BAGIAN 6

433 21 0
                                    

Suasana terasa begitu sunyi di puncak Bukit Menjangan ini. Tak ada seorang pun yang bersuara. Sementara Ratu Intan Kumala sudah melangkah ke depan, setelah beberapa kali gagal melepaskan totokan di tubuh Pandan Wangi. Entah siapa yang melakukannya. Tapi yang jelas, sekarang Pandan Wangi tidak mungkin lagi bisa dipengaruhi obat ampuh yang dimiliki.
"Kau jaga dia, Nyai," perintah Ratu Intan Kumala.
"Baik, Gusti," sahut Nyai Purut.
Ratu Intan Kumala berdiri tegak sambil berkacak pinggang. Sorot matanya terlihat begitu tajam, merayapi sekitarnya yang begitu sunyi dan berselimut kabut tebal. Sama sekali tidak terlihat adanya orang lain di sekitar puncak Bukit Menjangan ini. Keadaan begitu sunyi, sampai desir angin yang begitu halus pun terdengar jelas mengusik telinga.
"Tikus busuk! Keluar kau...!" bentak Ratu Intan Kumala lantang menggelegar.
Suara wanita cantik bagai bidadari itu menggema, terpantul hingga jauh mengambang. Tapi, tidak juga terdapat jawaban, walaupun suaranya sudah lenyap dari pendengaran. Dan keadaan sekitar puncak bukit itu terus terasa sunyi mencekam. Ratu Intan Kumala jadi semakin gusar. Wajahnya sudah terlihat memerah, menahan kemarahan yang amat sangat.
"Huh!" Sambil mendengus kesal. Ratu Intan Kumala memutar tubuhnya dan melangkah menghampiri Pandan Wangi. Sedangkan gadis-gadis berpakaian hitam yang mengelilingi si Kipas Maut segera menyingkir memberi jalan. Ratu Intan Kumala langsung menjambak rambut si Kipas Maut itu, dan mendongakkannya ke atas dengan kasar.
"Lihat..! Kalau kau tidak menunjukkan batang hidungmu, leher gadis ini akan kupatahkan!" teriak Ratu Intan Kumala mengancam.
"Jangan bertindak seperti pengecut, Intan Kumala...!"
Tiba-tiba saja terdengar suara bernada berat dan penuh wibawa. Suara itu terdengar menggema, seperti datang dari segala arah. Jelas, orang itu mengerahkannya disertai tenaga dalam yang sudah tinggi sekali tingkatannya. Dan dari suaranya, bisa ditebak kalau orang itu pasti laki-laki.
"Siapa kau?! Tunjukkan batang hidungmu...!" seru Ratu Intan Kumala. Suaranya tetap lantang menggelegar.
"Sejak tadi aku di sini, Intan Kumala."
"Hhh!" Ratu Intan Kumala mendengus pendek. Cepat tubuhnya diputar ke kanan. Dan entah dari mana dan kapan datangnya, tahu-tahu sudah berdiri seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh lima tahun, di atas batu pipih yang biasa diduduki Nyai Purut.
Laki-laki itu mengenakan baju ketat warna putih, yang bagian belakangnya dibuat panjang. Wajahnya cukup tampan, dan memiliki garis-garis ketegasan yang memancarkan kewibawaan. Dan herannya tidak terlihat adanya satu bentuk senjata pun melekat di tubuhnya. Tapi di dalam genggaman tangan kanannya, terdapat sebuah seruling dari bambu kuning.
"Siapa kau?! Berani benar mencampuri urusanku...!" bentak Ratu Intan Kumala, seraya melangkah menghampiri.
Pemuda itu tidak langsung menjawab. Dia lalu melompat turun dari atas batu dengan gerakan indah dan ringan sekali. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun, kakinya mantap menjejak tanah, tepat sekitar enam langkah lagi di depan Ratu Intan Kumala.
"Semua orang selalu memanggilku Pendekar Seruling Sakti," kata pemuda itu memperkenalkan diri. "Maaf, kalau kehadiranku telah mengganggu. Tapi, aku tidak bisa melihat ada orang teraniaya tanpa dapat membela diri."
"Phuih! Kau telah lancang mengganggu pekerjaanku, Kisanak. Kau harus menerima hukumannya!" dengus Ratu Intan Kumala, ketus.
"Hukuman apa yang pantas untukku, Intan Kumala?" Terdengar tenang sekali nada suara Pendekar Seruling Sakti. Bahkan bibirnya menyunggingkan senyuman yang begitu menawan, sehingga membuat paras wajahnya semakin terlihat tampan. Dan sikapnya juga kelihatan begitu tenang sedikit pun tidak merasa gentar menghadapi wanita setengah siluman ini. Padahal, di sekelilingnya sudah ada sekitar dua puluh orang gadis yang semuanya sudah menghunus pedang, dan tinggal menunggu perintah menyerang saja.
"Kau pantas untuk mati, Kisanak!" desis Ratu Intan Kumala. Kedua tangan Ratu Intan Kumala yang halus dan lembut sudah naik dengan gerakan yang begitu lembut. Sementara sorot matanya terlihat sangat tajam, menusuk langsung ke bola mata Pendekar Seruling Sakti.
Tapi pada saat itu, Nyai Purut menghampiri. "Gusti Ratu, izinkan hamba memberi sedikit pelajaran pada bocah lancang itu," pinta Nyai Purut.
"Hm...," Ratu Intan Kumala menggumam kecil, seraya melirik perempuan tua ini.
"Baiklah, Nyai Purut Tapi aku tidak ingin dia lama-lama ada di sini," sahut Ratu Intan Kumala.
"Secepatnya hamba akan mengirimnya ke lubang kubur, Gusti Ratu," sahut Nyai Purut.
Ratu Intan Kumala melangkah mundur beberapa tindak. Sedangkan Nyai Purut mengayunkan kakinya ke depan dua langkah. Dan....
"Hiyaaat..!" Tanpa berkata-kata lagi, perempuan tua berjubah hitam itu langsung saja melompat secepat kilat sambil berteriak keras menggelegar. Dan secepat kilat pula, tongkat kayunya dikebutkan ke arah kepala Pendekar Rajawali Sakti.
"Hapts...!" Tapi, hanya sedikit saja Pendekar Seruling Sakti mengegoskan kepala, maka sabetan tongkat kayu itu lewat di atas kepalanya.
Dan Nyai Purut cepat memutar tongkatnya, lalu kembali membabatkannya ke arah pinggang disertai pengerahan tenaga dalam.
"Uts...!" Manis sekali Pendekar Seruling Sakti menarik tubuhnya ke belakang. Sehingga, tebasan tongkat Nyai Purut tidak sampai mengenai tubuhnya. Dan belum juga Nyai Purut bisa menarik tongkatnya pulang, Pendekar Seruling Sakti sudah cepat melompat. Lalu bagaikan kiat, dilepaskannya satu tendangan yang begitu keras disertai pengerahan tenaga dalam tinggi.
"Hiyaaat...!"
"Ikh...!" Bet!
Nyai Purut jadi tersentak kaget setengah mati. Cepat-cepat tongkatnya dikebutkan ke depan, untuk melindungi dadanya dari tendangan kaki kanan pemuda yang mengaku berjuluk Pendekar Seruling Sakti. Tapi tanpa diduga sama sekali, Pendekar Seruling Sakti bisa cepat menarik pulang kaki kanannya. Dan hampir bersamaan, dilepaskannya satu pukulan menggeledek yang mengarah ke kepala.
"Hapts!" Nyai Purut cepat-cepat menarik kepala ke belakang, hingga pukulan keras yang dilepaskan Pendekar Seruling Sakti tidak sampai mengenai kepala. Saat itu juga, tongkatnya dikebutkan ke depan sambil melompat sedikit.
Wuk!
"Hih!" Tidak ada lagi kesempatan bagi Pendekar Seruling Sakti untuk berkelit menghindar. Dengan cepat sekali, seruling bambu kuningnya yang terselip di pinggang dicabut. Dan secepat itu pula, dikebutkannya untuk menangkis sabetan tongkat Nyai Purut.
Trak!
"Hih! Yeaaah...!" Nyai Purut langsung melengking ke udara, begitu serangan tongkatnya bisa ditangkis. Dan bagaikan kilat, tongkatnya kembali dikebutkan ke kepala pendekar muda itu.
"Hap!" Bet...!
Cepat-cepat Pendekar Seruling Sakti mengebutkan seruling bambu kuningnya ke atas kepala, hendak menangkis serangan tongkat perempuan tua itu. Tapi tanpa diduga sama sekali, tiba-tiba saja Nyai Purut memutar tubuhnya. Dan bagaikan kilat, tangan kirinya dikebutkan ke bawah.
Slap! Seketika itu juga terlihat dua buah benda berwarna putih keperakan melesat begitu cepat dari telapak tangan kirinya yang terbuka. Akibatnya, Pendekar Seruling Sakti jadi terkejut setengah mati.
"Hup!" Cepat-cepat pemuda itu melenting ke udara, menghindari serangan senjata rahasia perempuan tua ini. Tapi pada saat tubuhnya melayang di udara, tanpa dapat diduga sama sekali kedua telapak tangan Nyai Purut melepaskan satu pukulan dahsyat.
"Yeaaah...!" Begitu cepat serangan yang dilancarkan perempuan tua itu, sehingga tidak ada lagi kesempatan bagi Pendekar Seruling Sakti untuk dapat menghindar. Dan....
Plak!
"Akh...!" Pendekar Seruling Sakti seketika terpental ke belakang, begitu dadanya terkena pukulan keras mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi. Keras sekali tubuhnya menghantam tanah, dan bergulingan beberapa kali.
Sementara, Nyai Purut berputaran beberapa kali di udara. Lalu, manis sekali kakinya menjejak tanah kembali. Saat itu, Pendekar Seruling Sakti mencoba bangkit berdiri. Tapi belum juga bisa berdiri sempurnanya, Nyai Purut sudah melepaskan satu tendangan lagi disertai pengerahan tenaga dalam sekali. Begitu cepatnya tendangannya sehingga Pendekar Seruling Sakti benar-benar tidak dapat lagi menghindari.
Dugkh!
"Akh...!" Kembali Pendekar Seruling Sakti terpekik dan terpental sejauh dua batang tombak, begitu bagian tulang iganya terkena tendangan keras dan mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi. Kalau saja tidak memiliki kepandaian dan pengerahan tenaga dalam tinggi, pasti seluruh tulang-tulang sudah remuk. Dan mungkin tidak akan bisa melihat matahari lagi esok pagi.
Tapi Pendekar Seruling Sakti memang bukan orang sembarangan. Walaupun baru saja terkena dua kali serangan dahsyat, dia mampu cepat bangkit berdiri lagi. Hanya saja, berdirinya sedikit terhuyung-huyung. Tampak darah segar mengalir keluar dari mulut dan lubang hidungnya.
"Huh!" Sambil menyeka darah, Pendekar Seruling Sakti mendengus. Ditatapnya Nyai Purut yang berdiri tegak dengan sikap angkuh, sekitar satu setengah tombak di depannya. Kemudian diangkatnya seruling bambu kuning, dan ditempelkan ke bibirnya yang merah seperti bibir seorang gadis belia. Dan saat itu juga, terdengar alunan seruling yang merdu. Tapi, kemerduan alunan irama seruling itu tak berlangsung lama. Suaranya cepat berubah melengking, membuat telinga jadi berdenging.
"Cepat ke belakangku...!" seru Ratu Intan Kumala tiba-tiba.
Semua gadis pengikutnya segera berhamburan, dan berbaris di belakang wanita cantik itu. Demikian pula Nyai Purut, yang sudah berada di sebelah kanannya. Dan saat itu juga, Ratu Intan Kumala mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi ke atas kepala. Lalu...
"Hiyaaa...!" Ketika alunan seruling yang dimainkan Pendekar Seruling Sakti sudah hampir tidak tertahankan lagi, mendadak saja dari kedua telapak tangan Ratu Intan Kumala memancarkan cahaya yang begitu terang menyilaukan. Cahaya itu terus memendar, membentuk lingkaran di depannya. Dan tiba-tiba saja, suara seruling itu sama sekali tidak menyakitkan telinga Nyai Purut dan gadis-gadis yang berada di belakangnya. Bahkan kini terdengar begitu merdu.
"Ha ha ha...!" Ratu Intan Kumala tertawa terbahak-bahak, diikuti Nyai Purut dan gadis-gadis pengikutnya ketika mendengarkan pemuda itu memainkan serulingnya.
Melihat kenyataan yang tidak diduga sama sekali ini, Pendekar Seruling Sakti jadi terkejut setengah mati. Seluruh kekuatannya segera dikerahkan, dengan memainkan irama-irama maut dari seruling saktinya. Tapi semakin kuat kekuatannya dikerahkan, semakin sulit pula menembus benteng cahaya yang dibuat Ratu Intan Kumala.
"Setan...! Perempuan iblis itu benar-benar sukar ditaklukkan. Huh...!" Pendekar Seruling Sakti jadi menggerutu sendiri dalam hati. Sudah seluruh kekuatannya dikerahkan, tapi wanita-wanita itu malah tertawa-tawa kesenangan, seperti mendapat hiburan saja. Dan ini membuat wajah Pendekar Seruling Sakti jadi memerah bagai biji saga. Cepat permainan serulingnya dihentikan.
Sementara itu, Ratu Intan Kumala mencabut tirai cahayanya. Dia berdiri tegak sambil berkacak pinggang disertai senyum menawan tersungging di bibir.
"Hanya sampai di situ sajakah kepandaianmu, Pendekar Seruling Sakti...?" ejek Ratu Intan Kumala sinis.
"Iblis..!" desis Pendekar Seruling Sakti.
"Aku rasa, sudah saatnya kau menerima hukumanku," kata Ratu Intan Kumala lagi.
Pendekar Seruling Sakti hanya berdiri tegak saja. Dengan sorot mata tajam tanpa berkedip sedikit pun juga, ditatapnya bola mata wanita cantik setengah siluman itu. Sementara, Ratu Intan Kumala sudah mengayunkan kakinya, mendekati pemuda ini. Wajahnya terlihat begitu tegang, memancarkan nafsu membunuh. Perlahan namun pasti, kakinya terus melangkah semakin dekat.
"Bersiaplah untuk mati, Bocah Lancang! Hiyaaat...!"
Begitu selesai kata-katanya, bagaikan kilat Ratu Intan Kumala menghentakkan kedua tangannya ke depan. Dan seketika itu juga, dari kedua telapak tangannya memancar cahaya merah menyala bagai api. Begitu cepat serangannya, sehingga membuat Pendekar Seruling Sakti jadi terperangah. Dan pemuda itu tidak sempat lagi mengambil tindakan menghindar.
Tapi begitu ujung cahaya merah bagai api itu hampir menghantam dadanya, mendadak saja sebuah bayangan putih berkelebat begitu cepat bagai kilat menyambar tubuhnya. Sehingga, cahaya merah yang memancar dari kedua telapak tangan Ratu Intan Kumala hanya lewat dan menghantam batu pipih yang biasa digunakan Nyai Purut untuk memanggil junjungannya.
Glaaar!
Satu ledakan yang begitu keras pun terdengar menggelegar dahsyat, membuat seluruh puncak bukit ini jadi bergetar bagai terguncang gempa. Batu berukuran besar dan tampak kokoh itu seketika hancur berkeping-keping, menyebar ke segala arah. Abu dan kepingan batu bercampur api, tampak membubung tinggi ke angkasa. Sehingga, suasana malam yang pekat jadi terang untuk sesaat oleh percikan api yang menghancurkan batu itu.
"Setan alas...! Siapa berani kurang ajar padaku, heh...?!" bentak Ratu Intan Kumala berang setengah mati. Belum juga wanita cantik itu bisa mengetahui siapa yang menyelamatkan Pendekar Seruling Sakti dari kematian tiba-tiba saja....
"Gusti Ratu...."
"Setan! Ada apa, Nyai Purut...?" bentak Ratu Intan Kumala, seraya memutar tubuhnya cepat berbalik.
Tampak Nyai Purut berlutut, sambil menyembah dengan tubuh menggeletar seperti kedinginan. Dan semua gadis yang menjadi pengikutnya juga berlutut dengan sikap sama. Hal ini membuat Ratu Intan Kumala jadi mendelik, tidak mengerti sikap para pemujanya.
"Ada apa ini...?!" sentak Ratu Intan Kumala.
"Ampun, Gusti. Tawanan kita...," sahut Nyai Purut, terbata-bata tanpa menyelesaikan kata-katanya.
"Heh...?!" Kedua bola mata Ratu Intan Kumala jadi terbeliak lebar, begitu melihat tonggak kayu tempat Pandan Wangi terikat di sana tadi, kini sudah kosong. Bahkan tonggak kayu itu hancur berkeping-keping, seperti baru saja terkena satu pukulan dahsyat yang mengandung pengerahan tenaga dalam sangat tinggi. Bergegas Ratu Intan Kumala menghampiri kepingan tonggak kayu itu. Kedua bola matanya terbeliak berputaran, seperti tidak percaya dengan semua yang telah terjadi di tempat ini. Dia seperti bermimpi, menghadapi beberapa peristiwa yang sama sekali tidak terduga.
"Bagaimana ini bisa terjadi, Nyai Purut...?" tanya Ratu Intan Kumala seraya mengarahkan pandangan pada Nyai Purut.
"Hamba sendiri tidak tahu, Gusti. Perhatian hamba sedang terpusat pada pemuda setan itu tadi," sahut Nyai Purut.
"Bodoh! Seharusnya kau jaga dia! Huh, sial...!"
"Maafkan hamba, Gusti Ratu. Hamba akan berusaha mendapatkannya lagi."
"Sudah...! Biar kutangani sendiri!" bentak Ratu Intan Kumala berang. Belum lagi hilang suaranya, tahu-tahu wanita cantik yang setengah siluman itu sudah lenyap dari pandangan mata. Entah ke mana perginya, tanpa meninggalkan bekas sedikit pun. Memang tinggi sekali ilmu yang dimiliki, sehingga bisa melesat begitu cepat bagaikan terhembus angin. Sedangkan Nyai Purut hanya bisa diam dengan wajah merasa bersalah, atas hilangnya Pandan Wangi akibat kelalaiannya.
"Jangan diam saja! Ayo kita cari lagi dia!" bentak Nyai Purut memberi perintah pada gadis-gadis pengikutnya.
Tanpa mendapat perintah dua kali, gadis yang semuanya berbaju serba hitam itu segera berdiri dan mengikuti ayunan kaki Nyai Purut yang lebar dan cepat di depan. Ke mana sebenarnya Pandan Wangi? Mungkinkah dia bisa melepaskan diri sendiri setelah mendapatkan totokan pada pusat jalan darahnya secara aneh tadi...?

***

91. Pendekar Rajawali Sakti : Ratu Intan KumalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang