14 Februari.
Di salah satu ruangan yang ada di rumah sakit tepatnya di ruangan Jieun dirawat, keheningan tercipta, terasa begitu mencekam. Padahal ada empat insan yang ada di ruangan itu, dan salah satunya adalah Jieun yang tengah tertidur dengan tenang.
Kedua sahabat Jieun—Nayeon, Tzuyu— tengah duduk di sofa sembari menatap Jieun sendu. Sedangkan, di samping brankar tempat Jieun terbaring ada seorang pria yang setia menunggunya membuka mata, tangan pria itu menggenggam tangan Jieun dan sesekali mengelusnya.
Tiba-tiba kelopak mata Jieun bergerak terbuka, membuat Nayeon, Tzuyu dan pria itu berdiri menghampiri Jieun. Kedua sahabat Jieun menangis terharu kala Jieun benar-benar membuka matanya.
Jieun menatap mereka bergantian, sedetik kemudian ia tertawa kaku, mungkin akibat tertidur terlalu lama.
Pria yang berdiri di samping Jieun mengambil gelas berisi air minum dan menyodorkan kepada Jieun. "Minumlah, tenggorokanmu pasti sangat kering, kau bahkan tertawa tanpa suara."
Jieun menerima itu dan meminumnya hingga habis, dia menatap pria itu penuh arti. Jieun kembali tertawa, kini suaranya mulai terdengar.
"Coba bicara sesuatu," ujar Jieun kepada pria di sampingnya, masih dengan tawa yang berderai.
"Apa?" tanya pria itu kebingungan.
"Kau ... Chanyeol, 'kan? Aku ingat suaramu, karena kemarin kau sempat berdebat dengan Sehun," beo Jieun tersenyum riang.
"Kemarin?"
Jieun mengangguk. "Ya, saat kau merekam Sehun dan aku."
Chanyeol bergeming. "Itu bulan lalu," tukas Chayeol membuat Jieun mengernyit bingung.
"Berapa lama aku tidur?" tanya Jieun.
"Entah, sekarang bulan Februari tanggal 14."
"Apa kau bilang?" tanya Jieun histeris.
"Yeay!" Jieun berteriak kegirangan. "Di mana pacarku? Aku akan meninjunya karena mengatakan aku lemah."
"Pacar?" tanya Chanyeol, Nayeon, dan Tzuyu berbarengan.
Jieun mengangguk antusias. "Ya, aku dan Sehun resmi pacaran di tanggal 14."
Mereka yang mendengar penuturan Jieun hanya terdiam kaku.
Jieun kembali tertawa terbahak, entah apa yang ia tertawakan. "Kalian kenapa?"
"Bukankah setelah terlahir kembali kita layak tertawa?" lanjut Jieun.
"Chan," panggil Jieun.
"Di mana Bosmu? Oh, bosku juga, hm?"
Chanyeol hanya terdiam mendengar pertanyaan itu.
"Chan! Ayolah, aku tak sabar ingin memukulinya," rengek Jieun.
Jieun melirik mereka bergantian, tatapan bingung ia tunjukan. "Kalian ini kenapa? Di mana bosku?"
Lagi-lagi tak ada yang menjawab pertanyaan Jieun.
"Yak!" teriak Jieun.
"Aku bertanya pada kalian! Di mana bosku? Ha?" Jieun mulai berteriak panik.
"Di mana Sehun? Di mana bosku? Jawab!" teriak Jieun histeris.
Tanpa terasa air mata mengalir di pipi Jieun. Ia kembali tertawa dengan air mata yang mengalir. "Kalian kenapa, sih?"
Lagi-lagi tak ada yang menjawab pertanyaan Jieun, membuatnya diserang rasa panik. Berbagai pikiran buruk berkecamuk di benak Jieun.
"Chan! Di mana Sehun? Jawab aku!" Jieun memukuli dada Chanyeol meminta jawaban.
"Chan!" bentak Jieun. Namun, Chanyeol tetap bergeming.
"Chan ... beri tahu aku, di mana Sehun," lirih Jieun sembari menyandarkan kepalanya di dada bidang Chanyeol. Ia terlihat frustasi untuk sekadar berteriak histeris.
Nayeon berbalik memeluk Tzuyu kala matanya melihat sahabatnya terlihat sangat menyedihkan.
Chanyeol mengelus surai Jieun. "Aku akan mengajakmu bertemu dengannya."
Ucapan Chanyeol mendapat tatapan protes dari Nayeon dan Tzuyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossque [Completed]
Short StoryJieun terbangun dari tidur panjangnya. Ia menyambut orang-orang yang menunggunya dengan tawa. Jieun tertawa begitu lepas, ia bagaikan terlahir kembali. Bedanya, ia tertawa bukan menangis saat seperti pertama kali ia dilahirkan. Jieun tidak tahu, t...