SEBELUMNYA wanita itu yakin kalau tempat ini sepi, hanya ada dirinya. Namun, begitu terdengar derap langkah berat dari belakang ... dugaan itu salah. Jari-jarinya saling berangkulan, membentuk kepalan, lalu mendongak untuk menatap langit malam. Beruntungnya masih ada satu bintang yang dapat ia saksikan dengan mata telanjang.
"Hello," sapa pria itu sambil duduk. "Ternyata kamu ada di sini."
Oh? Ada orang juga? "Kok, hello?"
"Ada apa sama hello emang? Itu masalah, ya?"
Sebenarnya, kalimat barusan tidak mengandung nada sarkastik walaupun sepersen, tetapi kurang enak saja kalau suasana hening begini harus diisi pertanyaan yang sedikit menjurus ke arah canggung. Wanita itu menggeleng ragu. "Nggak juga, sih, biasa aja."
Pria itu bertanya, "Jadi apa?"
"Maksudnya?"
"Saya bilang hello ke kamu, kamunya malah bingung."
Benar-benar aneh, pikir wanita itu. "Ya, kamu aneh, lagian."
"Aneh gimana, deh?"
"Buat saya, 'hello' itu bentuk sapaan yang asing."
"Emangnya kita nggak asing?"
Dia cukup bersyukur punya ingatan yang baik, meski sejujurnya melupakan kejadian barang satu jam yang lalu sedikit terdengar tak masuk akal. "Sedikit enggak, sih, soalnya kita udah bertemu dua kali di tempatnya yang sama."
"Iya, di pesta ini."
"Dan saya ceroboh, beruntungnya ada kamu."
"Kalau enggak, kamu bakal jadi tontonan."
Wanita itu merengut. "Harus banget diperjelas, nih?"
Mengapa pula harus diperjelas sesuatu yang memalukan, sih?
"Disembunyikan biar nggak malu, maksudnya?"
Tidak ingin kesannya membenarkan ucapan pria itu, dia melengos. Beruntungnya ada topeng yang dapat menyamarkan sebagian pipi meronanya. "Sok tahu kamu!"
"Saya emang tau kali."
"Warna mata kamu biru."
"Dan kamu hitam."
"Hei, kamu ngintip, ya?"
"Kamu duluan yang mulai, kok," balas pria itu tidak mau kalah. "Jadi bukan saya tersangkanya."
"Kenapa?"
"Kenapa?" Pria itu bingung. "Kenapa apanya?"
Ada satu pertanyaan yang cukup mengganjal buatnya. Dan selagi ada sosok yang dapat memberi jawaban dari mulutnya langsung, mana mungkin dia menyia-nyiakan begitu saja. Wanita itu berkata, "Kenapa kamu malah ada di sini? Nggak di dalam aja yang rame-plus banyak hidangan yang bikin kenyang perut?"
"Kamu duluan, deh, yang jawab."
"Kalau saya, sih, cari angin doang. Biar nggak suntuk. Asli, kadang berada di kerumunan orang cuma bikin kepala sesak."
"Emangnya di sana nggak ada angin? Pesta ini, kan, outdoor juga."
Wanita itu melirik sekilas. "Bukan pertanyaan, tapi aku butuh jawaban."
Pria itu tersenyum. "Kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Starts with Hello
RomancePrioritas Marinka adalah pekerjaan walau masih melajang di umur tiga puluh tiga. Saking sibuknya, Rodheus saja yang orang bilang suami-able hanya berakhir jadi TTM, apalagi Ardeen, personel boyband Victory yang keras kepala? *** Marinka tidak menyan...
Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi