always

11.6K 907 118
                                    

jaemin diam-diam meneteskan air mata akibat rasa sakit sekaligus kepuasan yang ia rasakan. tubuhnya bergetar saat sperma menetes keluar dari lubangnya, melewati penisnya yang tidak tersentuh sedikitpun.

jeno mengerang saat klimaks di dalam jaemin, mengagumi setiap kissmark yang ia buat di seluruh tubuhnya.

"sial, kau membuatku gila..."

setelah jeno melepaskan ikatannya, jaemin tidak sanggup menahan matanya untuk terjaga lebih lama lagi. dia segera terlelap, merasa lelah akan segala emosi yang menggebu hasil dari percintaan hebat mereka.

jeno memastikan jaemin memakai boksernya lalu menutup tubuhnya dengan selimut. setelahnya, ia ikut terlelap.

——

jaemin bangun keesokkan paginya dengan sebuah ranjang kosong di sampingnya, hal itu membuat jantungnya terasa nyeri sekali di dadanya.

ia duduk lalu menggosok matanya, merasakan rasa sakit yang tidak nyaman di seluruh tubuhnya. ia tidak terkejut ketika tidak mendapati jeno di tempat tidur, walaupun ia sedikit berharap jeno akan berada di sampingnya.

jaemin tersentak begitu mendengar pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan jeno yang half naked dengan handuk yang terlilit pada pinggangnya.

jaemin tersenyum melihatnya, hatinya mencelos. lelaki yang lebih muda itu menampilkan sebuah senyum bodoh di bibirnya.

"selamat pagi." ujarnya menyapa, namun jeno sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.

jaemin memperbaiki duduknya, kakinya ia biarkan menggantung pada sisian tempat tidur. entah mengapa ia tiba-tiba saja merasa malu, jantungnya berdetak kencang di dadanya. rasanya seperti ribuan kupu-kupu meledak di perutnya.

hanya jeno yang bisa membuatnya seperti itu.

"yang kemarin itu luar biasa, aku menyukainya."

"yeah, tentang itu." jeno melemparkan handuknya ke lantai lalu dengan cepat memakai celana abu-abunya. jaemin tidak dapat menahan diri untuk tidak menganggumi betapa indahnya tubuh jeno dibawah sinar matahari, senyum bodoh yang sama kembali terpampang di wajahnya.

jeno berdeham. "berapa biayamu untuk semalam?"

senyum itu spontan hilang dari wajahnya, digantikan oleh ekspresi bingung dan kecewa. "a-apa?"

jeno mengangkat alisnya ke si lelaki yang lebih muda. "berapa banyak yang harus kubayar untuk malam yang kita habiskan bersama? aku hanya memintamu untuk menyebutkan hargamu."

jaemin menelan ludah, kepalanya menunduk seraya ia mencari bajunya yang berserakan di lantai.

"aku bukan pelacur!" teriaknya. ia dapat merasakan air matanya kini telah menetes. jaemin berdiri dengan cepat dan menghapus air matanya dengan susah payah.

"kau bukan?" seru jeno dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat sambil menatap si lelaki cantik itu dengan senyum menggoda.

jaemin menyeka air matanya dan menahan isakannya dengan pelan. "fuck you, jeno. kau sangat brengsek."

dia tidak ingin menangis, setidaknya tidak di depan mantannya. tapi ia tidak bisa menahan air matanya.

iris jeno melebar tatkala ia sadar bahwa jaemin menangis, dengan cepat ia mengejar jaemin sebelum jaemin dapat meraih gagang pintu.

lengannya membungkus lembut pinggang jaemin dan membawanya kedalam backhug.

"hei hei hei... maafkan aku. aku tidak bermaksud membuatmu menangis... tolong jangan menangis. lihatlah aku?"

exes - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang