Ohm Denial Thitiwat

3.3K 260 36
                                    

Setelah kegiatan mari-menginap-di-condo-Fluke yang berujung adegan mesum dipagi hari, hubungan kedua orang itu, Fluke dan Ohm semakin dekat. Bahkan rekan kerja mereka menyangka kalau mereka berdua sedang dalam sebuah hubungan.

Banyak dari mereka yang bertanya pada Ohm apakah Ia dan Fluke sedang berkencan, dan Ohm dengan lugasnya menjawab "Tidak" lengkap dengan wajah datar andalannya.

Terkadang Fluke bersikap biasa saja ketika Ohm terus-terusan mengatakan "Tidak" ke orang-orang. Tetapi, kadang ada rasa jengkel pula dibenaknya. Mereka sudah sedekat itu, memangnya Ohm tidak ingin melangkah lebih jauh dengannya, apa?

Fluke menghela napas, bibirnya mengerucut lucu menimbulkan rasa gemas pada sosok pria yang sedang duduk disampingnya. "Nong," panggil pria itu dengan suara dalamnya.

"Ya P'Kao?" Jawab Fluke sambil memusatkan atensinya pada pria itu.

"Ada apa huh?" Tanya Kao, tangannya yang kosong Ia gunakan untuk membelai rambut kecokelatan Fluke.

Fluke menggeleng, seakan enggan bercerita. Dan Kao berusaha memahami meskipun dalam hati Ia sudah tahu apa yang membuat pemuda itu merasa kesal seperti ini. Jujur. Kao merasa kesal juga dibuatnya.

Siapa yang tidak kesal jika orang yang kau sukai patah hati akibat orang lain?

Kao berusaha menyunggingkan senyum tipisnya, "Mau pulang bersama ku?" Tanyanya.

Fluke tersenyum kecil lalu mengangguk, "Tentu!" Balasnya. "Tapi apa Earth tidak apa-apa?" Fluke mengecilkan volume suaranya ketika menyebut nama Earth, Ia takut di pukul oleh pemuda itu seperti waktu itu, saat Ia dengan lantangnya membicarakan kebiasaan buruk Earth pada Kao. Meskipun pukulan Earth main-main, tapi tetap saja rasanya sakit.

Kao menggeleng lalu mengusak rambut Fluke gemas. Sungguh. Ia benar-benar gemas sekali dengan pemuda mungil ini. Bodoh sekali Ohm menyia-nyiakan manusia selucu Fluke. Kalau Ia jadi Ohm, Ia tidak akan membiarkan Fluke keluar dari kamar mereka. Ia benar-benar akan mengikat Fluke diranjang 24/7.

Wow.

"Hari ini Earth ada urusan, sehingga kami tidak pulang bersama, jadi bagaimana? Kamu mau pulang bersama Phi?" Kao bertanya lagi, matanya menatap lurus kearah mata Fluke. "Sebelum pulang nanti kita akan mampir terlebih dahulu untuk makan malam, oke?"

Dan Fluke tidak bisa untuk tidak menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum riang.

Ia senang sekali memiliki teman, kakak dan bahkan sahabat seperti Kao. Mungkin, jika Ohm belum mengisi relung hatinya, Ia akan jatuh cinta begitu dalamnya pada Kao.

————

Fluke bahagia sekali. Kao benar-benar membuatnya melupakan rasa kesalnya pada Ohm. Duh. Mengingatnya membuat moodnya sedikit memburuk kan. Ingin rasanya Ia pindah ke lain hati. Ingin rasanya Ia jatuh cinta kembali pada P'Kao. Tapi Ia takut diamuk oleh Earth, karena pemuda itu jelas-jelas menaruh hati pada P'Kao dan terang-terangan melakukan pendekatan pada pemuda tampan yang saat ini sedang asik dengan video games yang ada dihadapannya.

Ya, saat ini mereka sedang berada di game center yang ada di dalam pusat pembelanjaan yang sedang mereka kunjungi.

Sudah dua jam mereka disini, memainkan seluruh permainan yang ada. Nampaknya, video games ini merupakan permainan terakhir yang akan mereka mainkan sebelum mereka pulang.

Oh. Ngomong-ngomong Kao terlihat sangat tampan dengan senjata mainan yang saat ini sedang Ia genggam. Dan Fluke tidak bisa untuk tidak meneguk air liurnya saat melihat urat-urat tangan Kao yang tercetak jelas ketika pemuda itu menekan pelatuk senjata mainan itu.

Mr. Denial ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang