3

4.4K 180 1
                                        

Clara terbangun dari tidurnya saat merasakan seseorang mencium lehernya.

"Apa yang kau lakukan? Lepas!" pinta Clara meronta.

"Diam kalau tidak aku bunuh!" kata-kata Alvin membuat Clara takut.

"Ku-ku mohon jangan." pinta Clara dengan takut.

Alvin tidak perduli.

"Bu-bunuh saja aku." pinta Clara lagi.

"Kau yakin?" Alvin menyeringai.

Tangan Alvin mengambil pistol di atas nakas. Badan Clara bergetar saat merasakan pistol menempel dipelipisnya. Clara sudah siap jika dirinya harus mati sekarang, toh tidak ada harapan lagi untuknya hidup bahagia. Namaum ia merasakan benda itu tidak lagi menempel dipelipisnya. Clara membuka mata.

"Aku belum ingin membunuh mu, melihat mu menderita lebih menyenangkan." Alvin menarik baju Clara.

"Jangan." air mata Clara menetes.

"James." panggil Alvin dan James langsung masuk.

"Saya Tuan."

"Jangan biarkan dia kabur. Kalau dia kabur kau yang akan ku bunuh." James menunduk memberi hormat dan pergi. Jangan lupakan seorang wanita yang terbaring dibawah selimut dengan nyenyak.

Clara bangun dari tidurnya, di sampingnya terdapat Alvin yang sedang tertidur dengan wajah tampannya. Clara menangis mengingat kejadian semalam. Clara bertekat untuk kabur dari tempat terkutuk ini. Clara turun dari ranjang dengan perlahan, berusaha membuat Alvin tidak terbangun.
Saat ingin membuka pintu,tangan Clara ditarik hingga menabrak dada Alvin dan dihempaskan ke ranjang dengan kasar.

"Mau kabur?" tanya Alvin dingin.

"Bunuh aku sekarang!" Clara sudah benar-benar lelah.

"BUNUH AKU SEKARANG AKU BENAR-BENAR MEMBENCI MU! ENYAHLAH KAU BRENGSEK!" teriak Clara frustasi.

"jangan asal bicara, bodoh!" ucap Alvin datar.

"Aku tidak perduli kau brengsek! Aku membenci mu! Bunuh aku!" Clara membanting gelas yang ada di atas meja.

Alvin mengambil pisaunya kesayangannya dan mengoreskan dipergelangan tangan Clara membuat darah mengalir. Alvin memakai kemejanya dan pergi meninggalkan Clara yang Menekan-nekan tangannya agar darahnya lebih banyak keluar.

"Urus dia."

Clara kini sedang duduk di sofa dengan pandangan kosong. Ia berfikir kenapa hidupnya seperti ini. Bukan kehidupan seperti ini yang Clara inginkan.

"Nona makanan susah siap." ucap pelayan wanita.

"Aku akan turun." Clara harus makan agar punya strategi untuk kabur.

Clara menuruni tangga menuju meja makan, ketika ingin duduk tangan Clara ditarik oleh pria hingga membuat dirinya terbentur dada pria itu.

"Kau jalangnya Alvin?" tanya pria itu.

"Bukan!" jawab Clara galak.

"Tidak biasanya Alvin membawa wanita ke rumahnya." kayanya.

"Aku juga tidak sudi berada di sini!" ucap Clara dingin.

"Sok-sokan." pria itu menarik tangan Clara menuju tangga.

"Dasar brengsek lepas!" ucap Clara menampar pria itu.

"Kurang ajar!" pria itu ingin menampar Clara namun...

"Stop Justin!" suara itu membuat Justin berhenti.

"Kau ini kenapa?" tanya Justin bingung. Pasalnya Alvin tidak pernah perduli dengan wanita kecuali Mona dan Alana.

"Ku bilang berhenti!" ucap Alvin dengan tajam.

Justin mendorong Clara dari tangga,untung Alvin yang sigap langsung menangkap tubuh Clara.

"Kau mencintanya?"

"Jangan lontarkan kata-kata yang tidak akan terjadi!" ucap Alvin dingin.

Karna kesal dengan perkataan Alvin, Clara pergi menuju ruang makan karna dirinya sangat lapar.

"Kau kembali ke kamar mu." ucap Alvin.

"Tapi aku sangat lapar." jawab Clara seperti anak kecil.

"Akan ku suruh pelayan mengantarkannya."

"Baiklah jangan lama-lama karna aku sangat lapar." perintah Clara seperti bos.

Saat melewati Justin Clara menjulurkan lidahnya pada Justin.

"Kau ini!" geram Justin dan Clara langsung berlari.

Dasar kekanak-kanakan - batin Alvin melihat tingkah Clara.

"Ada apa ribut-ribut?" tanya pria bernama Leon.

"Kau tahu Leon? Alvin membawa wanita ke sini, dia bahkan perduli dengannya." ucap Justin yang dihadiahi tatapan tajam oleh Alvin.

"Sepertinya kau mencintanya." ucap Leon.

"Sudah ku katakan jangan lontarkan pernyataan yang tidak akan terjadi!" Alvin mengulangi perkataannya.

"Baiklah." Justin pasrah.

"Jadi untuk apa kalian ke sini?" tanya Alvin to the poin.

"Lebih baik kita duduk di sofa tidak baik berbicara sambil berdiri." ucap Leon yang menuju ruang tamu.

"Bicaralah." kata Alvin.

The President Mafia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang