Dengan langkah cepat Clara menaiki tangga, tujuannya adalah kamarnya. Setelah makan malam dengan kelurga Alvin membuatnya kesal setengah mati, bagaimana tidak? Pernikahan tak diinginkan itu akan terjadi minggu depan.
Minggu depan?
"AKU TIDAK MAU MENIKAH DENGAN MU!" teriak Clara frustrasi.
Brukk...
Pintu kamar Clara di buka dengan keras oleh Alvin.
"Ada apa dengan mu?" Alvin mendekati Clara yang duduk di tepi ranjang.
"JANGAN MENDEKAT!AKU TIDAK MAU MENIKAH DENGAN MU!" teriak Clara marah.
"Jangan teriak di depan ku?" ucap Alvin sambil mendorong Clara di ranjang dan menindihinya. Clara mulai takut dan terus meronta.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" ronta Clara. Namun Alvin malah menahan kaki Clara.
"Kenapa kau senang sekali menyiksa ku?"
"Karna itu hoby ku." bisik Alvin ditelinga Clara membuatnya merinding.
Dengan sekuat tenaga Clara mendorong Alvin hingga pria itu terhuyung ke lantai.
"Sudah berani rupanya." ucap Alvin dengan senyum smirknya.
"Lepaskan aku brengsek." ronta Clara saat Alvin menangkap dan mencium bibirnya dengan kasar.
"Enyahlah kau brengsek!"
Plak. Pipi Clara ditampar hingga biru.
"Hiks kau bastrad aku membenci mu."
"Sudah ku bilang jangan membantah perkataan ku!" bentak Alvin yang langsung merobek dres Clara.
"Aku tidak mau menikah dengan mu." ucap Clara lirih. Seolah tidak ada tenaga di dalam tubuhnya.
Alvin tak memeperdulikan isakan Clara ia masih setia menjalankan aksinya.
"Bunuh aku. Aku lelah." Clara terisak. Hidupnya tidak ada yang menarik.
"Aku akan membunuh mu setelah aku puas bermain dengan barang 50 milyar ku." kata Alvin yang melanjutkan aksinya tanpa memperdulikan jerit tangis Clara atas perlakuannya.
"Tidurlah dan jangan pernah membantah perkataan ku lagi." ucap Alvin seraya memakai kemeja dan clana bahannya.
"Sakit, kenapa kau tega melakukan ini?" lirih Clara sebelum memasuki mimpinya.
Kenapa harus kau orangnya? - batin Alvin.
Clara mengerjapkan matanya. Ia melihat sekeliling. Tak ada Alvin. Clara melirik jam yang menunjukkan pukul 05.00. Ia bangun dan duduk di depan meja rias yang disediakan oleh Alvin.
Terdapat bercak merah ditubuhnya karna perlakuan Alvin tadi malam. Mengingat kejadian malam itu membuat hati Clara sakit.
"Hiks kenapa kau jahat pada ku." Clara menangis. Lebih tepatnya menangisi hidupnya.
Clara memandang jendela. "Aku sudah tidak kuat." ia langsung mengikat hordeng blankon untuk dirinya turun dari lantai 2, tidak lupa ia mengunci pintu kamarnya.
Dengan penuh keberanian Clara mulai turun dengan bantuan hordeng. Setelah mendarat dengan sempurna ia melihat ke arah gerbang yang dijaga olej 3 pengawal.
"Bagaimana ini?" gumangnya.
Seketika muncul ide berlian diotaknya. Ia langsung menghampiri para pengawal.
"Mengapa Nyonya ada di sini?" tanya salah satu pengawal.
"Umm kalung yang Alvin belikan pada ku jatuh di kolam renang dan jika kalung itu hilang aku bisa di marahi olehnya. Aku mohon bantu aku mencarinya." permintaan Clara yang di angguki oleh pengawal.
"Itu sepertinua jatuh di dalam." tunjuk Clara pada kolam renang. Dua pengawal turun dan satu pengawal mengawasinya.
Dengan sekuat tenaga Clara mendorong tubuh pengawal hingga membuatnya ikut terjebur.
"Untuk kalian terima kasih telah membantu ku kabur bukan untuk mencari kalung." Clara berlari keluar dari mansion Alvin tanpa alas kaki.
Ia terus berlari tanpa mempedulikan kakinya yang lecet. Tujuannya kini Apartemen Laras. Sahabatnya. Clara yang terus berlari tanpa melihat ada mobil yang melintas.
"Aaa..."
"Maaf saya tidak sengaja." pria pengemudi mobil itu membantu Clara.
"Tak apa ini salah say-Arifin?" melihat orang yang menabraknya adalah sahabatnya. Ia langsung menangis dan memeluk Arifin.
"Clara kemana saja kau selama ini?" tanya Arifin melihat kondisi Clara.
"Bawa aku pergi ke Apartemen Laras." pinta Clara.
Mobil Arifin mendarat dengan sempurna di Apartemen. Ia menuntun Clara untuk menuju Apartemen milik Laras.
Tok.. Tok.. Tok..
Empuh Apartemen keluar. "Ad-Clara?" teriak Laras langsung memeluk Clara erat.
"Laras aku tak bisa bernafas." Ucap Clara karena ia mulai kehabisan nafas.
"Lebih baik kita masuk."
Setelah membersikan tubuhnya Clara langsung menghadap dua sahabatnya yang kian menunggu alasan Clara menghilang.
"Sekarang kau ceritakan." kata Laras.
"Iya Ra kamu kemana saja selama ini?" Arifin adalah pria yang memiliki perasaan khusus pada Clara namun Clara menganggap Arifin sebatas sahabat.
"Jadi...." Clara menceritakan semua kejadian yang dialaminya termaksud harta berharganya yang diambil oleh Alvin.
"Aku akan membunuhnya!" ucap Arifin marah ketika mendengar kisah sedih Clara.
"Jangan Fin, Bukan dia yang akan mati tapi kau." Clara memegang tangan Alvin.
"Tapi dia sudah keterlaluan Ra." Arifin masih marah.
Bagaimana tidak? Wanita yang dia cintai disakiti oleh orang lain.
Clara memeluk Arifin agar pria itu tenang ai tak mau sahabatnya kenapa-kenapa karena membelanya.
"Alvin adalah orang yang bahaya." ucap Clara setelah Arifin tenang.
"Ku hanya tidak mau kau terluka." Arifin kembali memeluk tubuh Clara.
"Aku tak apa. Cukup ada disisi ku saja sudah cukup." Clara membalasnya.
"Aku juga mau berpelukan." ucap Laras pura-pura marah.
"Sini-sini kita semua sahabat."
(Di Mansion Alvin)
Alvin sedikit cemas akan keadaan Clara. Sedari tadi ia tak melihat perempuan itu. Ia berjalan ke kamar Clara namun pintunya di kunci.
Tidak bisanya ia mengunci pintu.- batin Alvin.
Pria itu menggedor-godor pintu kamar Clara namun tak ada jawaban dari dalam.
Apakah Clara bunuh diri? Shit.
Alvin mendobrak pintu kamar Clara. Ia melihat sekeliling. Ranjang yang berantakan dan hordeng yang diikat ke bawah.
Shit dia kabur. - batin Alvin.
"James!" teriak Alvin marah."Saya Tuan."
"Kumpulkan semua pengawal yang berjaga di gerbang dan cek setiap cctv di setiap ruangan! " ucap Alvin dengan marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The President Mafia (On Going)
RandomOrang tua yang tega menyerahkan anaknya kepada Mafia kejam dan tak punya rasa kasihan. Suara tangis kesakitan adalah lagu favorite ku, membunuh orang adalah keseharian ku, tapi ketika aku menyiksa seorang gadis, membuat hati ku terasa sakit ketika...