Enam.

5.3K 710 48
                                    

Han Hajung, sedari tadi wanita itu tersenyum-senyum tidak jelas setelah bertemu dengan Min Yoongi. Apa perkataan Yoongi yang tadi sudah masuk ke hatinya?

Yang berkata, aku ingin menaruh rasa khawatir ku kepadamu dan bla bla bla. Menurut kalian bagaimana? Apakah Yoongi tadi sudah manis atau tidak?

'Ini nomor teleponku, jika dirimu sudah sampai rumah cepatlah beri kabar kepadaku, mengerti?'

"Ah memangnya siapa dia menyuruhku untuk mengabarinya. Aku harus jual mahal, biar dia saja yang menghubungi ku duluan." Ucapnya sembari memainkan ponselnya. Dirinya sudah sampai dirumah sekitar 10 menit yang lalu.

Memang berucap seperti itu, namun hatinya masih bimbang. 'telpon tidak ya.. apa mengirim pesan saja?' Labil memang dan entah apa yang ia pikirkan lagi.

"Tapi ngomong-ngomong, Yoongi itu manis sekali ya.. padahal baru saja saling mengenal. Eh tapi, dia juga tampan dan ugh..." Setelah itu merutuki dirinya sendiri mengapa bisa dirinya memikirkan Min Yoongi.

"Jikalau saling telpon tengah malam seperti ini apa tidak apa-apa ya?"

"Eh mungkin dia sudah tidur."

"Bagaimana ya wajahnya saat tidur? Tampan atau eumm.."

"Heh aku berbicara apa sih, yang benar saja aku membicarakan dirinya."

Hajung kembali menarik selimutnya hingga di bawah dagu, mematuk-matukkan ponselnya ke dagu, dirinya masih berfikir dengan sangat keras lalu menoleh ke arah jarum jam yang sudah mencetak angka dua puluh tiga. Kembali terdengar helaan nafas panjang dan pejaman mata yang kuat.

"Sangat gila jika aku merindukan Min Yoongi itu."

[]

Pagi ini Min Yoongi terlihat sangat senang sekali, dirinya tidak mampu menahan senyuman geli dan manis sejak pukul tiga malam tadi, padahal rasa kantuk terlihat jelas di wajahnya. Tapi mau bagaimana lagi? Dirinya sudah terlanjur senang hanya karna sebuah pesan singkat 'aku sudah sampai.' Dan coba bayangkan betapa lamanya Yoongi menantikan kabar itu? Rela tak tidur sampai jam tiga malam, bruh

"Ada apa?"

"Terimakasih untuk sarapannya Bu, aku berangkat dulu." Mengecup singkat pipi sang ibu lalu pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan ibunya.

Ibu Yoongi hanya menggeleng tak keheranan lagi melihat perilaku anak keduanya itu. Bahkan sudah sangat tak heran lagi dengan wajah murung dan masam anaknya itu.

"Semoga saja dia cepat mempunyai kekasih." Ucap ibu Yoongi.

Mari kita kembali kepada Min Yoongi lagi, pukul sudah menunjukkan waktu makan siang dan sedangkan dirinya memilih menikmati waktu makan siangnya bersama seorang pujaan hati di sebrang telpon sana.

"Jadi kau sudah makan siang?"

[ Hm, dirimu? ]

"Belum ingin."

[ Kenapa? Sebentar lagi waktu makan siang habis. ]

"Mendengar suaramu saja aku sudah kenyang."

[ Oh seperti itu. ]

"Kau tidak senang?"

[ Kenapa? ]

"Aku merayumu, tidak senang?"

[ Aku lebih senang jika berkata langsung, kalau di telpon seperti ini rasanya... Kurang gentleman. ]

"Bilang saja dirimu ingin bertemu lagi denganku."

[ Tidak ingin, nanti sore ibu mengajakku untuk berkunjung ke rumah rekannya. ]

"Berarti malamnya ingin bertemu?"

[ Tidak, bell masuk sudah berbunyi akan aku putus sambungannya. Dahh.. ]

Pip. Sambungan telepon terputus dan disusul oleh sunggingan di bibir Yoongi, hei ini bukan mimpi ini sangatlah nyata. Yoongi menempelkan satu tangan ke dadanya dan, "Wow, kenapa aku bisa seperti ini men."

Min Yoongi kembali lagi menyunggingkan senyumannya lalu terlintas di pikirannya, bukan kah ini sangat mirip seperti orang yang tengah berkencan? Saling bertelepon dan ah sudahlah! Memikirkan itu saja Yoongi tak mampu lagi untuk menenangkan degup jantungnya.

"Bukan kah ini berlebihan sekali? Tapi aku senang dan nyaman."

[]

Gimana? Masih baca cerita ini ga? Hehe

[✓] PLAISIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang