Reyna berdiri merapihkan buku-buku yang ada di atas meja, meletakkan kembali ke rak buku. Perpustakaan sedang sepi saat itu. Hanya ada beberapa siswa-siswi yang sedang membaca buku di meja-meja yang tersedia. Reyna sangat suka suasana sepi perpustakaan. Begitu damai. Ia melangkahkan kaki dan memandang ke luar jendela. Pertandingan basket antar junior dan senior sedang berlangsung.
Reyna mendesah pelan dan melirik jam tangan. Sebentar lagi waktunya pulang. Tiba-tiba lagu Menghapus Jejakmu terdengar nyaring. Terperanjat, Reyna buru-buru mengeluarkan ponselnya. "Hallo?" bisiknya. Wajahnya terasa panas ketika ia melihat beberapa siswa menoleh ke arahnya. Ia cepat-cepat meninggalkan perpustakaan menuju taman belakang.
"Reyna."
Mendengar suara Naira di ujung sana, Reyna langsung memperlambat langkah karena kaget. "Apa yang lu bilang tadi?"
"Riko lagi nyari lu, dia bilang mau nembak lu. Posisi lu di mana sekarang?" tanya Naira. "Lu nggak masalahkan kalau jadian sama dia?"
Otomatis Reyna menatap buku yang dipegangnya seketika jatuh ke bawah. Bukannya iya mau, tapi itu di luar keinginannya. Terlalu cepat menemukan seseorang yang akan mengisi ruang hatinya.
"Mmm... masalah banget, lu jangan main-main dech. Gue serius belum bisa nerima siapa pun?"
"Udah terima aja dulu, nanti kita bahas tentang Riko. Sekarang lu di mana sih?"
Reyna tidak butuh waktu lama untuk menjawab. "Di taman belakang perpustakaan."
***
Angker.
Kata itulah yang tersemat di benak siswa SMA Nusantara. Taman belakang perpustakaan bukanlah taman biasa, taman itu banyak penghuninya. Selain itu banyak kejadian aneh bagi siapa pun yang menghabiskan waktu istirahat atau hanya sekedar main di taman. Tidak banyak siswa yang selamat, biasanya mereka akan kemasukan setelah berseliwer dari sana.
Tapi ternyata Reyna tidak ada di perpustakaan. Menurut salah satu siswa yang ada di perpustakaan mengatakan bahwa Reyna baru saja keluar dari perpustakaan. Riko melirik jam tangan. Kalau begitu ia akan menemuinya di kelas.
Riko melihat Reyna berada di taman perpustakaan. Jendela ini terlalu mengawasi siapa pun yang berada di luar ruangan. Gadis itu sedang menyelesaikan tugas kimia, pastinya. Kemungkinan besar aku bisa sampai menemuinya dan membuat pertanyaan mengenai perasaanku.
"Reyna!"
Gadis itu menoreh ke arah belakang dan melihat Riko sudah duduk di sampingnya. "Riko." Reyna terlihat terkejut dengan kehadiran Riko secara tiba-tiba.
"Lu ngapain ke sini?"
"Ada yang pengen gue omongin sama lu?" katanya. "Lu kok sendirian aja sih?" tanyanya.
"Hmm.. iya lagi butuh waktu fokus buat nyelesaiin buku ini." kataku, menunjukkan buku kimia.
"Emang tugasnya sulit ya?"
"Lumayan sih, jadi pengen cepat selesai aja. Malas kalau ngerjainnya di kosan, nanti tambah bingung." kataku yang tersenyum lebar. Aku harap dia tidak merasa curiga bahwa aku masih bersama Daniel.
"Rey, sebenarnya ada yang pengen gue omongin sama lu,"
"Mau ngomong apa sih?"
"Tapi nanti lu jawab jujur yach,"
"Iya."
"Kalau gue suka sama lu, lu bakal terima gue nggak jadi pacar lu?" Riko berhasil membuat kata-kata terdengar pasih di ucapkan tanpa ada kendala sedikit pun, sayangnya aku tidak menampilkan wajah terkejut seperti kedatangannya.
"Tapi gue belum bisa jamin, gue nggak beneran suka. Karena gue belum bisa nerima siapa pun,"
"Emang lu udah punya cowok? setau gue, lu sendirian aja."
"Iya, gue pengen sendiri aja. Bukan berarti harus punya kan? Lagian gue mau fokus dulu sama tugas sekolah. Lagian sebelum lu masuk sekolah ini, lu udah populer. Jadi, bisa di katakan lu punya banyak fans. Salah satu dari mereka pasti ada yang naksir sama lu?"
"Siapa? Lu kan yang sama-sama naksir sama gue."
"Bukan, lu pasti tau kok?"
"Tapi Rey, gue sukanya sama lu?" Riko menyentuh tangan Reyna. "Lu mau kan jadi pacar gue, se-enggak-nya jadi cewek paling deket,"
"Gue nggak bisa Rik, gue pengen sendiri. Bukannya gue nggak mau deket sama lu, tapi gue belum bisa putusin kalau gue bisa dekat dengan siapa pun."
"Aneh lu,"
Benar juga. Riko belum banyak tau tentang Reyna. Mungkinkah Reyna akan menjadi cinta pertamanya di masa putih abu-abu? Tapi gadis itu terus menolak atas pernyataannya dengan alasan "aneh" bahwa dirinya ingin sendiri, tidak mau terlibat dengan siapa pun menjadi dekat. Hal ini juga menjadi sesuatu yang berbeda dari kebanyakan siswi SMA Nusantara. Biasa mereka akan mencari ke populeran dengan siapa pun yang bisa di dekatinya, terkecuali Reyna. Gadis ini bersikukuh dengan prinsipnya.
Dia memang bisa di katakan cantik walaupun tidak pas-pasan, wajah naturalnya sangat menghangatkan siapa pun yang ingin memerhatikannya. Ada getaran hati menghangat seketika, kita tidak perlu membicarakan banyak hal. Karena berada dekat dengannya akan terasa hangat dan nyaman. Oleh karenanya, aku menyukainya sejak satu kelompok ketika masa orientasi siswa baru. Reyna menjadi cewek yang pertama kali aku taksir.
Sayangnya aku tidak mengetahui alasan yang sebenarnya, dia menolak atas pernyataanku. Aku ingin jawaban yang lebih logis dari Reyna. Gadis itu sudah membuatku uring-uringan selama permainan basket di mulai. Dia meninggalkan lapangan saat di mana aku belum mencetak satu point. Melenggos begitu saja, sekali pun Naira sebagai sahabat dekatnya mencegah dan memintanya untuk kembali menonton pertandingan. Tapi gadis itu tetap pergi, "Ada apa dengannya? Aku ingin tahu sebenarnya mengapa? Apa aku salah membalas senyumannya?"
***
Seharusnya kalian tidak banyak tahu tentangku! karena tidak ada satupun rahasia yang bisa aku sembunyikan. Aku tidak bisa menghadapi siapa pun yang ingin dekat denganku. Aku tidak bisa menerima siapa pun, karena aku ingin sendiri. Ada banyak hal yang harus aku urusi seorang diri. Perncarianku baru saja di mulai, jangan melangkah atas kehendakmu? Ini hanya tentang waktu yang sedang aku putar bahwa penglihatanku tentang masa yang akan datang tidak akan melukai.
Sampai hari ini aku masih membenci duniaku yang terasa nyata, tapi terlihat berbeda dari penglihatan kalian. Aku tidak bisa menjamin suatu kecelakaan maupun suatu hal buruk terjadi, karena aku tidak memiliki kendali sedikit pun untuk mencegahnya. Deja vu-ku terus terulang di tiap hari. Seperti kejadian di atas, semua terjadi begitu cepat. Dan aku tidak bisa mencegah apa pun, sekali itu adalah permintaan yang tulus dari Riko.
Aku belum bisa menerima kenyataan terbaik maupun selebihnya karena aku masih bingung dengan siapa diriku? Gejolak ini tumbuh seiring waktu, dia tidak mengenal kondisi maupun keadaanku yang siap atau belum siap menerima kenyataan baru. Aku Reyna gadis Nila dengan kelebihan dua dimensi yang lain.
YOU ARE READING
Nila The Time
ParanormalSalah satu pengalaman yang tidak terlupakan. Hal ini sering terjadi karena Deja vu selalu menghadirkan peristiwa lama terulang kembali. Dari Kathreyna Alana Pathma dan Royland Daniel, aku menemukan dimensi yang tiada batas ku lalui. Memecah suatu te...