Chef

734 101 18
                                    










Jatuh cinta kepada karyawanmu sendiri? Sangat kuno bukan? Tapi itulah yang terjadi pada Mark. Dia, jatuh cinta untuk pertama kali pada Chef yang dipanggil langsung dari Italia untuk mengepalai dapur Hotel miliknya.

Senyuman manis bibir hati itu, tubuhnya yang tegap penuh kepercayaan diri. Rambutnya yang ikal kecoklatan, ada efek angin yang membuat surai kecoklatan itu melambai-lambai lucu. Juga kulitnya yang nampak manis sewarna dengan madu. Jatuh cinta juga bisa membuatmu nampak bodoh. Seperti sekarang, Mark bahkan tak dapat menahan senyumannya kala pertama kali melihatnya.

Lelaki itu memintanya untuk dipanggil dengan nama Haechan Lee. Lelaki manis itu bilang, itulah nama panggilannya ketika di Italia. Karena sebenarnya Haechan memiliki nama asli, Lee Donghyuck. Dalam bayangan Mark sebelumnya, kepala koki seharusnya tua dan tambun. Atau mungkin, wajah seram dan lengannya yang sedikit berotot. Begitu ia bayangkan pertama kali. Mark tak sempat melihat resume yang asistennya kirimkan melalui surel. Atau mungkin Mark terlalu malas untuk mengurusi hal semacam itu, punya asisten bukannya gunanya seperti itu? Hingga hari itu asistennya memanggil, bahwa si kepala koki baru telah berada di ruangannya. Sebetulnya Mark juga agak malas, mengingat ia hanya perlu berbasa basi. Tetapi semua yang diperkirakannya salah. Si calon kepala koki baru malah membuatnya berdiri seperti orang bodoh, memandangnya terpesona.

Tidak sulit untuk Mark mendekati Haechan Lee si kepala koki. Haechan sangat suka berdiam diri di ruangannya setelah selesai dengan dapurnya. Merancang resep, dan menggambar sketsanya. Lalu mempraktekkannya di dapur untuk dibawanya menjadi menu baru. Mark dapat dengan mudah menemukan Haechan di dapurnya, atau di ruangannya. Kadang dengan buku catatan dan pensilnya, kadang dengan- akhem- sangat seksi berkutat dengan dapurnya. Mark sangat menyukai kala Haechan sedang tenggelam dengan dapurnya. Entah itu memotong bahan, entah tengah bermain api. Apapun itu, sangat terlihat seksi untuknya.

Setiap kali ingin menemui Haechan, Mark selalu membawakannya kopi. Apapun bentuk kopinya, entah itu latte atau americano. Haechan dengan senyum selalu meneguknya. Tetapi suatu hari ia merengut, "mungkin lain kali akan lebih baik jika kau membawakan sesuatu yang manis. Itu akan membuatku lebih bersemangat dalam bekerja."

Hari berikutnya, Mark membawakannya sepotong brownies dengan whipped cream, dan cherry di atasnya. Haechan harus menahan pekikan senangnya ketika Mark mengajaknya untuk duduk di working tablenya karena tidak ada kursi di dalam dapur. "Ini yang aku dapatkan dari cafe adik iparku, dia bilang kau harus memakannya bersamaan dengan whipped cream juga cherrynya." Mark menunjuk dengan telunjuknya disaat Haechan akan menyendok browniesnya.

Haechan menuruti dan tak dapat lagi menahan pekikan girangnya. Mark dibuat tersenyum dari ujung hingga ujung. Hingga kerutan di ujung matanya muncul dan menambah kesan tampan pada wajahnya. "Ini enak sekali!" Pekiknya kala itu. "Aku pernah bekerja dengan seorang ahli Patisserie. Tetapi ini adalah yang terbaik." Dua jempolnya ia tunjukkan pada Mark. Jika Mark mengatakan ini pada adik iparnya, mungkin Jaemin sudah membungkuk dan melepas topinya untuk berterima kasih.

Hari-hari berikutnya, Mark selalu merecoki Jaemin tentang apa yang harus dibawanya untuk Haechan. Tetapi Jaemin bilang Haechan akan gendut kalau terus dibawakan yang manis-manis dari dapur kafenya. Sebuah kalimat yang sebenarnya adalah ungkapan kesal yang terselubung, membuat Mark seperti mendapatkan bohlam lampunya.

"Bawakan dia cincin juga bunga kalau kau tidak mau melihatnya diabetes kemudian."

Mark benar menuruti apa kata adik iparnya. Entahlah, padahal hubungannya dengan Haechan belum jelas terlihat. Dengan segenap gugup, dan jantung yang bekerja lebih keras dari biasanya. Mark mungkin merasa kalau saja dia hidup di dunia kartun, mungkin jantungnya sudah melompat dari dadanya untuk berlari.

MarkHyuck Mini StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang