+9

410 64 12
                                    

i ' m t i r e d.

"Tapi, bun—"

"Gak boleh nolak, anak durhaka."

"Aku kan lagi di sekolah, bun."

"Terus? Maksud kamu sekolah lebih penting dari orang tuamu sendiri, hah?! Bunda tuh capek-capek ngandung 9 bulan, ngurus kamu, terus—"

"Oke, oke. Aku kesana sekarang."

"Aduh~ Makasih anak bunda tersayang. Makin cinta deh. Love you."

"Hmm. Aku juga."

tut.

Hyunjin ngehela nafasnya pelan, sambil mijet keningnya. Bundanya nyuruh dia buat nyamperin bundanya, gara-gara sang ibunda tertjinta mager jalan buat beli makanan.

Plis deh, jaman udah modern; ada delivery. Kadang suka greget sama bundanya.

"Untung aku sayang bunda."

Dia ngambil tasnya, terus keluar kelas, "Hhh... Kenapa gue iya-iya aja sih?" Hyunjin niatnya mau izin ke guru piket, "Alesannya apa ya?"

"Hyun–"

"Gue cabut ye. Kalo entar gue ditanyain, bilang gek gue lagi ngapain. Ku percayakan pada kalian, prajuritku."

Hyunjin nengok ke sumber suara, chaewon mau cabut?

Entah ada dorongan apa, kaki Hyunjin gerak gitu aja ngikutin Chaewon. Dan tanpa alasan, kedua sudut bibir Hyunjin ketarik ke atas.

Yang Hyunjin gak tau; Heejin natap punggungnya yang makin jauh, "Hyunjin?"

i ' m t i r e d.

fix, gue udah gak waras

Pas Chaewon tiba-tiba nengok ke belakang, Hyunjin rasanya pengen nabok diri dia sendiri. Kenapa? Soalnya dia ngumpet di belakang tong sampah. Kan keliatannya kayak orang tolol.

ini gue seriusan ngikutin dia?

Di dalem hati sih ngomongnya gitu, tapi tetep aja dianya jalan terus ngikutin Chaewon. Hyunjin berhenti beberapa langkah di belakang Chaewon pas cewek itu ngelempar tasnya ke luar pager. Dan pas Chaewon lompat, lagi-lagi tubuhnya gak kompromi sama akalnya.

"Chaewon."

Hyunjin nampar-nampar mulutnya pelan, tololkan bangke, kenapa manggil sih?

Chaewon nengok terus melotot, "Hyunjin?!"

GUBRAK

Chaewon yang tadinya gelantungan di tembok pager, seketika jatoh ke tanah.

"Fuck."

tadi pose gue gak banget ah, mau nangis aja aku

Hyunjin buru-buru nyamperin Chaewon yang lagi ngerapalin sumpah serapah sambil ngebersihin bajunya.

"Lo, ekhem, gak papa?"

Chaewon natap Hyunjin, "Yah, gitulah. Lo kenapa di sini?"

Hyunjin garuk-garuk pelipisnya, bingung, kok gak kayak biasanya?

"Gue– itu, mau–"

Chaewon ngeliat tas di bahu Hyunjin, "Cabut?"

Hyunjin ngangguk-ngangguk kecil, gue kenapa jadi panik gini.

Hyunjin ngulurin tangannya ke Chaewon yang masih duduk di tanah. Otomatis Chaewon senyum lebar sambil nyambut tangan Hyunjin, "Aw~ Look at our hands, cocok banget gak sih?"

Hyunjin diem aja, tapi dia ngerasa lega, ini chaewon yang gue tau.

"Terus, lo ngikutin gue?"

"Iya. Tadi gue denger, lo mau cabut."

"Cie~ Ngupingin aku." Chaewon meluk diri dia, sok malu-malu gitu. Tapi akhirnya malu beneran pas ngeliat Hyunjin diem aja.

Abis itu dia ngelirik tembok tinggi di sebelah mereka, "Lo bisa lompat ke situ gak?"

Hyunjin ikutan ngelirik temboknya, tingginya kira-kira tiga seperempat kalinya tinggi dia. Terus dia ngangkat bahunya, "Gak tau deh."

Selesai Hyunjin ngomong itu, Chaewon lompat terus duduk di atas tembok itu. Chaewon ngulurin tangannya sambil senyum kecil, "Sini, gue bantuin."

Hyunjin nunduk, berusaha ngilangin senyumnya yang lagi-lagi muncul tanpa alesan. Abis itu, dia ngeraih tangan Chaewon.

i ' m t i r e d.

let's just pretend that she is chaewon🧚‍♀️👼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

let's just pretend that she is chaewon🧚‍♀️👼

to reach you; chaewon x hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang