Jieun mencoba untuk tetap tenang ketika mendapat tatapan tajam dari Sehun. Ia baru ingat jika Sehun selalu menggunakan masker di depan semua orang, menutupi sesuatu yang tidak boleh dilihat sembarang orang.
"Mianhae," ucap Jieun pelan nyaris seperti bisikan.
Sehun menghembuskan nafas sedikit kasar lalu mengacak-acak rambut Jieun. "Aku harus pulang," katanya.
Jieun berkata, "ini, pakai dulu." Jieun memberikan masker kering kepada Sehun, karena masker yang Sehun kenakan basah karena air hujan.
"Aku tak akan melihat," ucap Jieun sembari menutup matanya dengan kedua tangan.
"Kalian yang di dalam jangan mengintip!" Jieun berteriak kepada Nayeon dan Tzuyu yang tengah mengintip.
Bruk.
"Aduh!"
"Nayeon-aah!"
Terdengar kegaduhan di dalam, tetapi Jieun tetap tenang sembari menutup kedua matanya. Melihat itu Sehun segera menggunakan masker pemberian Jieun. Setelah memakainya, Sehun tetap diam membiarkan Jieun menutup matanya rapat-rapat.
Sehun tahu ia sudah melangkah terlalu jauh, dan Jieun tidak dalam keadaan aman jika bersamanya. Karena, Jieun akan menangis karena Sehun, nanti. Sehun tahu itu.
***
Sejak hari itu entah bagaimana hubungan Jieun dan Sehun semakin dekat. Mereka lebih sering pulang bersama, bahkan makan malam bersama. Seperti saat ini, mereka tengah menikmati makan malam bersama. Oh tidak, hanya Jieun yang menyantap makanan sedangkan Sehun hanya menemani, ia bersikeras untuk tidak membuka maskernya.
"Jieun-aah."
"Nee?" Jieun mendongak dan saat itu lah tatapannya bertemu dengan tatapan meneduhkan dari Sehun.
"Ada yang ingin aku sampaikan," tukas Sehun.
Sambil membenarkan posisi duduknya Jieun berucap, "Jangan sok serius seperti itu, Boss."
"Jadilah kekasihku."
"Uhuk ... uhuk ... uhuk...."
"Yak! Tak perlu berlebihan seperti itu Jieun-aah!" tukas Sehun sambil memberikan Jieun minum.
"Kau sangat payah dalam stand up, Boss," Jieun bertukas meremehkan.
Sehun mengehela nafas sedikit kasar dan memilih sibuk dengan ponselnya.
"Yak! Kau serius, Boss?"
Sehun menatap Jieun malas, sepertinya ia tidak perlu menjawab pertanyaan itu.
"Aku mau."
Sehun mendongak antusias mendengar jawaban Jieun.
"Tapi nanti," lanjut Jieun.
Raut antusias di wajah Sehun perlahan lenyap tergantikan dengan raut heran. "Maksudmu?"
"Memang sekarang tanggal berapa?"
"Tanggal 19 Januari," tukas Sehun.
"Aku tidak suka tanggal 19, bagaimana jika aku menjadi kekasihmu ditanggal 14?"
"Kau aneh," ucap Sehun.
"Yak! Tapi kau menyukaiku, Boss!"
"Siapa bilang?"
"Kau, ini!"
"Apa, heh?"
"Menyebalkan!"
"Aku tahu, aku memang tampan."
"Telingamu!"
Begitulah suasana yang acap kali mereka jalani, diisi dengan perdebatan kecil. Walau tak pernah mencecap suasana romantis bersama Sehun, bahkan saat Sehun memintanya menjadi seorang kekasih sama sekali tidak romantis, tetapi Jieun tetap bahagia. Sehun telah menjadi separuh dari jiwanya.
Sehun pun berharap bisa merasakan hal seperti ini sedikit lebih lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/216008146-288-k436042.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossque [Completed]
Short StoryJieun terbangun dari tidur panjangnya. Ia menyambut orang-orang yang menunggunya dengan tawa. Jieun tertawa begitu lepas, ia bagaikan terlahir kembali. Bedanya, ia tertawa bukan menangis saat seperti pertama kali ia dilahirkan. Jieun tidak tahu, t...