Clara yang sedang menonton film di kejutkan oleh kedatangan gadis cantik. Gadis itu bernama Alana Addison, adik perempuan Alvin.
"Ka Alvin." teriak Alana saat melihat Clara. Clara dan Alvin sama-sama terkejut oleh kedatangan Alana.
"Tidak perlu berteriak Alana." Kata Alvin lembut.
"Ka kenapa kau tak memberi tahu ku, jika ada wanita secantik ini di sini. Apa ini calon istri mu?" Oceh Alana.
Mata Clara membulat sempurna berbeda dengan Alvin yang terlihat tenang.
Apa ini? Menjadi calon istri? Aku tak sudi! - batin Clara.
"Apa maksud mu?" tanya Clara bingung.
"Tenang saja kaka ipar. Aku akan mengurus pernikahan mu dengan ka Alvin." ucap Alana yang lagi-lagi membuat Clara terkejut.
"Tap-"
"Ah, terima kasih Alana, kita memang akan menikah akhir bulan ini." ucap Alvin menarik pinggang Clara agar lebih dekat.
"Ap-"
"Tak usah malu-malu sayang." lagi-lagi Alvin memotong Clara saat ingin berbicara.
"Kak Alvin benar. Kau tak perlu malu. Perkenalkan nama ku Alana Addison yang akan menjadi adik ipar mu." Alana mengulurkan tangannya.
"Clara." Clara menjabat tangan Alana.
"Baiklah aku pergi dulu untuk menyampaikan pernikahan kalian dan nanti malam aku akan mengajak Daddy." Alana melambaikan tangan dengan ceria.
Clara menatap Alvin tajam "Aku tidak mau menikah denganmu!" Teriak Clara.
"Hei,Kau lupa kalau kau adalah barang 50 milyar ku?" ucap Alvin mengingatkan.
Oh ya aku lupa. - batin Clara.
"Kau sudah ingat?" tanya Alvin."Ya." jawab Clara kesal.
"Sekarang kau bersiap-siap. Malam ini Daddy akan berkunjung." ucap Alvin meninggalkan Clara.
Seorang wanita yang sedang sibuk memilih gaun untuk bertemu dengan calon mertuanya. Clara bingung ia harus memakai gaun apa.
Apakah ayah Alvin jahat? Pasti jahat anaknya saja ketua Mafia. - batin Clara.
"Apa yang harus aku pakai?" dengus Clara.
"Pakai ini."
Sejak kapan dia di sini? - batin Clara.
"Hei,kenapa kau diam saja?" tanya Alvin saat Clara tidak meresponnya.
"Ah iya ada apa?" tanya Clara menutupi bingungnya.
"Pakai ini dan jangan lupa pake make-up." perintah Alvin membuat Clara terkejut.
Bagaimana ini aku tidak bisa memakai make-up. Sangat memalukan! - batin Clara.
"Ummm tapi aku tidak bisa memakai make-up." ucap Clara malu.
"Hahaha. Kau ini wanita atau bukan?" Alvin tertawa. Pertama kalinya Clara melihat Alvin tertawa seperti itu. Hatinya senang.
"Tidak semua wanita bisa bermake-up, termaksud aku." Clara mengecilkan suaranya diakhir kalimat.
"Baiklah aku akan menyuruh orang untuk merias mu." kata Alvin.
"Aku tidak perlu di make-up."
"Aku tidak mau kau terlihat jelek saat bertemu Daddy." Alvin melangkah pergi menuju ruang kerjanya.
"Siapa juga yang ingin bertemu dengannya?" gumang Clara kesal.
Alvin memasuki ruang kerjanya dengan James di belakangnya.
"Apa jadwal ku hari ini?" tanya Alvin seraya menduduki sofa.
"Pukul 20.00 anda akan diner bersama Tuan Jordan dan pukul 22.00 ada pertemuan dengan para Mafia." jelas Jemes.
"Atur dan kau boleh keluar."
"Permisi Tuan." James membungkukan tubuhnya sebelum keluar.
Clara menuruni tangga dengan pelayan dibelakangnya. Alvin yang sedang duduk di sofa tersentak saat melihat Clara. Hari ini ia terlihat sangat cantik dengan balutan dres berwarna merah dengan rambut digerai membuatnya terkesan manis.
Sial kenapa dia bisa secantik ini? - batin Alvin.
Sepertinya Tuan terpesona oleh Nona Clara.- batin James.
Kenapa Alvin menatapku seperti itu? Apa aku terlihat jelek? - batin Clara.
"Alvin." Clara membuyarkan lamunan Alvin.
"Ku ingin kau memanggilku sayang." perintah Alvin
"Apa? Aku tidak mau!" jawab Clara cepat.
"Aku ini Tuan mu." kata Alvin.
"Ya baiklah Tuan ku." ucap Clara pasrah."Yaya dasar kau Tuan sialan." gerutu Clara yang tidak begitu terdengar oleh Alvin.
"Kau bilang apa?" tanya Alvin.
"Ah, tidak sayang." jawab Clara mengeluarkan senyuman manisnya."Kenapa kau memanggil ku sayang?" sewot Alvin.
"Bukannya kau yang menyuruh ku untuk memangil mu sayang? Kau sangat menyebalkan! Aku tidak mau ikut dengan mu!" oceh Clara kesal.
"Baiklah. Kau hanya memanggil ku sayang ketika di depan Daddy."
Clara berjalan menuju mobil dengan kesal. "Cepatlah!"
"Ais wanita itu." gerutu Alvin menyusul Clara.
Setelah perdebatan kecil antara Alvin dan Clara mereka langsung bergegas ke restoran yang sudah James pesan.
Alvin menarik kursi untuk Clara dan mendudukan dirinya di samping Clara.
Kan hanya beberapa orang, kenapa banyak sekali? - batin Clara.
"Umm Alvin memang kita akan makan malam dengan siapa?" tanya Clara bingung.
"Kau lupa?" jawab Alvin mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Daddy mu Alana serta Mommy mu?" jawab Clara hati-hati.
"Mommy tidak akan ikut makan malam." ucap Alvin dengan suara lirih.
"Kenapa?" Alvin tak menjawab dan tak lama kemudian datanglah Alana dan Jordan serta pengawal.
Alvin dan Clara berdiri.
"Selamat malam Dad." sapa Alvin.
"Selamat malam Tuan. Saya Clara."
Di meja restoran hanya terdengar suara deringan alat makan. Clara makan dengan gugup karna ia sedang makan dengan calon mertuanya.
"Jadi kapan kalian akan menikah?" Jordan memecahkan keheningan setalah menghabiskan makanannya.
"Akhir bulan ini Dad." jawab Alvin.
"Itu terlalu lama ka. Bagaimana jika minggu depan saja?" usul Alana antusias.
"Tidak. Umm maksud ku itu terlalu cepat." Cegah Clara dengan cepat.
"Lebih cepat lebih baik bukan?" tanya Alana.
"Kita perlu menyiapkan semuanya dulu." Clara masih berusaha agar pernikahan tak diinginkan ini tidak terjadi lebih cepat.
"Kalau masalah itu serahkan semua pada James." jawab Alana.
Apa yang harus ku katakan lagi? - batin Clara.
"Baiklah pernikahan ku dengan Clara akan di lakukan minggu depan." keputusan Alvin yang tak dapat Clara bantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The President Mafia (On Going)
De TodoOrang tua yang tega menyerahkan anaknya kepada Mafia kejam dan tak punya rasa kasihan. Suara tangis kesakitan adalah lagu favorite ku, membunuh orang adalah keseharian ku, tapi ketika aku menyiksa seorang gadis, membuat hati ku terasa sakit ketika...