BAGIAN 1

902 23 0
                                    

"Yeaaah... !"
Glarrr!
Ledakan keras menggelegar tiba-tiba terdengar menggetarkan bumi. Rasanya saat ini bagai terjadi gempa dahsyat saja. Seluruh pepohonan berguncang disertai guguran daun-daunnya. Batu-batuan bergetar. Bahkan tidak sedikit yang retak, akibat teriakan keras disertai ledakan dahsyat menggelegar tadi. Ternyata, suara yang membuat alam seakan-akan jadi murka itu berasal dari seorang pemuda tampan berbaju rompi putih. Kedua tangannya tampak masih terentang, menjulur lurus ke depan.
Bahkan kedua telapak tangannya sudah terlihat menjadi merah membara, bagai besi terbakar. Asap tipis kemerahan tampak masih terlihat mengepul dari kedua telapak tangan terbuka yang menjulur ke depan itu. Perlahan-lahan tangan itu bergerak ke depan, lalu lunglai di samping tubuhnya. Kelihatannya, dia bagai tak bertenaga lagi, namun tetap berdiri dengan tubuh bersimbah keringat.
"Jaka Anabrang.... Kalau kau sampai menyentuh Pandan Wangi, tidak ada ampun lagi bagimu...!" desis pemuda itu, terdengar menggeram.
Pemuda tampan berbaju rompi putih yang tak lain Rangga, tampak mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat. Hingga, otot-ototnya kelihatan bersembulan ke luar. Keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya, membuat otot-ototnya jadi berkilatan terjilat cahaya matahari pagi. Sorot matanya masih terlihat begitu tajam memandang ke satu arah tanpa berkedip sedikit pun.
"Hm.... Mereka pergi ke arah utara. Aku tidak boleh membuang-buang waktu, agar jangan sampai terjadi sesuatu pada Pandan Wangi," gumam Rangga perlahan.
Kepala Rangga langsung terdongak ke atas. Sebentar kemudian napasnya mulai ditarik dalam-dalam, lalu ditahannya beberapa saat. Dan....
"Suiiit...!"
Terdengar siulan nyaring yang dikeluarkan Pendekar Rajawali Sakti. Siulan panjang bernada aneh itu menggema menyelusup dan menembus hutan yang lebat ini. Dua kali Rangga mengeluarkan siulan panjang dan nyaring itu. Dan bibirnya kemudian tersenyum, begitu di angkasa terlihat sebuah titik hitam bercahaya putih keperakan tengah melayang-layang.
"Rajawali! Cepat ke sini...!" panggil Rangga, sambil melambaikan tangannya.
"Khraaagkh...!"
Terdengar suara serak menggelegar, bagai hendak membelah angkasa. Dan tak lama kemudian, terlihat seekor burung rajawali berbulu putih tengah meluncur. Kecepatannya bagai kilat, menuju ke arah Rangga. Semakin dekat rajawali putih ini, semakin terlihat jelas bentuknya kalau itu adalah rajawali raksasa.
"Khraaagkh...!"
Walaupun tubuhnya hampir sebesar bukit, tapi tidak sedikit pun terdengar suara saat kedua cakarnya menyentuh tanah. Rangga bergegas menghampiri, dan menepuk leher Rajawali Putih beberapa kali. Dan kepala burung itu jadi terangguk-angguk.
"Ayo, Rajawali. Bantu aku mencari Pandan Wangi," ajak Rangga.
"Khrrr...!"
"Iya, nanti semuanya kuceritakan," kata Rangga lagi, seakan mengerti apa yang baru saja disuarakan burung rajawali raksasa itu. Kembali Rangga menepuk leher Rajawali Putih beberapa kali, kemudian melangkah mundur beberapa tindak. Dan....
"Hup!"
Dengan gerakan ringan sekali, Pendekar Rajawali Sakti melompat naik ke punggung rajawali putih raksasa ini. Dan Rangga langsung duduk di punggung tunggangannya.
"Ayo, Rajawali. Ke arah utara dulu...!" pinta Rangga.
"Khraaagkh...!"
Wusss...!
Hanya beberapa kali kepak saja, Rajawali Putih sudah melambung tinggi ke angkasa dengan Rangga di punggungnya. Memang luar biasa sekali kecepatan terbang burung tunggangan Pendekar Rajawali Sakti ini. Dalam waktu sekejap mata saja, sudah berada di atas awan!
"Khraaagkh...!"

***

Seharian penuh, Rangga mencoba mencari jejak Pandan Wangi dari udara. Tapi, sedikit pun tidak didapat adanya tanda-tanda, ke mana Pandan Wangi dibawa pergi Jaka Anabrang. Hatinya benar-benar geram melihat kepengecutan Jaka Anabrang yang menahan Pandan Wangi, dan dijadikan sandera untuk melemahkan dirinya.
Walaupun baru sekali bertarung, tapi Rangga sudah bisa membaca tingkat kepandaian Jaka Anabrang yang memang sudah sangat tinggi. Jadi, mustahil jika Pandan Wangi bisa menghadapinya seorang diri. Bahkan Rangga sendiri saja hampir tidak dapat mengimbanginya, walaupun sudah menggunakan Pedang Rajawali Sakti. Pedang Halilintar yang dimiliki Jaka Anabrang memang sangat dahsyat, sehingga sanggup menandingi kesaktian Pedang Rajawali Sakti. Hal inilah yang membuat hati Pendekar Rajawali Sakti cemas. Dan, bukan hanya itu saja. Masih banyak kecemasan yang saat ini bergelayut di dalam hatinya.
Sampai matahari hampir tenggelam di kaki sebelah barat, Rangga belum juga bisa menemukan jejak-jejak Jaka Anabrang yang membawa kabur Pandan Wangi. Padahal, seluruh sudut hutan ini sudah dijelajahinya dari udara. Tapi, tanda-tanda tempat persembunyian Jaka Anabrang kali ini belum juga terlihat. Kecemasan di dalam hatinya tidak dapat lagi tertahankan. Maka Rangga meminta Rajawali Putih turun, begitu terlihat sebuah padang rumput yang tidak begitu luas.
"Khraaagkh...!"
Sambil mengeluarkan suara yang menggeledek, Rajawali Putih menukik turun dengan kecepatan kilat dari angkasa. Dan sebentar saja, burung Rajawali raksasa berbulu putih keperakan itu sudah mendarat di tengah-tengah padang berumput tebal bagai permadani terhampar ini.
"Hup!"
Begitu ringan dan sempurna ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Rangga. Sehingga sedikit pun tidak terdengar suara saat melompat turun, dan menjejak tanah berumput.
"Hmm." Rangga mengedarkan pandangan berkeliling. Sedikit pun tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan di sekitarnya. Bahkan suara binatang atau serangga juga tidak terdengar. Suasana yang begitu lengang, membuat Pendekar Rajawali Sakti langsung meningkatkan kewaspadaannya.
"Kau pergi dulu, Rajawali. Tapi jangan jauh-jauh," kata Rangga. Suaranya terdengar setengah berbisik.
"Khragkh...!"
Hanya beberapa kali mengepakkan sayap, Rajawali Putih sudah melambung begitu tinggi di angkasa. Dalam sekejap saja, burung raksasa itu sudah terlihat begitu kecil di antara awan.
Sedikit Rangga mendongakkan kepala ke atas, memastikan kalau Rajawali Putih tidak meninggalkan sendirian di padang rumput yang tidak dikenalnya. Dan pada saat Pendekar Rajawali Sakti baru mengalihkan perhatian dari Rajawali Putih, mendadak saja telinganya yang setajam telinga rajawali, mendengar suara mendesir halus dari arah sebelah kanan.
"Hap!"
Cepat Rangga menarik kakinya ke belakang satu langkah, sambil menarik tubuhnya sedikit. Dan saat itu juga, terlihat sebuah benda bercahaya keperakan melesat begitu cepat bagai kilat, lewat sedikit di depan dadanya.
"Hup!"
Rangga cepat-cepat melompat sambil berputar ke belakang, begitu merasakan adanya aliran hawa panas saat benda yang memancarkan cahaya keperakan itu lewat di depan dadanya. Tiga kali Pendekar Rajawali Sakti berputaran ke belakang, lalu manis sekali kembali menjejak tanah berumput tebal ini. Sorot matanya yang tajam, langsung tertuju ke arah datangnya benda bercahaya keperakan tadi.
"Hm...." Namun belum juga pikiran Pendekar Rajawali Sakti bisa berjalan, mendadak saja....
"Heh...?!"
Bukan main terkejutnya Pendekar Rajawali Sakti, ketika tiba-tiba saja merasakan ada sesuatu yang membelit kakinya. Dan lebih terkejut lagi, ketika kedua kakinya terlihat sudah tercengkeram oleh sepasang tangan yang kotor berlumpur dan sudah rusak.
"Hih!" Rangga menyentakkan kakinya, berusaha membebaskan cengkeraman sepasang tangan kotor berlumpur yang sudah membusuk itu. Tapi, cengkeraman itu sangat kuat, sehingga Pendekar Rajawali Sakti mulai merasakan pedih pada kulit kakinya yang mulai tersayat.
"Hih! Yeaaah...!"
Sambil menghentakkan kakinya dengan kekuatan tenaga dalam yang sudah mencapai tingkat sempurna, Rangga melesat begitu cepat setinggi dua batang tombak ke udara. Tubuhnya kemudian berputaran beberapa kali, sebelum meluruk turun dengan gerakan indah sekali. Begitu sempurna ilmu meringankan tubuhnya, sehingga sedikit pun tidak bersuara saat menjejak tanah berumput ini.
"Hm.... Mana dia...?" Rangga jadi celingukan sendiri. Ternyata sepasang tangan kotor yang tadi mencengkeram kedua kakinya sudah tidak terlihat lagi. Malah sedikit pun tidak ada bekas, kalau tadi ada tangan berlumpur yang sudah busuk menyembul keluar dari dalam tanah. Dan di saat Pendekar Rajawali Sakti tengah kebingungan, tiba-tiba saja...
Brull!
"Uts! Hap...! Cepat Rangga melenting ke atas, ketika tiba-tiba saja dari dalam tanah menyembul sesosok tubuh yang bentuknya sudah tidak beraturan. Sosok makhluk yang bisa dikatakan sebagai mayat hidup! Rangga sampai bergidik melihat bentuk tubuh dan raut wajah yang mengerikan, dipenuhi lumpur dan ulat-ulat kecil. Bahkan tingginya dua kali di banding manusia biasa. Benar-benar makhluk mengerikan!
"Ghrrr...!"
Sambil menggereng bagai lebah, makhluk yang lebih layak mayat hidup itu bergerak lamban mendekati Pendekar Rajawali Sakti. Kedua tangannya menjulur ke depan, dengan jari-jari rusak dan penuh lumpur serta ulat-ulat kecil. Sementara, Rangga tetap berdiri tegak menanti sambil terus memperhatikan dengan sorot mata begitu tajam. Sedikit pun kelopak matanya tidak berkedip, memperhatikan makhluk mayat hidup yang terus bergerak semakin mendekati.
"Siapa pun dia, pasti tidak akan bisa diajak damai. Hm.... Aku, atau dia yang harus berkalang tanah," gumam Rangga pelan.
Memang melihat dari bentuk makhluk mayat hidup itu, Rangga tidak mungkin lagi bisa mendapat dua pilihan. Maka langsung saja kakinya direnggangkan dengan kedua lutut tertekuk ke depan. Kedua telapak tangannya sudah menyatu di depan dada. Sementara, sorot matanya masih tetap tajam, menatap makhluk mayat hidup yang terus melangkah perlahan menghampiri.
"Haaap...!"
Sambil menahan napas dalam-dalam, Rangga merenggangkan kedua telapak tangan yang terus bergerak sampai sejajar pinggang. Tampak kedua tangannya yang kini terkepal, memancarkan sinar merah bagaikan terbakar. Rupanya, saat itu juga Rangga sudah mempersiapkan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir.
"Ghraaagkh...!" Begitu keras makhluk mayat hidup itu menggerung. Dan tiba-tiba saja, kedua tangannya yang menjulur ke depan bergerak begitu cepat mengibas ke arah leher Rangga.
"Hiyaaa...!"
Namun, Rangga yang sudah siap sejak tadi cepat meliuk setengah berputar. Dan dengan kecepatan bagai kilat, langsung diberikannya pukulan dahsyat sekali, disertai pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna.
"Yeaaah...!" Begitu cepat pukulan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga makhluk mayat hidup ini tidak dapat lagi berkelit. Dan....
Glarr...!
Satu ledakan yang sangat dahsyat seketika terdengar, begitu satu kepalan tangan kanan Rangga tepat menghantam dada makhluk mayat hidup itu. Dan kesunyian padang rumput itu seketika jadi pecah.
"Aaargh...!"
Makhluk mayat hidup itu meraung keras sekali, hingga menggetarkan seluruh padang rumput di tengah hutan yang sangat lebat dan mengerikan. Begitu kerasnya pukulan yang dilepaskan Rangga tadi, sehingga membuat tubuh mayat hidup itu terpental ke belakang sejauh lima batang tombak. Luncurannya baru berhenti, setelah menghantam sebatang pohon yang sangat besar, hingga hancur berkeping-keping.
"Hup!" Rangga cepat-cepat melompat mengejar. Tapi begitu baru saja akan melepaskan satu pukulan dahsyat, mendadak saja mayat hidup itu sudah cepat melesak masuk ke dalam tanah kembali.
"Uhhh...!"
Rangga kembali melompat ke belakang sejauh lima langkah. Pandangannya langsung beredar ke sekeliling, merayapi tanah berumput tebal di sekitarnya. Tapi, sedikit pun tidak ada tanda-tanda kalau mayat hidup tadi bakal muncul kembali. Entah berapa lama Pendekar Rajawali Sakti merayapi tanah berumput di sekitarnya dengan sorot mata tajam sekali. Dan sampai sejauh ini, tetap saja makhluk mayat hidup itu tidak menampakkan wujudnya. Namun di saat Rangga tengah bergelut dengan pikirannya sendiri, mendadak saja dari belakang terasakan adanya desiran angin yang sangat halus.
"Hap!" Cepat-cepat Rangga memiringkan tubuhnya ke kanan. Dan saat itu juga, dari belakangnya melesat cepat sebuah benda berbentuk bulat pipih, melewati bahunya. Rangga cepat menghindar dengan menarik kakinya, sehingga benda bulat pipih bercahaya keperakan dan mengandung hembusan hawa panas itu, menancap begitu dalam, pada batang pohon tidak jauh darinya.
Pendekar Rajawali Sakti bergegas memutar tubuhnya berbalik Dan pada saat itu, terlihat sebuah bayangan berkelebat begitu cepat dari balik pepohonan yang begitu rapat. Bayangan berwarna keperakan itu langsung meluruk, hendak menerjang Pendekar Rajawali Sakti.
"Hup! Yeaaah...!"
Begitu cepat Rangga melenting ke samping, menghindari terjangan bayangan keperakan itu. Dan dengan sengaja, dirinya dilempar ke atas tanah berumput, lalu bergulingan beberapa kali. Kemudian tubuhnya melesat bangkit berdiri. Gerakannya indah sekali saat kedua kakinya kembali menjejak tanah dengan kokoh.
"Hih! Yeaaah...!"
Tepat di saat bayangan keperakan itu kembali meluruk hendak menerjang ke arahnya, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua tangannya yang terkepal. Saat ini jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' memang siap dikerahkan, hingga kedua kepalan tangannya jadi merah membara, bagai besi baru dikeluarkan dari dalam tungku. Begitu cepat dan tidak terduga tindakannya, sehingga membuat bayangan keperakan itu jadi tersentak. Tapi, terjangannya sudah tidak mungkin lagi dihentikan. Hingga....
Glarr...!
Kembali ledakan dahsyat terdengar keras menggelegar, sampai menggetarkan seluruh tanah di padang rumput ini. Dan saat itu, tubuh Rangga terdorong sampai lima langkah jauhnya ke belakang. Sedangkan bayangan keperakan itu terpental sejauh dua batang tombak, lalu bergulingan di tanah berumput tebal.
"Hap!"
Rangga cepat-cepat membuat beberapa gerakan dengan kedua tangan untuk menguasai keseimbangan tubuh dan pernapasannya. Sementara, sekitar dua batang tombak lebih di depannya terlihat seorang laki-laki berusia lanjut. Tubuhnya tengah terbungkuk dengan kedua lutut menyentuh tanah. Pakaiannya panjang bagai jubah, berwarna putih keperakan dan berkilatan. Seluruh rambutnya yang panjang tampak sudah berwarna keperakan.
Perlahan orang tua itu bangkit berdiri, langsung menatap Rangga dengan sorot mata merah dan tajam. Tampak pada bagian sabuk perak yang membelit pinggangnya, berjajar benda bulat pipih berwarna putih keperakan. Di tangan kanannya, tergenggam sebatang tombak pendek berwarna putih keperakan bermata pada kedua ujungnya.
"Setan Perak Lembah Mayat..," desis Rangga.

***

90. Pendekar Rajawali Sakti : Rajawali MurkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang