16: i'll be okay ✧

152 23 0
                                    

[Need your vote & comment to unlock the next chapter, thank you!]

Memory || ft. Ham Wonjin & Jang Wonyoung





Mata Wonyoung mulai terbuka. Ruang berwarna putih dan bau obat-obatan. Dia sudah yakin bahwa dia sekarang ada di UKS.

Matanya berpencar seperti sedang mencari sesuatu. Dan benar, hal pertama yang ia lihat adalah seseorang yang sedang duduk di sampingnya. Orang itu terlihat sedang melamun sambil memegang tangannya.

"Wonjin-ah." Gumam Wonyoung.

Wonjin terlihat kaget saat mendengar namanya disebut.

"Wony-ah." Ucap Wonjin sambil mengelus surainya.

"Jangan khawatir Wonjin-ah, aku baik-baik saja." Ucap Wony sambil tersenyum tipis.

Tapi kata-kata Wonjin membuat hatinya terasa perih. Tidak, Wony tidak baik-baik saja. Bagaimana mungkin gadis itu akan mengatakan dirinya baik-baik saja padahal dia sedang sakit.

Kini hanya tangis pilu yang terdengar di ruangan itu. Wonjin sebenarnya bukan orang yang lemah, tapi dia sedih dan merasa bodoh karena tidak menjaga gadis itu dengan baik.

"Jangan menangis. Aku hanya kelelahan."

"Kau bilang baik-baik saja. Tapi kenapa kau mimisan?."

"...."

Wony tampak menarik nafasnya panjang.

"Aku akan baik-baik saja Wonjin-ah."

"Jangan seperti ini Wony-ah. Aku takut jika mimpimu akan terjadi. Aku tidak mau jika kau akan meninggalkanku."

Lelaki itu memeluk Wony, melepas semua rasa sakit yang ada padanya. Dan Wony hanya bisa menerimanya, ikut merasakan apa yang Wonjin rasakan. Air mata jatuh dari mata gadis itu.

"Berjanjilah padaku Wony-ah." Ucap Wonjin sambil melepas pelukannya lalu menatap Wony dengan mata sayu nya.

"Berjanjilah untuk selalu bersamaku apapun yang terjadi. Aku ingin sekali menjagamu."

"Dulu aku memang jahat padamu. Bukan karena aku membencimu. Rumor yang beredar di sekolah membuatku berwaspada. Tapi semakin aku mengenalmu, aku tahu kau adalah gadis yang sangat baik."

"A-aku tidak tahu." Ucap Wony sambil menunduk.

"Bantu aku untuk kembali ke masa lalu agar aku bisa mengingat siapa kau sebenarnya."

"Kau harus mengetahuinya sendiri Wonjin-ah. Mungkin kau tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya."

Ceklekk

Dari ambang pintu tampaklah seorang pria berbadan tinggi sedang memperhatikan mereka berdua.

"Wony, ayo pulang." Ucap Minhyun sambil berjalan mendekat.

"Minhyun oppa kenapa kau kemari?." Tanya Wony.

Minhyun menatap Wonjin sebentar lalu kembali menatap adik bungsunya.

"Wonjinie yang menelfonku untuk kemari."

"Ayo Wony, kita akan periksa ke dokter." Ucap Minhyun lagi.

"Hyung ini tas milik Wony." Ucap Wonjin sambil memberikannya pada Minhyun.

"Terima kasih Wonjinie karena sudah menjaga adikku ini. Kami pergi dulu." Ucap Minhyun diikuti Wony yang berjalan di belakangnya.

Gadis itu menoleh ke belakang, melihat Wonjin yang masih menatapnya. "Aku pergi dulu Wonjin-ah."

Satu kalimat yang gadis itu lontarkan seperti sebuah sambaran petir baginya.

▪▪▪

Di rumah sakit, Minhyun hanya duduk sambil berharap bahwa adik bungsunya akan baik-baik saja.

"Permisi, Tuan Minhyun?." Tanya seorang perawat.

"Ya, saya sendiri."

"Saya ingin memberi tahu bahwa pemeriksaannya sudah selesai."

Minhyun terlonjak dan berdiri. "Bagaimana keadaan adik saya suster?."

"Untuk itu anda bisa bicara dengan dokter langsung. Dokter sedang menunggu anda di ruangannya. Saya permisi." Ucap sang suster sambil membungkuk sebentar lalu meninggalkan Minhyun.

Minhyun segera menarik kakinya berjalan ke arah ruangan sang dokter.

Sampai di depan pintu dia hanya bisa menarik nafasnya panjang.

"Semoga kau baik-baik saja Wony."

Dia menarik gagang pintu dan segera masuk. Di dalam ia sudah di sambut dengan Dokter Yoon Jisung.

"Tuan Minhyun silahkan duduk." Ucap ramah dokter sambil mempersilahkan Minhyun duduk.

"Bagaimana dengan keadaan adik saya dokter?. Apa dia baik-baik saja?." Tanya Minhyun.

Dia sangat gugup saat ini. Minhyun sangat berharap bahwa adiknya akan baik-baik saja.

Tapi sudah hampir satu menit hening. Dan saat itu juga dokter menarik nafasnya panjang.

"Maaf tuan Minhyun..." lirik sang dokter, wajahnya berubah menjadi sayu.

"Maaf kenapa dokter?. Adik saya kenapa?."

Dengan terpaksa dokter itu memberi sebuah amplop pada Minhyun. Pria itu langsung mengambilnya dan membacanya. Matanya langsung melotot saat membaca pesan yang tertulis dalam surat tersebut.

Dia menatap dokter Jisung dengan tatapan tidak percaya.

"Ini tidak mungkin dokter. Adik saya baik-baik sajakan?." Minhyun memegang kedua pundak dokter.

"Itulah kebenarannya tuan Minhyun. Pasien dinyatakan mengidap kanker darah atau leukimia."

Air mata mulai membajiri pelupuk pria itu.

"Tapi adik saya akan sembuh kan dokter?."

"Kami tidak bisa memastikan bahwa pasien bisa sembuh tuan."

"Wonyoung..."




TBC




la la la la vie en rose

[✓] Memory - WonjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang