Lullaby

678 91 27
                                    

(Terima kasih untuk tidak mengumpat dan mengutuk dalam kolom komentar ❤)







Pagi ini Mark bangun lebih siang. Tak biasanya ia bangun lewat dari jam enam pagi. Ia tak berniat pergi ke kantor hari ini. Ia ingin ambil cuti saja hari ini.

Siapa yang peduli lagipula? Dialah pemiliknya.

Wangi kopi sungguh menganggu penciuman Mark pagi ini, nikmat dan memaksanya untuk berpisah dengan ranjangnya yang sudah lama tak dipeluknya. Aroma pancake kemudian membuat kening Mark berkerut.

Siapa yang memasak pagi-pagi begini? pikirnya.

Ia bangkit lalu berjalan menuju pantry dengan langkah gontai karena sungguh ia masih ingin terlelap namun perutnya tetiba menjadi lapar karena aroma-aroma menggoda dari pantry. Pemandangan pertama yang Mark dapatkan adalah Haechan dengan seragam sekolah serta celemek motif beruangnya sedang sibuk di balik pantry.

"Sedang apa?" Tanyanya sembari mengusak matanya untuk memperjelas pandangannya sembari menguap selebar yang ia bisa.

Haechan berbalik, "oh sudah bangun?" Sedikit terkejut sambil kembali sibuk dengan pancakenya.

Mark mengangguk dan menarik kursi di depan pantry. Ia menghirup kopinya pelan. Mata sipitnya masih sangat terlihat mengantuk.

"Kau bahkan belum cuci muka hyung." Haechan bahkan masih sibuk dengan teflon dan spatulanya.

Keningnya berkerut menatap cangkir kopinya bergantian dengan punggung Haechan, "bagaimana kau tau selera kopiku?" tanyanya keheranan.

Haechan meletakkan tiga tumpuk pancake di hadapan Mark lalu menuangkan syrup maple kesukaan Mark, "kau selalu bilang kalau kau tidak suka manis". Ia lalu duduk di hadapan Mark, "dan itu mudah, aku hanya tidak menambahkan apapun". Haechan menunjuk mesin kopi dengan dagunya pelan di samping Mark, "kau bahkan memiliki mesin kopi".

"Aku tidak tau kau bisa melakukannya."

Siapa pula yang tidak bisa mengoperasikannya? Hanya tinggal menekan tombol. Tetapi dumalan itu hanya ditelannya bulat-bulat.

Kunyahan pertama pancakenya, Mark terdiam sejenak. Mengalihkan pandangannya pada tumpukan sarapan di hadapannya lalu kepada Haechan. "Kau bagus dalam membangun moodku di pagi hari".

Entah itu pujian atau apa, namun pipi Haechan terasa menghangat.

"Ini enak, sejak kapan kau jadi pintar memasak?" tanyanya lagi.

"Tidak." Haechan meraih tablet milik Mark di dekat rak piring, "aku meminjam ini di dalam laci nakasmu dan mencari resepnya di mesin pencarian." Sambil tersenyum lalu meletakkan kembali tabletnya, "zaman sekarang apapun tinggal tak-tuk-tak-tuk." Jemari lentiknya bergerak-gerak macam orang yang tengah mengetikkan sesuatu.

Mark tersenyum setelahnya. Senyum pertamanya di pagi ini. Semenjak apa yang banyak terjadi di masa lalu. Kematian ayahnya, dan dirinya yang diangkat tiba-tiba untuk menggantikan sang ayah. Haechan adalah seseorang yang selalu berhasil membangkitkan moodnya dengan baik "kau bahkan membuatkanku sarapan. Itu bagus, dan aku tersentuh. Terima kasih." Dia menunduk sedikit, lalu memberikan cubitan kecil pada pipi tembam sewarna karamel yang cantik.

Haechan menggigit bibir bawahnya dan tersenyum, "terima kasih kembali" cicitnya memalu. Wajah cantiknya sudah berubah kemerahan, seperti mawar yang tengah mekar.

"Akulah yang harusnya berterima kasih, Haechan." Oh sudah lah. Ini takkan berakhir meski sampai esok hari.

Haechan lagi tertunduk menyembunyikan wajahnya yang bahkan lebih merah dari tomat yang terlalu matang. Astaga ini memalukan! Bagaimana ia harus menyembunyikan wajah memalunya?

MarkHyuck Mini StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang