BAGIAN 6

527 21 0
                                    

"Mau apa kalian?! Mengapa mengepung kami...?!" tanya Rangga, lantang.
Tak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan Pendekar Rajawali Sakti. Mereka semua menutup mulut, dan terus bergerak memutari dengan golok melintang di depan dada. Sorot mata mereka begitu tajam, seakan-akan memancarkan hawa nafsu membunuh. Sementara Rangga sudah bergerak memunggungi Rara Ayu Ningrum. Sehingga, mereka saling beradu punggung.
"Kau kenal mereka, Ningrum?" tanya Rangga setengah berbisik.
"Lihat gambar pada dada mereka, Kakang," sahut Rara Ayu Ningrum.
Rangga seperti baru tersadar. Jelas sekali kalau pada baju baglan dada mereka tergambar seekor kelelawar. Dan itu sudah menandakan kalau mereka adalah para pengikut Jaka Anabrang. Dan tanpa ditanya lagi, tentu sudah bisa diketahui maksud mereka menghadang di tepi sungai ini. Dan mereka tentu sudah diperintahkan menghadang siapa saja yang mengikuti Ki Andak, yang pergi dari kediamannya untuk memenuhi tantangan Jaka Anabrang.
"Aku tahu siapa dan apa maksud kalian menghadangku di sini. Ayo, serang aku...!" terdengar lantang sekali nada suara Rangga.
Tapi, tak ada seorang pun yang bergerak menyerang. Mereka masih tetap mengepung dan bergerak perlahan-lahan memutari Pendekar Rajawali Sakti dan Rara Ayu Ningrum. Golok-golok mereka yang berukuran sangat besar berkilatan tertimpa cahaya matahari. Seakan-akan, mereka sudah tidak sabar lagi untuk menyerang. Dan di saat tidak ada seorang pun yang berbicara, terdengar siulan panjang dan melengking tinggi. Dan begitu siulan itu berhenti, seketika itu juga kedua puluh orang ini langsung berlompatan menyerang.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
"Pertahankan dirimu, Ningrum. Hiyaaa...!"
"Baik, Kakang! Hiyaaat..!"
Pertarungan memang tidak dapat dihindari lagi. Orang-orang berpakaian serba hitam itu begitu ganas menyerang, seperti binatang-binatang liar melihat mangsa. Tapi yang dihadapi kali ini bukanlah tokoh sembarangan. Gerakan-gerakan yang dilakukan Rangga dan Rara Ayu Ningrum begitu cepat dan tidak dapat diduga. Sehingga, para pengikut Jaka Anabrang itu jadi kaget setengah mati.
Buktinya, baru beberapa gebrakan saja, sudah enam orang yang terjungkal tak bernyawa lagi. Jeritan-jeritan melengking dan menyayat pun terus terdengar bersahutan, disertai teriakan-teriakan pertarungan yang sangat keras menggelegar. Satu persatu orang-orang berpakaian serba hitam itu jatuh terjungkal tanpa nyawa melekat di tubuhnya lagi.
Tapi, kelihatannya mereka tidak gentar sedikit pun juga. Orang-orang berseragam hitam itu terus merangsek, tanpa menghiraukan teman-temannya yang terus berpelantingan, ambruk tak bernyawa lagi. Seakan-akan tidak dipedulikan lagi jumlah yang semakin berkurang. Mereka terus saja menyerang ganas sekali.
"Menyingkir kau, Ningrum! Hiyaaa...!"
Melihat kenekatan orang-orang itu, Rangga Jadi gusar. Sambil berteriak keras menggelegar menyuruh Rara Ayu Ningrum menyingkir, dengan kecepatan kilat Pendekar Rajawali Sakti melompat sambil mengebutkan kedua tangannya yang terentang lebar ke samping. Saat itu, Rangga mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega' tingkat terakhir.
"Hiya! Hiyaaa...!"
Begitu cepat gerakan kedua tangan Rangga dalam Jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Akibatnya, tahu-tahu terdengar jeritan-jeritan menyayat melengking tinggi, disusul ambruknya tubuh-tubuh berlumuran darah.
Memang sungguh dahsyat jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega' tingkat terakhir milik Pendekar Rajawali Sakti. Setiap lawan yang terkena sabetan tangan yang terentang lebar bagai sayap burung itu, tidak akan mampu lagi bergerak. Mereka langsung tewas seketika dengan tubuh terbelah. Kedua tangan Rangga bagaikan sepasang mata pedang saja, sanggup membelah tubuh manusia hanya sekali sabetan. Hingga dalam waktu sebentar saja, tidak ada seorang pun yang bisa bangkit berdiri lagi.
Rara Ayu Ningrum sampai terlongong bengong melihat akibat dari jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Begitu terpananya, sampai tidak disadari kalau Rangga sudah berada di sampingnya lagi. Gadis itu baru tersadar saat tangan Pendekar Rajawali Sakti terasa menepuk pundaknya.
"Ayo, tinggalkan tempat ini," ajak Rangga.
Tanpa bicara sedikit pun juga, mereka kembali melanjutkan perjalanan, mengikuti Ki Andak yang kini entah sudah sampai di mana. Tapi sepanjang jalan yang dilalui, selalu saja ada rintangan yang tidak bisa dianggap enteng. Para pengikut Jaka Anabrang ternyata memiliki kepandaian lumayan. Mereka cukup berbahaya, dan tidak mengenal rasa gentar sedikit pun.
Rangga kembali menemukan jejak-jejak Ki Andak. Terus diikutinya jejak itu. Sementara, Rara Ayu Ningrum mengikuti saja dari belakang tanpa sedikit pun membuka suara. Bibirnya terkatup rapat, dan sesekali matanya melirik pemuda tampan yang mengenakan baju rompi putih itu.

90. Pendekar Rajawali Sakti : Rajawali MurkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang