Busy

551 77 7
                                    

(Terima kasih untuk tidak meninggalkan umpatan dan pesan kutukan pada kolom komentar ❤)






Haechan dan Mark adalah sepasang pengantin baru.

Iya, pengantin baru.

Asik. Enak nih?

Boro-boro.

Sehari setelah hari pernikahan, bahkan Mark belum sempat 'mencicipi' Haechan. Pria manis yang dinikahinya itu mendapat panggilan pagi-pagi buta, bahkan ketika Mark masih merasakan pegal badan pada tubuhnya akibat resepsi pernikahan.

Haechan adalah juniornya semasa ia menjadi mahasiswa. Haechan adalah mahasiswa kedokteran super sibuk kala itu. Mark sangat sering menemukannya di perpustakaan. Berbeda dengan Haechan, Mark adalah mahasiswa jurusan bisnis. Dia tidak sesibuk Haechan. Mahasiswa kedokteran terkenal sangat sulit didekati. Mereka-mereka yang sudah otomatis pintar itu hanya berteman dengan buku tebal, dan tempat nongkrongnya adalah perpustakaan. Itu semua tidak menjadi halangan untuk Mark mendekati pria manis yang sudah mencuri hatinya sejak pertama melihat.

Aduh, jadi pengen nyanyi.

Mark jadi lebih sering berkunjung ke perpustakaan, untuk menemukan Haechan yang sangat sibuk dengan tumpukan buku juga laptop di hadapannya. Teman-teman Mark sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk memanggil Mark supaya ia kembali bersama mereka. Mark terlalu sibuk memandangi pria manis dengan kacamata juga buku-bukunya. Seringkali Haechan bersama dua orang temannya. Yang satu si rambut pirang dengan corak biru di bagian depan. Satunya lagi, no offense- bermata sipit dengan bahu yang sempit. Tetapi Mark belum pernah sekalipun berani menegur Haechan.

Sampai suatu sore, ketika perpustakaan hampir ditutup. Mark membawakan Haechan minuman isotonic dingin dari vending machine.

"Sejak tadi aku lihat kamu hanya belajar, dan belajar." Mark meletakkan botol minuman dingin tersebut ke dekat lengan Haechan, "minum dulu. Supaya lebih fokus."

Yang tadinya sangat fokus pada bukunya, Haechan mengangkat kepalanya kepada pria yang menyodorinya minuman. Ia tersenyum kecil, "terima kasih." Ucapnya setelah selesai meneguk.

"Boleh duduk?"

"Iya boleh." Semenjak itu Mark memulai agenda pendekatannya dengan Haechan. Dimulai dari membawakan minuman, mengajaknya makan siang bersama, menemaninya sampai perpustakaan ditutup. Juga sampai mengantarnya pulang kembali ke rumah. Sesuatu yang klasik, tetapi berhasil mendekatkan mereka.

Mereka berpacaran setelah Mark berhasil melakukan agenda pendekatannya selama dua tahun.

Iya, dua tahun.

Haechan sangat sulit didekati. Teman-temannya bilang, ada suatu kejadian yang membuatnya enggan memulai kisah cinta yang baru. Mark tidak mau membuat Haechan mengingatnya kembali, jadi dia tidak pernah menanyakannya sampai detik ini. Hingga Haechan berhasil masuk ke Rumah Sakit Universitas, dan menjadi dokter ahli bedah saraf disana. Mark begitu bangga padanya, ia bahkan memamerkan fotonya bersama Haechan ketika pria manis itu mengenakan jas putih kebangaannya.

Setahun kemudian, Mark melamarnya. Acara lamaran yang begitu kacau karena dilakukan di depan mini market 24 jam, dengan kopi seduh dan ramen cup di hadapan mereka. Saat itu Haechan baru selesai dengan operasinya yang memakan waktu hingga tiga belas jam. Mark dengan setia menungguinya kala itu, selesainya Haechan menuntut ingin makan kimbap segitiga. Dan berakhirlah mereka disini, dengan Haechan yang sudah menghabiskan lima bungkus kimbap segitiganya.

Haechan dan perut karetnya. Mark hanya bisa mengulas senyumnya.

Tidak ada kata romantis, tidak ada lilin dan tidak ada makanan mewah. Bahkan Haechan hanya mengenakan hoodie abu-abunya yang dicurinya dari lemari milik Mark. Haechan masih mengenakan sepatu kerjanya, sedangkan Mark mengenakan hoodie hijau pemberian dari Haechan. Mark meletakkan kotak cincin itu di hadapan Haechan, ia bahkan tak mencoba untuk membantu Haechan mengenakannya.

MarkHyuck Mini StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang