal itu. Aku ke sini hanya untuk menjemputnya."

"Ya, aku tahu itu. Tapi apakah kau sudah membawa barang yang ku maksud?"

"Tentu saja. Akau tidak ingin berurusan lagi dengan kalian. Aku ingin meninggalkan dunia gelap ini. Aku serahkan disknya, aku bawa Maryam. Oke?"

"Hemm... baiklah." Beberapa anak buah Ochan membawa Maryam yang sudah terikan dengan mulut tersumpal kain putih yang membuatnya tidak bisa berbicara. Shira sangat senang sekali bisa melihat Maryam untuk ke sekian kali. Namun di sisi lain dia juga sedih melihat orang yang di cintainya tersakiti.

"Kita mulai." Shira melemparkan disk yang sejak tadi dia genggam di tangannya. Maryam pun dia ambil dan segera pergi meninggalkan tempat itu.

Shira memembonceng Maryam dengan motornya dengan cepat dan kencang. Namun terlihat beberapa orang di belakang mereka ada dua motor yang mengejar. Mereka juga sangat kencang. Shira yang melihat itu jadi khawatir. Dia pun menambah kecepatan. Tapi masalahnya dia membawa senjata api. Beberapa kali mereka membakkan pistol ke mereka berdua. Namun Shira bisa menghindari semua tembakan itu.

Shira mencari jalan yang paling rumit untuk dilalui. Dengan begitu, dia bisa lari dari lawan. Beberapa saat kemudian, dia bisa menghilang dari jejak para penjahat itu. Kemungkinan besar mereka adalah anggota Ochan. Shira meresa tenang akan hal itu. Dia berpikir untuk pergi ke rumah kakek Aruna di Bogor.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang