Semalaman penuh, Rangga, Pandan Wangi, dan Nyai Samirah tidak bisa memicingkan matanya barang sekejap pun. Dan begitu matahari membiaskan cahayanya di ufuk timur, mereka mulai bergerak meninggalkan padepokan yang sudah hancur dengan menunggang kuda masing-masing. Kuda-kuda dikendarai tidak terlalu cepat, dengan tujuan ke utara. Mereka terus berkuda sampai matahari berada tepat di atas kepala, dan baru berhenti setelah tiba di lereng Bukit Menjangan. Bukit ini cukup tinggi, dan selalu terselimut kabut tebal. Mereka turun dari punggung kuda masing-masing. Sedangkan kuda-kuda itu dibiarkan merumput, tanpa tali kekang terikat. Pandangan mata mereka kini sama-sama tertuju ke puncak bukit yang tampak putih berselimut kabut.
"Kalian siap ke sana...?" tanya Rangga tanpa berpaling sedikit pun.
"Nyawa pun akan ku pertaruhkan, asalkan iblis-iblis keparat itu musnah dari muka bumi," tegas, Nyai Samirah.
"Bagaimana denganmu, Pandan?" Tanya Rangga seraya berpaling menatap Pandan Wangi.
"Ke neraka sekali pun, aku tidak akan mundur selangkah pun, Kakang," sahut Pandan Wangi mantap.
"Tapi kekuatan mereka harus diperhatikan, Nyai. Kita hanya bertiga. Sedangkan mereka, paling sedikit ada dua puluhan orang jumlahnya," kata Rangga lagi.
"Rasanya kita tidak memerlukan bantuan siapa pun juga, Rangga. Kalaupun perlu, rasanya terlalu berbahaya bila murid-murid padepokan lain diikutsertakan. Memang, aku sendiri yakin kalau mereka pasti tidak akan menolak, bila diminta untuk melenyapkan perempuan-perempuan setan itu," kata Nyai Samirah lagi.
Rangga terdiam dan pandangannya kembali tertuju pada puncak Bukit Menjangan yang selalu terselimut kabut tebal. Nyai Samirah dan Pandan Wangi juga mengarahkan pandangan ke sana. Walaupun hati sudah begitu mantap, tapi kata-kata Rangga tadi membuat mereka jadi berpikir juga. Dan dari kenyataan yang ada, memang jumlah kekuatan mereka tidaklah sebanding.
Terlebih lagi, yang jadi tujuan adalah kediaman Ratu Intan Kumala. Sudah barang tentu, semakin besar pula bahaya yang akan dihadapi di sana nanti. Tapi bagi Rangga sendiri, bukan jumlah kekuatan orang yang menjadi beban pikirannya. Dari pertarungannya melawan Ratu Intan Kumala semalam, sudah bisa diukur kalau Nyai Samirah dan Pandan Wangi tidak akan sanggup untuk ikut menghadapi. Sedangkan untuk menghadapi Nyai Purut dan gadis-gadis pengikutnya, sudah cukup berat bagi Nyai Samirah dan Pandan Wangi. Berbagai macam perhitungan sudah memenuhi benak Pendekar Rajawali Sakti. Dia tidak mau bertindak gegabah, yang bisa saja dapat merugikan mereka semua.
"Tunggu apa lagi, Kakang...? Ayo kita ke sana," ajak Pandan Wangi tidak sabaran.
Rangga tidak menyahuti, dan malah menggumam perlahan. Kepalanya terlihat bergerak ke kanan sedikit. Pandan Wangi yang melihat gerakan kepala Pendekar Rajawali Sakti langsung saja menggenggam senjata Kipas Maut, walaupun belum dicabut dari balik ikat pinggangnya. Sementara, telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti juga sudah terlihat terkepal. Sedangkan Nyai Samirah yang belum menyadari, tidak tahu gelagat yang sudah dirasakan kedua pendekar muda itu. Dia jadi heran juga melihat Pandan Wangi sudah mencabut setengah senjata mautnya yang berbentuk kipas dari baja berwarna putih keperakan.
"Pandan, kenapa kau...."
Belum lagi selesai pertanyaannya Nyai Samirah, tiba-tiba saja....
"Awas...!" Seruan Rangga yang begitu keras dan sangat tiba-tiba, langsung mengejutkan Nyai Samirah. Dan belum juga perempuan tua itu bisa menyadari apa yang terjadi, mendadak sebuah bayangan hitam berkelebat begitu cepat dari atas pohon ke arah kepalanya. Maka, perempuan tua itu jadi terperangah. Tapi belum juga bayangan hitam itu mendekat, Pandan Wangi yang sejak tadi sudah siaga, langsung saja melesat sambil mencabut kipas mautnya.
"Hiyaaat...!"
Bet!
Begitu cepat Pandan Wangi mengebutkan senjata mautnya, tapi bayangan hitam itu juga lebih cepat lagi melenting menghindarinya. Sehingga, kebutan kipas maut berujung runcing itu tidak sampai mengenainya. Dan pada saat yang bersamaan, Rangga juga menyambar tubuh Nyai Samirah. Akibatnya, perempuan tua itu jatuh bergulingan di tanah, tapi cepat melompat bangkit. Sementara, Pandan Wangi terus melenting mengejar sosok tubuh berpakaian serba hitam itu. Beberapa kali kipas mautnya dikebutkan, tapi sosok tubuh berbaju serba hitam itu memang sangat gesit. Tak heran kalau serangan selalu bisa dihindari gadis berjuluk si Kipas Maut.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Beberapa kali Pandan Wangi mengebutkan senjatanya dengan kecepatan tinggi sekali. Namun sosok tubuh berpakaian serba hitam itu terus berjumpalitan di udara untuk menghindarinya. Hingga akhirnya, sosok hitam itu melesat jauh ke belakang sambil berputaran beberapa kali. Lalu manis sekali kakinya menjejak tanah, tepat bersamaan dengan Pandan Wangi juga menjejakkan kakinya di tanah.
"Hap! Yeaaah...!"
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Pandan Wangi langsung saja melompat menyerang sambil mengebutkan kipasnya secara berputaran dari leher ke dada. Serangan yang dilakukan sungguh cepat, membuat orang berpakaian serba hitam itu jadi kelabakan menghindarinya. Dan pada saat orang berbaju hitam itu terus terdesak, tiba-tiba saja dari atas pohon muncul lagi satu sosok tubuh yang juga berpakaian serba hitam. Bahkan langsung meluruk, menyerang Pandan Wangi.
"Hup! Yeaaah...!"
Cepat-cepat Pandan Wangi melompat ke belakang sambil berputaran di udara beberapa kali. Lalu, manis sekali kakinya menjejak tanah. Namun belum juga tubuhnya bisa ditegakkan, dua orang berpakaian serba hitam itu sudah melompat menyerang kembali dengan kecepatan tinggi sekali.
"Cepat mundur, Pandan! Hiyaaa...!"
"Hup!" Begitu Pandan Wangi melompat mundur ke belakang, saat itu juga Rangga melesat bagai kilat menyongsong dua orang berpakaian serba hitam tadi. Langsung saja dilepaskannya dua pukulan menggeledek disertai pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna.
"Haiiit...!"
"Haps!"
Tapi kedua orang itu cepat sekali berkelit, menghindari serangan Pendekar Rajawali Sakti dengan berlompatan menyebar ke samping. Sehingga, pukulan itu sama sekali tidak mengenai sasaran.
Sret! Cring!
"Hmmm...." Rangga menyilangkan tangan kanannya ke depan dada, begitu melihat dua orang berpakaian serba hitam yang ternyata dua orang gadis berusia muda mencabut pedangnya. Mereka kini berada di sebelah kanan dan kiri Pendekar Rajawali Sakti. Kaki mereka bersamaan bergeser. Gerakan mereka ringan sekali, dengan pedang digerak-gerakkan.
Sementara, Pandan Wangi sudah berada di samping Nyai Samirah lagi. Sedangkan kaki Rangga juga bergeser mengikuti arah gerakan kaki kedua gadis muda berpakaian serba hitam itu. Dia tahu, gadis-gadis ini adalah para pengikut Nyai Purut, dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Kepandaian mereka memang tidak bisa dikatakan rendah. Bahkan Nyai Samirah yang mengetuai sebuah padepokan pun, pasti akan mendapat kesulitan menghadapinya.
Hal ini sudah diketahui ketika Nyai Samirah ikut bersama padepokan-padepokan lain menggempur tempat kediaman Nyai Purut dan para pengikutnya. Hal ini membuat Rangga tidak bisa memandang rendah kedua gadis muda ini. Dengan sinar mata tajam, diamatinya setiap gerakan kaki dua calon lawannya. Dan keadaan pun jadi terasa sunyi sekali. Sedikit pun tak terdengar suara keluar dari mulut mereka. Ketegangan begitu terasa merasuk ke dalam hati.
"Hiyaaa...!" Bet! Wuk!
Bagaikan kilat, kedua gadis berpakaian serba hitam itu melesat cepat sambil mengebutkan pedang ke arah kepala dan kaki Rangga. Namun, Pendekar Rajawali Sakti yang memang sejak tadi sudah siap cepat merundukkan kepala, diikuti tarikan kaki ke atas. Sehingga, serangan kilat dan bersamaan dari kedua gadis manis sekali itu dapat dihindari. Bahkan tanpa diduga sama sekali, Rangga melakukan gerakan berputar yang begitu cepat, Sambil melepaskan dua pukulan sekaligus secara beruntun. Kemudian, disusul sepakan kakinya yang begitu cepat dan menggeledek. Begitu cepat serangan baliknya, sehingga kedua gadis itu tidak sempat lagi menyadari. Dan....
Dugkh! Begkh!
"Ukh...!"
"Aaakh...!"
Kedua gadis itu seketika terpental ke belakang, sambil memekik keras agak tertahan. Pukulan dan tendangan yang dilepaskan Rangga, tepat menghantam tubuh mereka dengan keras sekali. Tapi hanya beberapa kali saja mereka bergulingan di tanah, lalu cepat melompat bangkit berdiri.
Sedangkan Rangga sudah berdiri tegak menanti. Memang, pukulan dan tendangan yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti tadi tidak disertai pengerahan tenaga dalam penuh. Sehingga, tidak sampai melukai kedua gadis itu. Bahkan mereka sudah kembali berlompatan menyerang sambil berteriak begitu keras melengking tinggi.
"Hup! Yeaaah...!" Kembali Rangga melenting ke udara. Dan saat itu juga jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa dikerahkan. Kedua kakinya bergerak begitu cepat mengarah, langsung ke kepala salah seorang gadis itu. Demikian cepat serangan itu, sehingga gadis ini tidak dapat lagi menghindar. Dan...
Des! Prak!
"Aaa...!" Kembali terdengar jeritan panjang menyayat yang melengking tinggi. Tampak salah seorang gadis yang terkena sepakan kaki Pendekar Rajawali Sakti berputaran beberapa kali di atas kedua kakinya, lalu ambruk menggelepar di tanah. Kepalanya kontan pecah, dan menyemburkan darah segar. Gadis itu mengerang sambil menggeliat-geliat meregang nyawa. Sementara, gadis lainnya lagi jadi terlongong bengong melihat temannya yang kini mengejang kaku dan diam tak bergerak-gerak lagi.
"Keparat! Kubunuh kau! Hiyaaat...!" Gadis yang melihat temannya tewas dengan kepala pecah jadi geram bukan main. Sambil berteriak keras menggelegar, dia melompat menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Pedangnya dikebutkan beberapa kali, menyerang bagian-bagian tubuh Rangga yang mematikan.
Tapi dengan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', manis sekali Pendekar Rajawali Sakti berhasil menghindari serangan-serangan itu. Meskipun cahaya pedang berkelebatan di sekitar tubuh Pendekar Rajawali Sakti, namun tak satu pun yang bisa menyentuh. Jurus demi jurus pun berlalu cepat. Dan Rangga masih saja menggunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'. Sebuah jurus yang hanya digunakan untuk menghindari setiap serangan gencar dan beruntun seperti ini.
"Setan...! Hiyaaat...!" Gadis itu jadi geram setengah mati, melihat serangan-serangan yang dilancarkan tidak mendapat hasil sedikit pun. Sambil berteriak keras menggelegar, serangannya semakin diperhebat. Pedangnya berkelebatan cepat sekali, hingga menimbulkan suara angin mencicit mengiris hati.
Sementara, Rangga masih saja berjumpalitan, sambil meliuk-liukkan tubuhnya untuk menghindari setiap serangan yang datang. Dan, Pendekar Rajawali Sakti mulai merasakan kalau serangan-serangan yang dilancarkan gadis ini semakin bertambah cepat dan berbahaya saja.
"Hup! Hiyaaa...!" Menyadari akan bahayanya serangan-serangan gadis berbaju serba hitam itu, bagai kilat Rangga melenting tinggi-tinggi ke udara. Kemudian beberapa kali tubuhnya berputaran di udara, sebelum akhirnya hinggap di atas sebatang dahan pohon yang cukup tinggi.
"Hiyaaa...!"
"Heh...?!" Rangga jadi kaget setengah mati, begitu tiba-tiba saja gadis berbaju serba hitam itu menghentakkan cepat tangan kanannya setelah memindahkan pedangnya ke tangan kiri. Dan seketika itu juga, dari telapak tangan kanannya yang terbuka dan tertuju ke arah Rangga, meluncur secercah sinar berwarna merah menyala bagai kilatan lidah api.
"Hiyaaa...!" Cepat-cepat Rangga melenting dan langsung meluruk turun dengan gerakan sangat ringan bagaikan kapas tertiup angin. Maka, serangan gadis berbaju serba hitam itu tidak menemui sasaran. Dan sinar merah menyala bagai lidah api itu hanya menghantam pohon yang dinaiki Rangga tadi.
Glaaar...!
Satu ledakan keras dan dahsyat, terdengar menggelegar begitu ujung cahaya merah itu menghantam pohon. Tampak pohon itu seketika hancur berkeping-keping, terkena hantaman serangan gadis berbaju serba hitam ini.
"Gila...!" desis Rangga mendengus, begitu kakinya menjejak tanah lagi. Memang sangat dahsyat serangan yang dilakukan gadis berbaju serba hitam itu. Bisa dibayangkan kalau sampai menghantam tubuh manusia. Pasti bisa hancur Jadi debu! Buktinya pohon yang berukuran sangat besar dan tampak kokoh itu saja sampai hancur berkeping-keping, disertai percikan bunga api yang menyebar ke segala arah.
"Hiyaaat...!" Gadis berbaju serba hitam yang cukup ketat itu kembali melancarkan serangan dahsyatnya. Tangan kanannya dihentakkan dengan kecepatan tinggi sekali ke arah Pendekar Rajawali Sakti yang kini sudah kembali berada di tanah.
"Hap!"
Tapi kali ini Rangga tidak berusaha berkelit sedikit pun juga. Bahkan pukulan jarak jauh yang sangat dahsyat itu dinantikannya sampai dekat. Dan begitu ujung cahaya merah menyala itu dekat, cepat sekali Rangga juga menghentakkan kedua tangannya ke depan. Langsung dipapaknya serangan gadis berwajah cukup cantik ini.
"Hih! Yeaaah...!"
Claaark!
Dari kedua telapak tangan Rangga, juga meluncur cahaya merah. Dan....
Glaaar...!
Dua cahaya merah bagai api itu seketika beradu tepat di tengah-tengah. Dan saat itu juga, tampak bunga api memercik ke segala arah disertai ledakan yang begitu keras menggelegar dan memekakkan telinga.
Tampak gadis berpakaian serba hitam itu terpental sampai sejauh dua batang tombak. Sedangkan Rangga hanya terdorong sekitar dua langkah saja. Terlihat jelas pada sudut bibir dan lubang hidung gadis berbaju serba hitam itu mengeluarkan darah kental berwarna agak kehitaman. Dan dari kejadian ini saja, sudah dapat diketahui kalau tingkat tenaga dalam yang dimiliki gadis itu masih di bawah Pendekar Rajawali Sakti.
"Hih! Hiyaaa...!"
Sambil melompat cepat bagai kilat, Rangga menjumput pedang bekas lawannya yang telah tewas di tanah. Dan bagaikan kilat pula, pedang itu dikebutkannya ke arah dada.
"Ukh! Hih...!" Gadis berpakaian ketat serba hitam jadi tersentak kaget setengah mati. Tapi belum juga bisa melakukan sesuatu, pedang di tangan Rangga sudah berkelebat begitu cepat menyambar ke arah dadanya. Dan saat itu, memang tidak ada waktu lagi untuk menghindari. Maka, cepat sekali pedangnya dikebutkan untuk menyampok pedang yang ada di tangan Pendekar Rajawali Sakti.
Ting...! Bunga api kembali terlihat memijar, begitu dua bilah pedang beradu tidak seberapa jauh lagi didepan dada wanita itu.
"Hih! Yaaah...!" Cepat-cepat gadis itu melenting ke belakang, dan menarik pulang tangannya yang menggenggam pedang. Dua kali tubuhnya berputaran di udara, lalu manis sekali kembali menjejak tanah. Tapi pada saat itu juga, Rangga sudah melepaskan satu pukulan yang begitu keras disertai pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna.
"Haiiit...!" Gadis itu sudah berusaha untuk menghindari, tapi....
Des! "Akh...!"
Kembali gadis itu terpekik, begitu bagian kiri dadanya terkena pukulan keras menggeledek bertenaga dalam sempurna yang dilepaskan Rangga tadi. Tampak gadis itu kembali terpental ke belakang, lalu jatuh menghantam tanah dengan punggung lebih dulu.
"Hoeeekh...!" Segumpal darah kental agak kehitaman terlontar keluar dari mulut gadis itu, ketika hendak bangkit berdiri. Namun kembali dia jatuh terduduk di tanah. Kepalanya bergerak menggeleng beberapa kali, mencoba mengusir rasa pening yang menyerang kepala. Pandangannya juga berkunang-kunang, dan nafasnya jadi sesak tersengal.
Sementara, Rangga sudah menghampiri dengan ayunan kaki begitu mantap. Sorot matanya terlihat sangat tajam, menusuk langsung ke bola mata gadis berpakaian serba hitam itu.
Sedangkan Pandan Wangi dan Nyai Samirah juga menghampiri dengan langkah hati-hati. Mereka tampak tidak ingin bertindak sembarangan menghadapi gadis pengikut Nyai Purut ini. Pengikut Nyai Purut itu bisa bertindak sekejam iblis. Dan tingkat kepandaian mereka juga tidak bisa dikatakan rendah. Di samping itu, rata-rata selalu bertindak licik, tanpa dapat diduga sama sekali.
Sementara, Rangga sudah begitu dekat dengan gadis itu. Dan langkah baru berhenti setelah jaraknya tinggal sekitar lima tindak lagi. Sorot matanya masih terlihat begitu tajam, tertuju langsung menusuk ke bola mata gadis berbaju serba hitam ini.
"Phuih!"
"Hmmm...."***
![](https://img.wattpad.com/cover/215821589-288-k276774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
91. Pendekar Rajawali Sakti : Ratu Intan Kumala
AksiSerial ke 91. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.