BAGIAN 7

527 20 0
                                    

Pertarungan pun berlangsung sengit, dalam kecepatan yang sukar diikuti mata biasa. Rangga juga tidak hanya bisa berkelit menghindar. Sudah beberapa kali dilancarkan serangan balasan, tapi Setan Perak Lembah Mayat memang bukan lawan enteng. Gerakan-gerakan yang dilakukan Setan Perak Lembah Mayat memang sangat cepat. Bahkan setiap serangannya pun sangat berbahaya. Sedikit saja kelengahan, akan berakibat parah bagi mereka.
Jurus demi jurus cepat berlalu. Tanpa terasa, Setan Perak Lembah Mayat sudah mengeluarkan lebih dari sepuluh jurus. Tapi, di pihak Rangga hanya keluar jurus-jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali Sakti'. Dan Pendekar Rajawali Sakti selalu memadukan antara satu jurus dengan jurus lain. Sehingga setiap kali menyerang, membuat Setan Perak Lembah Mayat jadi kelabakan. Tapi sampai sejauh ini, setiap serangan yang dilancarkan Pendekar Rajawali Sakti masih dapat dihindari. Bahkan masih bisa melakukan serangan gencar dan sangat berbahaya.
"Awas kepala..!" seru Rangga tiba-tiba.
Seketika itu juga, Rangga melepaskan satu pukulan keras yang diarahkan ke kepala. Tentu saja serangan itu membuat Setan Perak Lembah Mayat jadi tersentak kaget. Terlebih lagi sebelum melancarkan serangan, Rangga memberi peringatan terlebih dahulu.
"Haittt..!"
Cepat-cepat Setan Perak Lembah Mayat menarik kepalanya, menghindari sabetan tangan kiri Pendekar Rajawali Sakti. Tapi tanpa diduga sama sekali, tepat di saat kepala Setan Perak Lembah Mayat tertarik ke belakang, Rangga cepat melesat sedikit ke atas. Dan langsung dilepaskannya satu tendangan keras meng-geledek, dari jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Begitu cepat serangan susulannya, sehingga Setan Perak Lembah Mayat tidak sempat lagi menghindar. Dan...
Diegkh...!
"Akh...!" Setan Perak Lembah Mayat terpekik agak tertahan.
Tendangan yang dilepaskan Rangga keras sekali, tepat menghantam dadanya. Akibatnya, tubuh Setan Perak Lembah Mayat terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Keras sekali tubuhnya menghantam tanah, hingga keluar pekikan tertahan.
Dan pada saat itu juga, Rangga melesat bagai kilat sambil melepaskan satu pukulan dahsyat dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir. Begitu sempurna jurus itu dikuasainya, sehingga kedua kepalan tangannya jadi berwarna merah membara bagai besi terbakar
"Yeaaah...!"
"Uts...!"
Glarrr...!
Begitu dahsyatnya pukulan yang dilepaskan Rangga. Akibatnya tanah yang terkena langsung bergetar dan terbelah, membuat jurang kecil. Sementara, Setan Perak Lembah Mayat sudah bergelimpangan beberapa kali menghindarinya. Dan dia cepat melompat bangkit berdiri, sebelum Rangga bisa melancarkan serangan kembali.
"Hiyaaa...!"
Bet!
Wukkk...!
Setan Perak Lembah Mayat melemparkan tameng peraknya, disertai pengerahan tenaga dalam yang sudah mencapai tingkat tinggi. Tameng bergerigi di seluruh sisinya itu meluncur deras sekali ke arah kepala Pendekar Rajawali Sakti.
"Hap!"
Namun hanya sedikit saja merundukkan kepala, Pendekar Rajawali Sakti berhasil menghindari terjangan tameng perak itu. Tapi tanpa diduga sama sekali, tameng itu meluncur balik dan terus berputar ke arahnya. Seperti memiliki mata saja, tameng itu bisa mengetahui di mana lawan berada.
"Hup!"
Cepat-cepat Rangga melenting ke udara, menghindari terjangan tameng perak. Beberapa kali tubuhnya harus berjumpalitan di udara. Dan Pendekar Rajawali Sakti kini jadi menggeram dalam hati, melihat tameng itu bisa melayang sendiri menyerangnya tanpa henti.
"Sial, Hih!"
Cring!
Tidak ada lagi pilihan bagi Pendekar Rajawali Sakti. Maka dengan cepat sekali Pedang Rajawali Sakti dicabut dari warangka di punggung. Dan seketika itu juga, cahaya biru terang menyilaukan mata menyemburat, bagai hendak menyelubungi seluruh tubuh pemuda itu. Dan tepat di saat tameng Setan Perak Lembah Mayat meluncur deras ke arahnya, cepat sekali pedangnya dikebutkan untuk menyambut senjata yang bagaikan memiliki mata itu. Sehingga ...
"Hiyaaa...!"
Bet!
Trang!
Glarrr...!
Ledakan keras menggelegar kembali terdengar, begitu Pedang Rajawali Sakti beradu dengan tameng bulat Setan Perak Lembah Mayat. Tampak tameng itu terpental balik ke belakang. Sementara, Rangga hanya terdorong sejauh dua langkah saja. Dan dari ledakan itu, memercik bunga api yang menyebar ke segala arah.
"Hup! Hiyaaa..!"
Setan Perak Lembah Mayat melompat, mengejar senjata tamengnya. Langsung dijumputnya senjata itu, dan kembali mendarat manis sekali. Tapi begitu kakinya menjejak tanah...
"Heh...?!"
Kedua bola mata Setan Perak Lembah Mayat jadi terbeliak lebar dengan mulut ternganga. Dia seakan tidak percaya kalau tameng yang tadi kelihatan masih utuh, kini sudah terbelah menjadi dua bagian! Dan satu belahan lagi, telah jatuh menggeletak di ujung jari kakinya. Sedangkan satunya lagi, berada di tangannya.
"Keparat! Kubunuh kau..! Hiyaaat..!" Setan Perak Lembah Mayat benar-benar marah setengah mati, melihat senjata andalannya terbelah jadi dua bagian oleh pedang milik Pendekar Rajawali Sakti. Sambll berteriak keras menggelegar, dia melompat. Langsung potongan senjatanya dikebutkan ke kepala pemuda berbaju rompi putih itu.
"Haiiit..!"
Tapi dengan gerakan manis sekali, Rangga mengegoskan kepala. Dihindarinya terjangan potongan tameng perak itu. Dan begitu tameng yang tinggal sepotong itu lewat di atas kepalanya, cepat bagai kilat pedangnya dikebutkan.
"Yeaaah...!"
Bet!
"Uts!"
Setan Perak Lembah Mayat cepat-cepat menarik tubuhnya ke belakang, menghindari sabetan pedang yang memancarkan cahaya biru berkilauan itu. Dan pada saat tubuhnya agak terbungkuk, tanpa diduga sama sekali Pendekar Rajawali Sakti melepaskan satu pukulan keras menggeledek dengan tangan kiri ke arah wajah. Begitu cepat pukulannya, sehingga Setan Perak Lembah Mayat tidak sempat lagi menghindar.
Desss!
"Akh...!"
Untuk kedua kalinya Setan Perak Lembah Mayat terpekik, begitu pukulan tangan kiri Rangga yang mengandung pengerahan tenaga dalam mendarat telak di wajahnya. Dan saat kepalanya terdongak ke atas, cepat sekali Rangga kembali mengebutkan pedangnya.
"Hiyaaa...!"
Wukkk!
Setan Perak Lembah Mayat yang sama sekali tidak menyangka akan mendapat serangan begitu gencar dan cepat, benar-benar tidak dapat lagi berkutik. Dan...
Bret!
"Aaa...!"
Jeritan panjang melengking tinggi yang sangat menyayat pun terdengar membelah alam ini. Tampak darah seketika muncrat dari dada Setan Perak Lembah Mayat.
"Mampus kau! Yeaaah...!"
Baru saja Rangga mengangkat pedangnya dan hendak menebas leher Setan Perak Lembah Mayat, tiba-tiba saja....
"Kakang, jangan...!"
Rangga cepat menghentikan gerakan tangannya yang hampir terayun membabatkan pedang ke leher Setan Perak Lembah Mayat, begitu tiba-tiba terdengar teriakan mencegah dari Rara Ayu Ningrum. Gadis itu cepat berlari menghampiri Pendekar Rajawali Sakti, dan berdiri di depannya seperti menghadang. Sementara itu, Setan Perak Lembah Mayat sudah menggeletak dengan dada terbelah lebar mengucurkan darah. Gerakan tarikan napas pada dada dan perutnya, menandakan kalau dia masih hidup.
"Kita membutuhkannya, Kakang. Jangan cepat-cepat dibunuh," kata Rara Ayu Ningrum.
"Hm...," Rangga menggumam kecil.
Cring!
Pendekar Rajawali Sakti memasukkan pedang pusakanya ke dalam warangka di punggung. Dan seketika itu juga, cahaya biru yang memancar dari pedangnya lenyap, begitu tenggelam ke dalam warangka. Sementara, Rara Ayu Ningrum sudah memutar tubuhnya berbalik. Gadis itu menghampiri Setan Perak Lembah Mayat yang masih terbaring lemah menjelang ajal. Darah terus mengucur deras dari dadanya yang terbelah sangat dalam dan lebar, akibat terbabat pedang pusaka Pendekar Rajawali Sakti tadi.
"Ugkh...! Kenapa kau tidak jadi membunuhku, Pendekar Rajawali Sakti...?!" dengus Setan Perak Lembah Mayat, lemah dan terputus-putus suaranya.
"Terlalu enak kalau kau langsung mati, Setan Perak," Rara Ayu Ningrum yang menyahuti dengan nada suara dingin dan ketus.
Setan Perak Lembah Mayat menatap wajah cantik gadis itu. Tapi, sinar matanya kini tidak lagi memancar tajam. Darah yang terus mengucur dari dadanya, membuat sinar matanya meredup. Bahkan tarikan napasnya pun sudah mulai melemah.
"Katakan, di mana Jaka Anabrang tinggal!" tanya Rara Ayu Ningrum masih terdengar dingin sekali nada suaranya.
"Aku tidak kenal Jaka Anabrang!" sahut Setan Perak Lembah Mayat tidak kalah ketusnya.
"Jangan coba-coba berdusta, Setan Perak. Aku tahu kalau kau dan Jaka Anabrang sekongkol! Katakan, dimana Jaka Anabrang sekarang berada...?!" sentak Rara Ayu Ningrum.
Setan Perak Lembah Mayat tidak langsung menjawab. Ditatapnya gadis itu dengan bola mata terbuka lebar. Bibirnya terkatup rapat. Dan tiba-tiba saja tangannya bergerak cepat sekali. Lalu...
Crab!
"Hegkh...!"
"Heh?!"
Rara Ayu Ningrum terkejut setengah mati, begitu tiba-tiba Setan Perak Lembah Mayat menikam dirinya sendiri dengan sebilah pisau yang diambil dari balik ikat pinggangnya. Begitu cepat gerakan tangannya, sehingga tidak sempat dicegah lagi. Dan pisau berwarna keperakan itu menancap sangat dalam di dada Setan Perak Lembah Mayat.
"Keparat..!" dengus Rara Ayu Ningrum kesal. Gadis itu berpaling, menatap Rangga yang sejak tadi berada di samping kirinya. Pendekar Rajawali Sakti hanya diam saja melihat tindakan yang dilakukan Setan Perak Lembah Mayat.
"Huh! Kenapa dia lakukan itu...?" dengus Rara Ayu Ningrum, seperti bertanya pada diri sendiri.
Dan Rangga masih saja tetap membisu, tidak membuka suara sedikit pun. Hanya dipandanginya Setan Perak Lembah Mayat yang tergeletak tak bernyawa lagi, dengan sebilah pisau tertanam dalam dada.
Rara Ayu Ningrum melangkah mundur beberapa tindak. Tubuhnya lalu dihempaskan di atas akar pohon yang menyembul dari dalam tanah. Sementara, Pendekar Rajawali Sakti masih tetap berdiri tegak dekat mayat Setan Perak Lembah Mayat. Kedua anak muda itu saling bertatapan, seakan-akan ada yang hendak dikatakan. Tapi mereka hanya diam saja, dan hanya saling berpandangan satu sama lain. Sementara, suasana di dalam lembah itu begitu sunyi. Bahkan sedikit pun tidak terdengar suara binatang. Angin pun seakan-akan enggan bertiup.
"Ayo, tinggalkan tempat ini," ajak Rangga.
"Ke mana lagi kita pergi, Kakang?" tanya Rara Ayu Ningrum.
Rangga tidak langsung menjawab. Malah, ditatapnya gadis itu dengan sinar mata cukup tajam. Pertanyaan Rara Ayu Ningrum barusan seakan-akan menyiratkan keputusasaan. Seperti tidak punya harapan lagi menemui kakeknya, Ki Andak. Rangga melangkah menghampiri. Diambilnya tangan gadis itu, lalu digenggamnya erat-erat. Perlahan Rara Ayu Ningrum bangkit berdiri. Matanya terus memandangi wajah tampan Pendekar Rajawali Sakti dalam-dalam, seakan-akan ada yang hendak dikatakan.
"Kau seperti putus asa, Ningrum. Kenapa...?" tanya Rangga, mendahului sesuatu yang ingin dikatakan Rara Ayu Ningrum.
"Kau tahu, Kakang. Tidak ada seorang pun yang bisa keluar lagi dalam keadaan hidup, kalau sudah masuk ke dalam Lembah Mayat ini," kata Rara Ayu Ningrum pelan
"Tapi kakekmu pernah datang ke sini, dan bisa kembali lagi dalam keadaan hidup, Ningrum," balas Rangga.
Padahal, Rangga juga pernah datang ke sini beberapa hari yang lalu. Bahkan sempat pula bertarung melawan Setan Perak Lembah Mayat. Hanya saja, Pendekar Rajawali Sakti tidak menceritakannya pada gadis ini. Dan diyakini betul kalau tidak ada satu tempat pun di jagat raya ini yang sangat berbahaya. Rangga yakin, semua ini akan berakhir. Dan mereka semua akan keluar dari lembah ini dalam keadaan hidup.
"Kakek tidak pernah masuk ke lembah ini, Kakang. Kakek hanya berbohong Kakek tidak pernah sampai ke lembah ini. Dia hanya berada di pinggir saja, menunggu teman-temannya yang masuk ke dalam lembah ini. Dan tak seorang pun dari mereka yang kembali lagi," kata Rara Ayu Ningrum menjelaskan. "Aku tahu semua itu, karena waktu itu aku ada."
"Kenapa Ki Andak melakukan hal itu?" tanya Rangga, ingin tahu.
"Agar semua orang memandang dan menganggapnya berilmu tinggi. Dan memang, tidak ada seorang pun yang melecehkannya lagi. Semua orang di desa jadi menghormatinya. Bahkan kakek memanfaatkannya untuk mengambil pengaruh, sampai akhirnya sempat menjadi kepala desa dulu. Tapi sekarang ini tidak ada seorang pun yang memandangnya lagi. Itu setelah jabatan kepala desa digantikan orang lain, dan sudah banyak orang yang lupa akan peristiwa itu. Kakek sendiri terpukul, hingga sering mengurung diri dalam kamar. Bahkan sering bepergian tanpa diketahui ke mana arahnya. Dan belakangan ini, kakek seringkali pergi sampai berhari-hari. Aku tidak tahu, ke mana perginya," kata Rara Ayu Ningrum menceritakan yang sebenarnya.
Sedangkan Rangga terdiam. Dipandanginya gadis itu dengan kelopak mata agak menyipit. Dan keningnya pun kelihatan berkerut, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Rara Ayu Ningrum juga tidak bertanya lagi. Hanya dipandanginya wajah tampan Pendekar Rajawali Sakti dengan sinar mata bening.
"Ayo...," ajak Rangga.
Tanpa menunggu jawaban lagi, Pendekar Rajawali Sakti langsung memutar tubuhnya berbalik. Kakinya kini melangkah pergi, meninggalkan tempat ini. Sedangkan Rara Ayu Ningrum masih berdiri tegak, memandangi Rangga yang sudah melangkah menuju kuda yang tertambat agak jauh di pohon. Gadis itu baru mengayunkan kakinya, setelah Rangga berjalan cukup jauh. Dengan ayunan kaki lebar dan cepat, sebentar saja gadis itu sudah menjajarkan dirinya di samping Pendekar Rajawali Sakti. Belum ada yang membuka suara. Mereka terus berjalan dengan bibir terkatup rapat.

***

Sudah seluruh sudut Lembah Mayat ini dijelajahi. Tapi, tidak juga bisa ditemukan tempat tinggal Jaka Anabrang yang menyekap Pandan Wangi. Bahkan Rangga dan Rara Ayu Ningrum juga tidak lagi menemukan jejak Ki Andak. Sementara, matahari sudah condong ke arah barat. Sinarnya tidak lagi terasa menyengat.
"Rasanya tidak ada lagi tempat tersembunyi di Lembah Mayat ini. Sudah semua sudut dan pelosok dijelajahi. Aku tidak percaya kalau dia bertempat tinggal di dalam tanah," ujar Rangga terdengar bergumam, seperti bicara pada dirinya sendiri.
"Pasti ada tempat yang sangat rahasia dan tersembunyi di sini, Kakang," balas Rara Ayu Ningrum.
"Tempat macam apa...?" tanya Rangga seraya menatap gadis itu.
Rara Ayu Ningrum hanya mengangkat bahu saja. Dia sendiri tidak tahu, apa yang harus dilakukan lagi untuk menemukan tempat persembunyian Jaka Anabrang. Terlebih lagi, kakeknya saat ini mungkin sudah berhadapan dengan Jaka Anabrang. Hatinya benar-benar mencemaskan orang tua itu. Tapi, Rangga sudah benar-benar kehilangan jejak. Dan sejak tadi, mereka hanya berputar-putar saja tanpa arah dan tujuan pasti. Namun dalam hati, mereka merasa sangat yakin kalau Ki Andak berada di sekitar Lembah Mayat ini.
"Kau benar, Ningrum. Ada satu tempat yang sangat rahasia di sekitar Lembah Mayat ini. Hm...," gumam Rangga pelan, seperti bicara pada diri sendiri.
"Kita cari lagi, Kakang," ajak Rara Ayu Ningrum.
Rangga mendongakkan kepala ke atas. Tampak seekor Rajawali berbulu putih keperakan tengah melayang-layang tepat di atas kepalanya. Kelihatan kecil sekali, dan beberapa kali menghilang tertutup awan. Dia tahu, Rajawali Putih masih terus mengawasinya dari udara.
Diam-diam, Rangga menggunakan tenaga batin untuk berbicara dengan Rajawali Putih. Pendekar Rajawali Sakti ingin tahu, apakah Rajawali Putih sudah melihat tanda-tanda tempat persembunyian Jaka Anabrang. Cukup lama juga Rangga menunggu jawaban dari burung Rajawali raksasa itu.
"Ayo, Ningrum..," ajak Rangga.
Tanpa menunggu jawaban lagi, Pendekar Rajawali Sakti melangkah. Ayunan kakinya lebar dan cepat, sehingga membuat Rara Ayu Ningrum agak kewalahan mengikutinya. Dan gadis itu kini telah mensejajarkan ayunan langkahnya di samping kiri pemuda itu. Mereka terus berjalan tanpa bicara lagi sedikit pun. Sesaat Rara Ayu Ningrum merasa aneh melihat Rangga seperti sudah yakin akan arah yang dituju kali ini. Pendekar Rajawali Sakti berjalan dengan ayunan kaki begitu mantap.
Rara Ayu Ningrum memang tidak tahu kalau Rangga sudah mendapatkan petunjuk dari Rajawali Putih yang terus-menerus mengikuti dari angkasa. Rupanya burung rajawali raksasa berbulu putih keperakan itu sudah tahu tempat persembunyian Jaka Anabrang. Dan dengan kekuatan tenaga batin, diberitahunya kepada Rangga tadi.
Setelah cukup lama mereka berjalan, tiba-tiba saja Rangga menghentikan ayunan kakinya. Disertai gumaman kecil, Rara Ayu Ningrum ikut berhenti melangkah. Dipandanginya wajah tampan Pendekar Rajawali Sakti dengan sinar mata memancarkan satu pertanyaan dan keheranan.
"Ada apa, Kakang...?" tanya Rara Ayu Ningrum, tidak dapat lagi menahan rasa keingintahuannya.
"Kau di sini dulu, Ningrum. Jangan melangkah setindak pun," kata Rangga, agak dalam nada suaranya.
Rara Ayu Ningrum hanya menganggukkan kepala saja. Memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selain mengikuti Pendekar Rajawali Sakti, walaupun dalam kepalanya penuh segudang pertanyaan.
Sementara, Pendekar Rajawali Sakti mengayunkan kakinya perlahan-lahan. Sorot matanya terlihat begitu tajam, menatap lurus tak berkedip ke depan. Telinganya dipasang tajam-tajam, mendengar suara sekecil apa pun yang dapat ditangkap. Kakinya terus melangkah hati-hati sekali, sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai kesempurnaan. Hingga, sedikit pun tak terdengar suara walau kakinya tetap menjejak tanah. Dan begitu sudah berjalan sekitar lima batang tombak jauhnya, mendadak...
Wusss!
"Haiiit..!"
Cepat Rangga melenting ke udara, ketika tiba-tiba saja dari depan meluncur dua batang tombak. Dan tombak-tombak yang melesat lewat di bawah telapak kakinya langsung menancap pada sebatang pohon di belakang Pendekar Rajawali Sakti tadi. Sementara, Rangga sendiri beberapa kali berputaran di udara, lalu sekali menjejak kembali di tanah. Tapi pada saat kaki Pendekar Rajawali Sakti menjejak....
Srak!
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah..!"
Betapa terkejutnya Pendekar Rajawali Sakti ketika tiba-tiba saja dari dalam tanah di sekitarnya bersembulan makhluk-makhluk aneh bagai mayat hidup. Tak ada satu pun dari mereka yang bentuk tubuhnya masih utuh. Mereka benar-benar sosok mayat yang hidup kembali, setelah terkubur di dalam tanah. Jumlahnya tidak kurang dari sepuluh orang, dan langsung bergerak mengepung Pendekar Rajawali Sakti.

***

90. Pendekar Rajawali Sakti : Rajawali MurkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang