BAGIAN 8

660 25 6
                                    

Dan belum lagi hilang rasa terkejutnya, kembali Pendekar Rajawali Sakti dikejutkan oleh terdengarnya tawa yang sangat keras dan menggelegar. Dan belum lagi hilang suara tawa itu, terlihat sebuah bayangan berkelebat begitu cepat. Hingga tahu-tahu, di depan Pendekar Rajawali Sakti sudah berdiri seorang pemuda dengan sebilah pedang yang masih tersimpan dalam warangkanya.
"Jaka Anabrang...," desis Rangga langsung mengenali.
"Sudah kuduga, kau pasti akan datang ke sini, Pendekar Rajawali Sakti," ujar Jaka Anabrang dingin.
"Mana Pandan Wangi?!" sentak Rangga langsung.
"Ha ha ha...!" Jaka Anabrang masih tertawa terbahak-bahak, mendengar pertanyaan Pendekar Rajawali Sakti.
Dan begitu suara tawanya terhenti, Jaka Anabrang bersiul nyaring melengking tinggi. Begitu siulannya hilang, muncul empat orang laki-laki bersama seorang perempuan tua sambil menggiring Pandan Wangi dan Ki Andak yang seluruh tubuhnya terikat rantai.
"Dengar, Pendekar Rajawali Sakti. Kalau pedang pusakamu tidak kau serahkan, jangan menyesal kalau kepala mereka terpisah," ancam Jaka Anabrang dingin.
"Jangan pedulikan omongannya, Kakang!" seru Pandan Wangi menyentak.
Tapi begitu suaranya menghilang dari pendengaran, perempuan tua yang berdiri di sebelahnya langsung mengebutkan tangannya, menghantam dada gadis itu.
Buk!
"Akh...!" Pandan Wangi terpekik agak tertahan.
"Keparat..!" geram Rangga berang, melihat kekejaman itu.
"Serahkan saja pedangmu, Pendekar Rajawali Sakti. Atau memang ingin melihat kepala mereka pisah dari leher...?" desis Jaka Anabrang semakin dingin terdengar suaranya.
"Phuih...!" Rangga menyemburkan ludahnya dengan sengit.
Di saat ketegangan sudah sampai pada puncaknya, tiba-tiba saja Rara Ayu Ningrum yang sejak tadi tidak mendapat perhatian, melesat begitu cepat menerjang Jaka Anabrang.
"Mampus kau, Setan Keparat! Hiyaaat..!"
Teriakan Rara Ayu Ningrum, sempat membuat Jaka Anabrang tersentak kaget. Cepat tubuhnya diputar sambil mencabut Pedang Halilintar. Dan seketika itu juga, pedangnya dikebutkan ke arah Rara Ayu Ningrum yang tengah melayang di udara.
Wuk!
"Hiyaaa...!"
Melihat keselamatan Rara Ayu Ningrum terancam, Rangga langsung menghentakkan tangan kanannya dalam pengerahan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir, disertai tenaga dalam tingkat sempurna.
"Hih!"
Jaka Anabrang jadi tersentak kaget setengah mati. Cepat-cepat tangannya ditarik pulang, sebelum pedangnya yang berkilatan memancarkan cahaya menyilaukan itu sempat menyentuh tubuh Rara Ayu Ningrum.
"Hiyaaa...!"
Saat itu juga, Rangga melompat cepat bagai kilat menerjang pemuda yang memegang Pedang Halilintar. Menyadari akan kedahsyatan pedang di tangan Jaka Anabrang, Rangga tidak mau tanggung-tanggung lagi. Sambil melompat, pedang pusakanya dicabut dan langsung dikebutkan ke leher lawan.
Wukkk!
"Hih! Yeaaah...!"
Tidak ada lagi kesempatan bagi Jaka Anabrang untuk menghindari serangan Pendekar Rajawali Sakti. Cepat pedangnya dikebutkan, untuk menangkis sabetan Pedang Rajawali Sakti yang memancarkan cahaya biru terang menyilaukan mata. Hingga tak pelak lagi, dua pedang yang berpamor sangat dahsyat pun bertemu di udara.
Trang!
Glarrr...!
Ledakan keras dan menggelegar pun terjadi, begitu dua mata pedang berpamor dahsyat beradu. Tampak kilatan bunga api memercik menyebar ke segala arah. Sementara, terlihat kedua pemuda itu terpental ke belakang sejauh beberapa langkah. Mereka sama-sama jatuh bergulingan, lalu secara bersamaan pula kembali bangkit berdiri.
"Phuih! Serang dia...!" teriak Jaka Anabrang memberi perintah.
"Biar manusia-manusia busuk ini kuhadapi, Kakang!" seru Rara Ayu Ningrum cepat.
"Hiyaaat..!"
Rara Ayu Ningrum langsung saja melompat menerjang mayat-mayat hidup dengan kebutan pedangnya yang begitu cepat, hingga sukar diikuti mata biasa. Sengaja mayat-mayat hidup ini dihadapi agar Rangga bisa leluasa menghadapi Jaka Anabrang.
"Setan keparat! Phuih...!"
Jaka Anabrang jadi geram setengah mati melihat Rara Ayu Ningrum menggempur mayat-mayat hidup suruhannya. Dan saat itu Rangga sudah melangkah menghampiri, dengan Pedang Rajawali Sakti tersilang di depan dada.
"Hiyaaat..!"
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Pendekar Rajawali Sakti melompat menyerang, sambil mengebutkan pedangnya dengan kecepatan bagai kilat. Akibatnya, Jaka Anabrang harus berjumpalitan menghindarinya.
Pertarungan antara Rangga dan Jaka Anabrang tidak dapat lagi dihindari.

90. Pendekar Rajawali Sakti : Rajawali MurkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang