DW 2

60 2 0
                                    


Zea dan juga hanif sedang berada di sebuah restoran terkenal dikota tersebut, Zea dengan senyum mengembang diwajahnya dan hanif dengan wajah tegas berkarisma andalannya. Hari ini mereka akan bertemu dengan sosok gadis yang sering Zea banggakan dan membicarakan lebih lanjut pernikahan konyol yang Zea inginkan

"Hai ze. Sorry gue telat" ucap seorang gadis yang menghampiri Zea dan hanif, Zea langsung bangkit dari duduknya dengan senyum mengembang di wajahnya

"Ayra akhirnya lo datang" balas Zea kemudian kedua perempuan tersebut berpelukan

"Apa kabar?" Tanya Zea kemudian melepas pelukan keduanya. Gadis yang dipanggil ayra duduk dihadapan Zea dan hanif

"Gue kabar baik, lo sendiri?" Tanya ayra dengan senyum tipis sangat tipis bahkan hanif ragu mengatakan itu sebuah senyuman. Sedangkan Hanif, ia merasa familiar  seperti pernah melihat wajah gadis itu, tapi ia lupa. Dan ia berusaha menepis berfikir jika itu hanya perasaannya saja

"Kita juga baik. Oiya ra kenalin ini suami gue namanya mas hanif dan mas kenalin ini ayra sahabat terbaik aku" ucap Zea sambil menoleh kearah ayra dan ke arah hanif.

Hanif mengulurkan tangannya yang dibalas oleh ayra.

"Hanif"

"Ayra"

Ujar keduanya dengan kaku

"Oiya ra, mas hanif udah setuju sama pernikahan kalian" ungkap Zea yang membuat ayra menaikkan sebelah alisnya

"Benarkah?" Tanya ayra memastikan. Hanif hanya mengangguk samar di seberang sama.

"Baiklah kalo kalian udah setuju. tapi ze gue mau pastikan sekali lagi, apa lo yakin mau bagi suami sama gue?" Tanya ayra memastikan yang dibalas anggukan yakin dari zea. Hanif benar-benar dibuat terdiam oleh sikap istrinya apa yang merasuki Zea?

"Kalo hanif bagaimana? Apa lo yakin sama keputusan ini?" Tanya ayra ingin memastikan pada seorang pria yang nantinya akan menjadi suami nya

"Sebenarnya sih gue gak...."

"Yakin kok. Mas hanif senang banget malahan" potong Zea ketika menangkap kalimat yang tak ingin didengar olehnya terucap di bibir hanif

"Baiklah berarti semuanya hampir selesai, tinggal persiapan pernikahan dan pertemuan antar keluarga saja" ucap ayra.
"Ah iya satu lagi. Gue mau bilang kalo ini pernikahan bertempo yang tak terikat selamanya" sambung ayra

"Ah gue hampir lupa. Berapa tempo yang lo mau ra?" Tanya Zea

Hanif hanya bisa terdiam dengan emosi yang mati-matian ia tahan, demi apapun itu, ia merasa seperti di lelang atau yang lebih kejam ia seperti diperjual belikan.

Hanif hanya mampu menyimak tanpa berniat angkat suara. Cinta memang membuat orang menjadi bodoh, ia rela menjadi bodoh hanya untuk Zea istri yang ia cintai

"Hanya 8 bulan saja" balas ayra yang entah kenapa membuat sedikit kelegaan dimata hanif. Ia jadi tidak susah-susah menduakan Zea terlalu lama

"Baiklah deal" balas Zea sambil menjabat tangan.

Ketiganya telah menyetujui meski ada satu pihak yang terpaksa. Yah hanif terpaksa disini meski tidak seperti pertama kali. Jika dilihat-lihat, gadis yang nanti akan menjadi istri keduanya sangat cantik dan juga memiliki aura pemikat tapi hanif tidak akan mau jatuh ke dalam pesona itu. Namun yang jadi pertanyaan, kenapa harus hanif yang gadis itu inginkan padahal hanif yakin banyak diluaran sana pria yang mau dengan gadis itu.
Mencurigakan adalah satu kata yang bersemanyam di benak hanif sekarang

"Permisi bu" tiba-tiba datang seorang gadis yang menghampiri ketiganya.

"Ada apa?" Tanya ayra dengan suara yang dingin

"Satu jam lagi ada pemotretan, kita harus segera kesana untuk persiapan keperluan anda" jelas gadis itu sambil menunduk sopan.

"Baik kau segera persiapkan aku akan menyusul lima menit lagi diparkiran" balas ayra, kemudian gadis yang tak lain asistennya pamit undur diri

"Siapa itu ra?" Tanya Zea

"Asisten gue" balas ayra

"Aha gue hampir lupa kalo sahabat cantik gue ini seorang model yang super padat. Fighting ya" ujar Zea sambil cengengesan

"Lo selalu lupa tentang gue" Ayra memutar bola matanya malas
"Gue cabut ya, masalah pertemuan keluarga dan pernikahan gue bakal urus dan bakal bilang ke lo kapan pernikahan dilaksanakan" jelas Ayra kemudian berdiri bersiap untuk pergi

"Hati-hati ya" ucap Zea kemudian kembali memeluk ayra

"Thank" balas ayra kemudian pergi dari hadapan mereka berdua

"Jadi dia model?" Tanya hanif memastikan

"Iya. Aku yakin kamu akan jadi laki-laki beruntung lho mas" ujar Zea dengan mata yang berbinar

"Kenapa dia tidak menikahi laki-laki lajang aja? Kenapa harus suami orang?" Tanya hanif tersenyum sinis. Sebenarnya itu adalah pertanyaan yang sedari dulu ia pikirkan. Hanif bahkan pernah mengira jika gadis yang akan menikah dengannya nantinya adalah gadis yang jelek yang tidak laku makanya berinisiatif memanfaatkan sahabat sebaik Zea untuk membagi suami dengannya atau yang lebih parah lagi ia akan merebut si suami dan memaksakan suami untuk
Menceraikan istri pertama. Tapi ketika ia melihat ayra ia tidak yakin jika gadis itu tidak ada yang mau apa lagi profesinya adalah seorang model

"Ze kata kamu dia model. Kok aku gak pernah dengar nama dia" tanya hanif ketika sadar jika model terkenal yang ia tau tidak ada yang bernama ayra

"Oh kalo itu dia pake nama lain. Bisa dibilang seperti nama panggung gitu" jelas Zea tapi belum memuaskan untuk hanif

"Apa nama panggungnya?" Tanya hanif

"Shirly Al kalo gak salah, kenapa mas tau?" Tanya Zea yang membuat hanif terdiam. Pantas saja tadi dia merasa familiar ternyata dia adalah model yang selama ini mama dan adiknya bangga-banggakan.

Kira-kira bagaimana reaksi mama nanti pas ketemu sama dia saat aku ngenalin sebagai calon istri? Apakah senang?. Ah, aku yakin mama senang batin hanif.

"Kamu pasti pernah dengar kan mas?" Tanya Zea sekali lagi.

"Iya, sebatas tau aja" balas hanif.

Kemudian keduanya hening bermanja-manja dengan nalaran masing-masing 

******

Please Votement guys

Double WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang