" jangan menangis...kamu tahu kan kalau aku tidak akan mungkin bisa kembali lagi untuk menghapus air matamu itu?"
.
.
.*Happy reading*
Saat ini pikiran Farhan kacau balau. Lia terkena tembakan pada pinggangnya. Dengan segera Farhan membawa Lia ke rumah sakit.
Sekarang pikirannya telah dikuasai dengan ketakutan yang sangat besar. Dia tak ingin kehilangan orang yang disayanginya. Farhan membopong Lia dengan meninggalkan tetesan darah di koridor rumah sakit. Farhan meletakkan Lia diatas ranjang rumah sakit dan dokter pun segera mengambil alih. Diruang UGD dokter langsung mengambil tindakan operasi untuk mengambil peluru yang ada ditubuh Lia.
Wajah Farhan kini terlihat pucat, kemeja putih yang semula dipakainya kini terdapat bekas darah yang sangat banyak. Farhan tak henti-hentinya memandangi kedua tangannya yang penuh dengan darah ketika ia membopong Lia.
"BODOH! LO BODOH! NGAPAIN SIH LO BAWA LIA KELUAR!" Teriak Farhan sambil meninju tembok yang ada didepannya.
Daniel yang baru saja membeli makanan tak sengaja melihat Farhan yang tak henti-hentinya meninju tembok rumah sakit. Dengan cepat Daniel menghampiri Farhan dan menghentikan tingkah temannya itu.
"Lu napa sih?! Tembok aja lu ajak ribut!" Tanya Daniel panik.
"Gue bodoh, Niel! Gue bodoh!"
"Iya, lu emang bodoh! Baru sadar lo?! Sekarang coba tenangin diri lo sambil duduk." Ucap Daniel sambil membantu Farhan duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Kepala Daniel sekarang telah dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan. Tentang bagaimana kemeja Farhan yang bisa berlumuran darah dan Lia yang sekarang entah ada dimana. Mengapa Farhan ada di depan ruang UGD?
"Sekarang Lo cerita sama gue, kenapa Lo bisa ada disini? Lia kemana?" Tanya Daniel sambil mengerutkan dahinya.
"Lia... gara-gara gue Lia kena tembakan."
Mata Daniel seakan ingin keluar dari tepatnya. Perkataan Farhan membuatnya sangat terkejut dan tak percaya. Sekarang pertanyaan dikepalanya bertambah 2x lipat. Daniel tak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu.
"Gua bawa Lia ke taman. Gue, gue ceroboh..." Ucap Farhan lemas sambil mengacak-acak rambutnya.
Daniel menghembuskan nafasnya pelan. Rasa ingin menyalahkan muncul di kepalanya. Namun, keadaan Farhan saat ini tak seperti orang panik pada umumnya.
"Ayah Lia udah tahu?" Tanya Daniel serius
Farhan menggelengkan kepalanya. "Gue belum sempet kasih tahu papahnya Lia. Sebenernya gue ngga berani bilang semua ini. Gue malu, gue ngga bisa jagain Lia...bahkan setelah Lia tertembak pun sekarang gue ngga bisa apa-apa. Gue cuma duduk dan tinggal menunggu informasi dari dokter."
Daniel hanya diam dan mendengarkan semua keluh kesah yang Farhan katakan. Ia hanya tak mau menambah masalah, jika saja Daniel salah bicara.
"Mau gue wakilin?"
"Jangan, biar gue aja yang kasih tahu semuanya."
"Ya udah gue nurut kali ini."
***
"Bagaimana? Tepat sasaran bukan?" Tanya wanita itu pada seorang anak lelakinya.
"Pastinya, mah."
"Anak pintar, mamah bangga sama kamu. Sekarang pembalasan kita akan sampai pada puncaknya. Kita hanya tinggal menunggu sebuah kabar gembira dan semua ini akan benar-benar selesai."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cold and Humoris[Completed]
Teen FictionBagaimana jika kamu berada pada posisinya? Seorang perempuan yang hidup dengan sifat humoris tapi memiliki masa lalu yang kelam, kini bertemu dengan seorang pria yang memiliki sifat dingin dan memiliki posisi yang penting disebuah perusahaan milik...