8

3.4K 140 3
                                    

"Maaf Tuan Nyonya Clara kabur." ucap salah satu pengawal.

Alvin melepas gespernya dan mancambuk pengawalnya dengan kuat.

"BAGAIMANA BISA DIA KABUR?KAU TIDAK MENJAGANYA?" bentak alvin.

"Maaf Tuan. Saat kami sedang menjaga gerbang tiba-tiba Nyonya Clara datang meminta kami untuk mencari kalung yang Tuan berikan terjatuh di kolam renang dan saat kami berdua turun Nyonya Clara mendorong pengawal yang menjaganya Tuan. Kami sungguh minta maaf." penjelasan pengawalnya membuatnya tak percaya.

Kau pandai sekali tapi tak sepandai ku. - batin Alvin.

Plash
Plash
Plash

Alvin terus mencambuk pengawalnya dengan gespernya.

"Temukan dia jika tidak kalian ku bunuh!" perintah Alvin.

"Baik Tuan."

"James lacak keberadaan Clara." Alvin memang diam-diam memasak Gps di setiap pakaian Clara.

"Nyonya Clara sedang berada di Apartemen ****** Tuan." James melihat lokasi Clara berada.

"Apartemen siapa?"

"Itu adalah Apartemen sahabat Nyonya Clara Tuan."

"Cari tahu tentang sahabat Clara."

5 menit kemudian.

"Laras dan Arifin adalah sahabat Nyonya Clara. Laras gadis berusia 20 tahun yang bekerja disebuah cafe dan Arifin adalah pria berumur 21 tahun yang mengengelolah cafe tempat Laras dan Nyonya Clara bekerja Tuan. Arifin juga memiliki perasaan khusus pada Nyonya tapi Nyonya hanya menganggap Arifin sebatas sahabat." James bisa dengan mudah mengetahui semua informasi itu alasan Alvin selalu puas dengan kerja James.

"Bawa pria itu ke ruangan bawah." perintah Alvin.

Arifin mengerjapkan matanya. Pusing yang ia rasakan. Rahangnya terasa sakit. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Bayangan tentang dirinya yang tiba-tiba ada yang menelepon mengabarkan bahwa Clara mengalami kecelakaan. Namun setelah datang di sana rahang Arifin dipukul oleh seseorang.
"Siapa kau?" Alvin menghampiri Arifin dengan tangan kanan memegang pisau.

"Alvin Jonathan Addison." jawab Alvin dengan tenang.

"Jadi kau yang telah membuat Clara menderita?" Ucap Arifin dengan lantang.

"Aku tidak akan menyakitinya jika dia menjadi wanita yang penurut."

Arifin menatap Alvin dengan tatapan membunuh. Ia tidak terima jika wanita yang di cintainya disakiti oleh pria yang ada di depannya.

"KU PERINGATI KAU UNTUK MENJAUHI CLARA!" bentak Arifin.

Alvin menatap tajam Arifin. Lalu ia menggoreskan pisaunya mengenai lengan kanan Arifin.

Arifin menjerit kesakitan.

Alvin menggores betis Arifin hingga dagingnya terlihat. Arifin menjerit kesakitan karena ulah Alvin.

"Kau gila sakitttt!"

Alvin beralih ke lengan kiri Arifin dengan semangat Alvin menggoroknya membuat Arifin kembali menjerit.

"Akh kau psychopath! Clara tidak pantas kenal dengan orang seperti mu Akh!" Teriak Arifin disela-Sela kesakitannya.

Alvin tersenyum miring "Aku tak peduli." Alvin mendekati wajah Arifin.

"Selama ini membuat ku bahagia akan ku lakukan,tapi kau tahu? Setiap aku menyakiti Clara hati ku terasa sakit. Namun aku tak perduli karena aku hanya ingin jerit kesakitan dari mulut Clara." bisik Alvin tanpa menghentikan pisaunya yang menggores wajah tampan Arifin.

"Akh jangn pernah menyetuh Clara lagi akh!"

Alvin acuh. Dia mengambil gunting yang berada di meja. Lalu memotong satu persatu jari kaki Arifin. Darah mengalir dari jari kaki Arifin.

Suara jeritan kesakitan keluar dari mulut Arifin membuat Alvin semangat menjalani aksinya.

"Mati kau akh sakit!"

"Kau yang akan mati duluan."

Alvin berdiri lalu mengambil palu. Ia melempar palunya hingga mengenai kepala Arifin.
Setelah puas dengan palu kini Alvin mengambil kapak. Ia memukul lengan Arifin menggunakan kapak hingga tangannya patah.

"Kenapa kau lakukan ini?" tanya Arifin menahan sakit.

"Karna kau telah mencintai wanita ku." jawab Alvin yang mengambil pisunya lalu ditusuk-tusukkan pada paha Arifin berulang kali.

"Ucapkan selamat tinggal pada dunia." Alvin mengambil pistolnya.

"Tunggu....ku mohon jangan pernah sakiti Clara,hidupnya sudah menderita karena Ayahnya. Tolong jaga dia. Dia hanya perempuan lemah yang berusaha tegar di depan banyak orang. Aku yakin kau bisa." ungkap Arifin sebelum Alvin benar-benar membunuhya.

Dor.

Alvin menembak Arifin dipelipisnya hingga pria itu tak dapat melihat dunia lagi. Mati.

Apakah aku sudah mencintaimu? - batin Alvin.

The President Mafia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang