1) Samuel

2 0 0
                                    

Hari berikutnya, ku melihat nya di gerbang masuk sekolah. Dengan tas besar nya yang bahkan lebih besar dari badan nya itu. Aku menghampiri nya dan bertanya.

"Hai Samuel, kenalin gue Lidya anak ips kelas 11." dengan tangan yang bergemetaran ia mengenggam tanganku.

".... Gue...... Samuel hehehe anak ipa kelas 11 juga." terbata-bata bagaikan anak bayi yang baru bisa berbicara.

Ia lantas pergi dengan kepala menunduk karena malu. Tapi, sesekali ia menoleh kearahku. Diriku semakin tertarik padanya.

"Hei kalo jalan liat kedepan jangan kebawah!" dengan perkataan ku itu ia lantas berjalan cepat bagai dikejar penagih uang kas.

Didalam kelas, ku bertanya kepada Icha teman baik ku.
"Kenal samuel ga?" Icha bahkan tak menoleh kepadaku.

"Lagi liat apa si ca?" dari kejauhan terlihat murid-murid lelaki yang sedang dirazia sama pak kepala sekolah.

Bahkan disaat itu juga diriku melihat Samuel. Padahal rambut ia pendek seperti seorang tentara berbadan besar.

"Tadi lo nanya apa lid?" ucap Icha sambil menoleh kepadaku. Disaat ku ingin berbicara datang guru berbadan besar yang galak dia adalah guru matematika ku, bu Wiwid.

Akhirnya jam mata pelajaran matematika pun selesai, bertepatan dengan masuk nya jam istirahat. Icha mengajak ku makan dikantin.

Dikantin, disaat diriku sedang asyik memakan semangkok baso, datang lelaki putih, kekar, dan tampan, dia Jaka. Primadona disekolah ku.

Dia menggodaku, banyak yang bilang bahwa dia menyukaiku, tapi aku tidak tertarik sama sekali. Malah diriku lebih tertarik kepada Samuel.

Kejadian unik datang. Untuk pertama kali nya diriku melihat Samuel datang ke kantin dengan dua kawan nya. Yang satu tinggi gemuk, sementara satu nya lagi gendut bagai kantung beras.

Lantas diriku menghampiri nya. "Hei Sam, tadi lo kenapa lari deh?" Samuel tidak berani menoleh kepadaku.

"Dia malu sama lo nenek lampir," Jawab teman nya yang tinggi bagaikan tiang listrik sekolah. Diriku bahkan sangat terkejut mendengarnya.

"Eh lo siapa ya? Berani-beraninya ngatain Lidya nenek lampir." Icha membelaku sepertinya suasana dikantin semakin memanas.

"Ngomong apa barusan?" Jaka menarik kerah Aditya teman Samuel yang tinggi itu. Karena semakin memanas, Pak kepala sekolah datang dan membunyikan bel masuk.

Diriku menatap wajah takut Samuel. Dia membalasnya dengan senyuman. Seketika diriku merasa seperti diberi banyak bunga olehnya.

Samuel pergi bersama teman-teman nya. Dan aku masih terpana dengan senyuman nya saat itu.


Jangan lupa kasih komentar ya gaiss terimakasih😙

Pelangi Disaat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang