30 Januari.
Pagi kembali menyapa, lagi-lagi Sehun tengah menemani Jieun yang begitu nyenyak dalam tidurnya. Matanya tak pernah berhenti memandangi wajah Jieun, seakan takut kehilangan kesempatan itu lain kali.
Entah sudah berapa hari berlalu, Sehun tak tahu, yang pasti selama itu harinya terasa sangat berat, dan ia tak pernah absen untuk menemani Jieun. Kedua sahabat Jieun yang tinggal seatap pun sesekali menjenguk Jieun.
Bicara soal sahabat Jieun, beberapa kali mereka menceritakan tentang Jieun pada Sehun, walau pada akhirnya Sehun hanya membalas dengan anggukan kecil. Karena, walaupun Sehun menjadi lebih banyak bicara, itu hanya kepada Jieun.
Sehun sedikit kesulitan mengingat nama sahabat Jieun, yang ia ingat mereka mengatakan jika dulu Jieun merupakan pecandu alkohol, mungkin itu sebabnya Jieun menderita penyakit sialan ini, karena sang pemilik tubuh memiliki kebiasaan sialan.
Sehun menggenggam tangan Jieun lebih erat, ia menarik napas dengan susah payah. Rasa itu kembali datang.
"Jieun," panggil Sehun begitu lirih.
"Bangunlah." Sehun menaruh kepalanya di dekat lengan Jieun, ia kembali mengambil napas dengan susah payah.
"Aku tidak ingin pergi tanpa pamit," beo Sehun begitu pelan nyaris tak terdengar.
.
.
.
13 Februari.
Setelah perdebatan yang begitu panjang antara Sehun dan Chayeol, akhirnya kemenangan diraih oleh Sehun, pastinya. Dengan berat hati Chanyeol mengiyakan permintaan Sehun untuk merekam video terakhirnya, juga merampungkan misi yang selama ini dijalaninya.
Seperti yang pernah dikatakan Sehun, ia akan meninggalkan Jieun dan memberinya sebuah rekaman sebagai kenangan. Saat ini adalah proses rekaman terakhir, yang artinya rekaman itu akan segera rampung juga Sehun yang akan pergi.
"Annyeong," sapa Sehun menatap ke arah kamera yang dipegang Chanyeol.
"Aku akan menceritakan semuanya padamu, Jieun ... kali ini tanpa masker yang kerap kali menghiasi wajahku."
"Dulu ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossque [Completed]
Kısa HikayeJieun terbangun dari tidur panjangnya. Ia menyambut orang-orang yang menunggunya dengan tawa. Jieun tertawa begitu lepas, ia bagaikan terlahir kembali. Bedanya, ia tertawa bukan menangis saat seperti pertama kali ia dilahirkan. Jieun tidak tahu, t...