Ohm menatap tubuh Fluke yang saat ini sedang telungkup dihadapannya dengan tatapan lapar. Kondisi pemuda itu cukup berantakan, kemeja dan celana yang tadinya pemuda itu kenakan telah tanggal, yang tersisa adalah celana dalam yang saat ini telah melorot hingga pergelangan kaki Fluke. Fluke total telanjang.
Dan Ohm benar-benar tidak sabar untuk memasuki lubang berkedut milik Fluke.
"Phi-?" Fluke mencoba untuk menolehkan kepalanya ke arah Ohm. "Hm?"
"Apa kita benar-benar akan melakukan ini?" Fluke bertanya dengan nada paraunya. Tenaganya benar-benar terkuras. Ohm benar-benar menghukumnya tadi dengan sex toys miliknya, yang entah bagaimana Ohm bisa tahu tempat Ia menyimpan alat pemuas nafsunya itu.
Ohm tersenyum miring. "Kenapa nhoo?" Ia menepuk bongkahan pantat Fluke dengan gemas. "Aku menginginkannya,"
"T-tapi kita bukan pasangan P'Ohm!" Fluke berseru dengan suara kecil. "Kita bukan pasangan, tidak semestinya Phi melakukan sejauh ini!"
Wajah Ohm mendadak kaku.
Benar. Mereka bukan pasangan. Tapi bukankah hubungan mereka sudah sangat dekat? Mengapa Fluke tidak sadar juga?
Ohm menghela napas. "Apakah perlakuan ku selama ini kurang jelas? Aku memberikan seluruh atensi ku padamu, Nhoo,"
"Aku memberikan segalanya padamu. Kau lah yang tidak ingin berada dalam hubungan!" Ohm berseru. Emosi yang selama ini ditahannya akhirnya Ia keluarkan.
Ia sudah sadar kalau selama ini Ia menyukai Fluke. Tapi Fluke menghancurkan perasaannya ketika pemuda itu berkata "Aku tidak ingin menjalin hubungan dengan lawan mainku,"
Ohm total sakit hati dan hancur. Tapi Ia tetap berusaha untuk bertahan berdiri disamping pemuda kecil itu.
Ia hanya terlalu cinta.
Sebegitu cintanya hingga Ia takut memiliki Fluke.
Fluke terperangah. Ia total tidak sadar saat wawancara waktu itu. Ia benar-benar tidak bermaksud menyakiti Ohm, terlebih dia juga tidak sadar bahwa Ohm memiliki perasaan lebih padanya. Ohm benar-benar menyembunyikan perasaanya dengan baik.
Oh. Atau dirinya lah yang tidak begitu memperhatikan Ohm sehingga Ia tidak sadar akan perasaan Ohm?
Fluke merasa bersalah.
Tanpa sadar air mata mulai menggenang di pucuk matanya.
"Jangan menangis Nhoo," Ohm mengusap wajah itu dengan lembut. "Kau membuat ku sakit dengan air matamu,"
Fluke menggeleng. "Fluke minta maaf. Fluke cinta P'Ohm! Ayo kita bersama?"
Ohm tercengang.
"Huh?" Ohm mencubit pipinya sendiri, memastikan bahwa apa yang Ia dengar barusan bukanlah mimpi. "Tunggu!"
Fluke mengernyit ketika mendengar seruan Ohm. "Kenapa Phi? Tidak ingin bersama Fluke?" Fluke memasang wajah sedihnya.
Ohm menggeleng, lalu mengubah posisi Fluke, yang tadinya telungkup menjadi terlentang. "Harusnya aku yang menyatakannya! Bukan Nhoo!"
Ohm menggenggam tangan Fluke, lalu mengecupnya dengan lembut. "Aku mencintai Nhoo," ucapnya lembut. "Mau menjadi kekasih Phi?"
Fluke tersenyum lembut. Lalu menganggukkan kepalanya. "Fluke mau!"
Ohm mendekatkan tubuhnya, menghimpit tubuh pemuda yang lebih kecil darinya itu. Kepalanya Ia dekatkan ke Fluke, lalu di kecupnya bibir tebal pemuda itu.
"Kita sepasang kekasih sekarang, huh?" Tanya Ohm yang dianggukki oleh Fluke.
Ohm kembali mengecupi bibir pemuda itu, kali ini kecupan-kecupan kecil itu berubah menjadi lumatan-lumatan yang menuntut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Denial ✔️
RomanceOhm Thitiwat, pemuda dengan tubuh besar itu memiliki wajah rupawan yang dapat membuat siapa saja bertekuk lutut padanya. Ia merupakan model yang saat ini sedang mencoba arus dalam dunia akting, dan tanpa sadar mengikuti casting sebuah film yang memi...