Bonchap eaa

9 3 4
                                    

"Mukanya gak usah gugup gitu" ujar Hyunjin menenangkan Jelita, yang alhamdulillahnya hari ini dia sidang.

Jelita menolehkan kepalanya, "takut salah ngomong aku, Jin"

Hyunjin mengelus puncak kepala Jelita. "Bismillah aja ya" ucapnya kemudian di angguki kepala oleh Jelita.

Kemudian setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya Jelita keluar dari ruangannya dengan helaan nafas panjang pertanda lega karena sudah terlewatkan.

"Astaga aku tadi gugup banget tau gak" ujar Jelita heboh.

Hyunjin tertawa, "Semoga aja berhasil ya, udah, ayo pulang"

Mereka berjalan dengan hening. Begitupun Jelita yang biasanya heboh sekarang terlihat sangat berpikir. Perjalanan menuju parkiran yang sangat awkward sekali. Astaga situasi macam apa ini.

"By, aku ke kamar mandi sebentar, kamu tunggu di mobil ya" pamit Hyunjin.

"Ah, iya" jawabnya. Hyunjin pun berlari ke arah kamar mandi secepat mungkin, sepertinya sudah tidak bisa di tahan lagi.

Jelita sedang menunggu di luar mobil saja. Malas kalau masuk dan udaranya pasti bau panas khas mobil dan Jelita tidak menyukai itu.

Ia pun mengedarkan seluruh pandangannya ke penjuru parkiran kampus ini. Sepi. Hening. Kemudian manik matanya tidak sengaja menangkap sosok seseorang yang ia kenal, dan juga ia rindukan kehadirannya.

Ya, itu Daniel. Kang Daniel.

Jelita berulang kali menelan salivanya. Merasa pasokan udaranya hampir habis setelah melihat kehadiran Daniel. Kemudian ia memantapkan diri untuk memanggil Daniel.

"Da-Daniel!" panggilnya dengan suara yang sedikit bergetar.

Daniel mencari sumber suara, dia mengenal betul suara siapa ini. Dan, benar dugaannya. Mereka cukup lama melakukan kontak mata tanpa pergerakan.

Kemudian suara lain membuyarkan tatapan mereka. "Ada apa?" tanya Hyunjin ketika sampai di depan perempuannya. Menelisik dalam mengapa situasinya sangat tegang seperti ini.

Jelita tidak menjawab pertanyaan Hyunjin barusan, ia melihat di balik punggung Hyunjin, dan sudah tidak ada Daniel disana. Dimana perginya laki laki itu? Pikirnya.

"Kenapa sih?" tanya Hyunjin kembali seraya ikut menengok ke belakang punggungnya.

"Ah engga, gapapa, ayo pulang." ajaknya sambil menarik tangan Hyunjin untuk masuk ke dalam mobil kemudian menuju pulang.

Di dalam perjalanan pun Jelita masih terus memikirkannya. Dia tidak mungkin salah lihat, jelas itu Daniel.

***

"Jeli! Demi apa dong tadi Jisung semengatin gue yaampun uwu banget ya dia" curhat Widya setelah sampai di kostan Jelita dengan wajahnya yang bisa di bilang bahagia.

Saat sudah di kost pun Jelita terlihat masih memikirkannya.

"Woi! Bengong aja lu anjinc!" sentak Widya yang tidak mendapat respon dari sahabatnya itu.

"Ih lo ini suka tiba tiba dateng aja sih dasar!" omelnya.

Widya mengambil camilan yang ada di depan meja, "Lagian lo kenapa sih bengong gitu?" tanyanya seraya memasukkan camilan ke dalam mulutnya.

Jelita menghadapkan tubuhnya ke arah Widya seraya menatapnya dengan serius, "Gue tadi ngeliat Daniel, di kampus"

Widya melemparkan remahan camilan ke wajah Jelita. Memang salah berbicara serius kepada Widya, salah besar.

Destiny. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang