Epilog

23 7 0
                                    

Rikhsyah --aku tetap menyebutnya Sanjayit-- membawa pulang biola kristal. Ia sempat mendapatkan interogasi dari petinggi Hindische, apalagi kepulangannya dikawal beberapa prajurit khusus Javadip. Namun ia berhasil meyakinkan petinggi klan Violin bahwa niatnya demi kebaikan Hindische dan klan Violin sendiri.

Setelah melalui persidangan, Sanjayit dibebaskan dari tuduhan mencuri biola kristal. Bahkan pimpinan sekte Putih menganggapnya sebagai Raja Diraja karena berani membawa dan menyimpan biola kristal selama itu.

Sanjayit tidak menjelaskan bahwa biola kristal hanyalah alat musik biasa, tidak memiliki kekuatan seperti yang dianggap selama ini. Tujuannya agar masih ada alat pemersatu bagi klan Violin dan demi perdamaian. Aku yang ikut mendampinginya hanya senyum-senyum ketika ia berlagak takut menyentuh biola tersebut saat menyerahkannya kepada hakim ketua dalam persidangan tersebut.

Seminggu setelahnya, dengan dukungan Raja Hindische, klan Violin mengadakan ritual pengembalian biola kristal ke dalam gua. Sanjayit ditunjuk untuk membawanya. Aku terus mendampinginya, berada satu kereta dengannya. Sebelum mencapai mulut gua, tiba-tiba hujan turun deras.

Sebuah petir menyambar kereta yang kami tumpangi. Kuda terkapar, kereta miring ke kiri. Kotak berisi biola terlempar, tutupnya terbuka, membuat semua isinya keluar. Sanjayit sigap. Ia meraih biola kristal, sebelum kotaknya tertimpa badan kereta. Biola aman dalam genggamannya. Ia terus berlari sekuat tenaga mencapai gua agar biola kristal tidak basah.

Semua mata memandang takjub. Mereka terperangah melihat Sanjayit membawa biola kristal dengan tangan telanjang. Aku mendengar orang-orang berseru menggunakan bahasa Britanica. Meski tidak paham artinya, aku yakin mereka kagum dengan keberanian Sanjayit.

Raja dan ketua klan Violin langsung bersujud di kaki Sanjayit, diikuti semua yang ada di tempat itu. Aku melakukan hal yang sama, agar tidak menimbulkan masalah.

Saat itu juga, secara aklamasi, Sanjayit dikukuhkan sebagai Raja Diraja. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin aku mencampuri urusan mereka. Hanya saja aku merasa gelisah. Aku tidak tahu bagaimana nanti menjelaskan kepada Viola saat tahu ayahnya tidak bisa kembali lagi ke Javadip.

Kegelisahanku terobati ketika Sanjayit mengatakan bahwa ia akan menyerukan perdamaian menyeluruh. Sambutan pertama ketika ia dinobatkan sebagai Raja Diraja adalah ia menyatakan perdamaian dengan semua negara, terutama dengan Javadip. Raja Hindische dan petinggi klan Violin pun tak berani membantah.

Aku pulang diantar para petinggi Hindische dan pimpinan klan Violin. Mereka membuat kesepakatan perdamaian dengan Javadip. Beberapa poin penting mereka sepakati:

1  Hindische dan Javadip menjadi negara sahabat. Kedua negara akan menghormati kepercayaan masing-masing.
2. Rakyat Javadip diperbolehkan memainkan biola dan memproduksinya secara masal.
3. Javadip membuka pintu bagi pengikut klan Violin untuk tinggal di Javadip.

Kembalinya Sanjayit ke Hindische membuat Javadip kehilangan master pembuat biola. Maka sayembara pun diadakan kembali. Viola menjadi satu-satunya peserta. Maka ia dinobatkan sebagai pemenang.

Aku dan Haiva memulai lembaran baru. Kami memaafkan kesalahan masing-masing. Namun perihal hubunganku dengan Viola yang sudah diketahui istriku membuatku serba salah. Aku memang tidak akan mengkhianati keluarga, hanya saja sampai detik ini aku masih menyimpan perasaan cinta kepada Viola.

Aku dan Viola menjaga sikap masing-masing, meskipun berkomitmen untuk tidak menjaga jarak. Demi kebaikan semua, kami berkomunikasi secara wajar. Biarlah waktu yang akan menjawab apa yang terbaik untukku, Haiva, dan Viola.

***
Selesai

Biola Kristal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang