2. Sadar

18 2 0
                                    



Angin berdesir cukup kencang sampai menyapu debu-debu di jalanan. Nampak beberapa orang berjalan dengan gagahnya menerpa desiran angin. Berpakaian gelap dan sangar. Mereka berjalan dengan cepat dan penuh dengan kengerian. 7 orang itu masuk ke rumah sakit, entah dengan tujuan apa, yang jelas sepertinya tujuan mereka tidak baik.

Mereka berjalan menuju sebuah kamar yang ada di lantai 2. Mereka terus berjalan sambil melihat satu persatu nama dan nomor ruangan, hingga sampailah pada kamar Mawar No. 1. Ya, kamar Adi dirawat dan istirahat. Salah satu dari mereka membuka pintu. Yang ada di dalam hanyalah Adi yang ternyata sudah bangun dan kakek Aruna yang sedang sarapan pagi.

"Sepertinya kalian salah kamar." Ketujuh orang itu langsung mengeluarkan pisau lipat dari balik jaket dan maskuk ke dalam.

Di tempat yang lain, tepatnya di rumah Shira, nampak dua orang sedang sarapan makanan khas Jepang dengan susu murni. Shira dan Tsuki seperti nampak serius dan berada dalam tekanan. Ya, kejadian kemarin membuat mereka jadi berpikir untuk menghentikan geng-geng yang siap membunuh mereka.

"Aku tak tahu apakah tempat tinggal kita sekarang sudah diketahui mereka atau tidak. Yang jelas tidak butuh waktu lama untuk menemukan keberadaan kita. Yang jelas, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukan keberadaan kita."

"Jadi, apa rencana kita sekarang, shira?" Tanya Tsuki yang terlihat sangat khawatir.

"Entahlah, aku juga masih bingung."

Tiba-tiba suara hp berdering, "Kriiinnngggg..."

"Hallo."

"Temanmu sekarang telah didatangi oleh 7 orang. Aku tidak menjamin keselamatan mereka. Tapi kalau kau memberikan disk itu, aku akan menjamin mereka tidak akan apa-apa." Tuuuttt..tuuuttt...tuuuttt...

Mendengar hal itu, Shira langsung mengganti baju dan bersiap menuju rumah sakit. Dia khawatir akan terjadi sesuatu pada Adi. "Kita harus pergi sekarang!"

"Ada apa, Shira?"

"Mereka telah menyerang Adi di rumah sakit yang kemarin kau dirawat."

Shira membonceng Tsuki menuju rumah sakit dengan motor Ninja hitam dan sangat kencang. Tak butuh waktu lama untuk bisa sampai di tujuan. Mereka langsung lari terbirit-birit mencari kamar di mana Adi dirawat. Kamar Mawar 1. Dia buka pintu, dan ternyata tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Shira sangat cemas sekali melihat temannya tidak ada di sana.

Shira menuju meja informasi menemui seorang pekerja di situ. "Mbak, penghuni kamar Mawar 1 ke mana, ya?"

"Kamar Mawar 1? Sudah pergi, Mas. Baru beberapa menit yang lalu."

"Memangnya sudah sembuh, ya?"

"Menurut keterangan dokter, ya, sudah sembuh."

Dia pun mengambil HP dan mencari nomor kontak Adi. Tuuutt... tuuuttt... tuuuttt.. tidak bisa dihubungi. Berlanjut ke kontak Kakek Aruna. Tuutt..tuuutt.tuuu.. tidak bisa juga. Apa yang terjadi dengan mereka? Tidak ada di rumah sakit juga tidak bisa dihubungi. Shira dan Tsuki semakin cemas dan khawatir.

Shira pun mengamati ruangan. Dia melihat goresan di beberapa tempat seperti ranjang dan dinding. Dia juga merasakan ada yang salah dengan engsel pintu, agak goyah. Lalu ada beberapa bercak darah di lantai. Seperti detektif saja, dia mengamati kamar dengan teliti sekali.

"Tsuki, ayo kita pergi!" perintah Shira. Mereka berdua lari menuju tempat parkir. Dengan cepat Shira membawa gadis polos itu tanpa penjelasan dan keterangan. Tsuki pun bingung dengan apa yang dilakukan oleh partnernya tersebut.

ShiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang