ARDEEN Brent berjalan tergesa, setengah berlari, kemudian menutup pintu mobil secara keras seperti keadaan napasnya sekarang. Kedua mata itu terpejam, otot-otot punggungnya menegang dan ketika menyadari Faron keluar dari pintu yang kemungkinan besar untuk menyusulnya, Ardeen memacu gas dalam-dalam. Melesat terlampau cepat.
Menyaksikan kemacetan jalan, Ardeen memaki berulang kali. Jemarinya memutih sebab mencengkeram badan kemudi terlampau erat lalu terdengar pukulan. Ardeen tersengal sendiri, kepalanya tertunduk.
Kenapa semua ini bisa terjadi?
Kenapa Faron tega melakukan semua itu?
Apa dengan perlakuan Faron yang dingin selama bertahun-tahun hingga Damita mati belum cukup juga?
Berengsek!
Nyaris saja ponsel itu terlempar semisal ketiga kali benda itu menampakkan identitas pemanggil yang sama: Jason. Ardeen belum sempat mengeluarkan sepatah kata ketika Jason lebih dulu bersuara penuh tekanan. "Di mana posisi lo sekarang?"
"In case, this isn't your business!"
"Gue bilang, sekarang lo lagi di mana?" Jason bakal terus merongrong pertanyaan kalau belum dijawab. "Jawab gue, lo punya mulut yang sehat, Ar!"
Mobil Ardeen bisa maju, walaupun hanya beberapa meter. Kemacetan dadakan yang terjadi beberapa jam setelah waktunya pulang kerja serupa mengejeknya yang tengah dipenuhi amarah. "Bisa berhenti ngomong?"
"Bisa setop bacot dan langsung jawab pertanyaan gue?"
"Sejak kapan lo jadi bawel begini, sih?"
"Sejak kapan lo jadi bertele-tele begini?"
Salah kalau yang mengatakan Jason adalah manusia yang berkepribadian lurus, kenyataannya pria itu super menyebalkan. "Berengsek lo!"
"Di mana?"
"Nggak bakal gue—"
"Well, let's see what happen next," pungkas Jason. "Di mana pun posisi lo sekarang, balik. Putar arah. Inget, Ar, lo bukan lagi orang biasa. Nggak satu dua orang yang kenal lo, tapi beribu-ribu. Victory angkat nama lo bukan main-main. Media juga nggak bakal nolak buat nunjukin berita tolol macam skandal, drama murahan. Ngerti?"
Ardeen tidak bisa membantah omongan Jason. Kehidupannya yang bergelimang ketenaran terkadang memuakkan. Segalanya diatur, penuh kecurigaan, hal kecil terjadi bisa berubah besar karena pelintiran oknum tidak bertanggung jawab.
"Dua kali dan lo nggak bakal datang ... just prepare yourself."
"Gue—"
Panggilan lebih dulu terputus. Kalau sekarang Ardeen ingin mengumpati sepupunya yang ketiga kali, bukan jadi masalah. Jason juga tidak bakal mendengar. Namun, yang terjadi hanya terdengar helaan napas berat. Nyaris frustrasi.
Berakhir sedikit lebih tenang ketika teringat senyum Mamanya: Damita.
Hanya beliau yang mampu mengajarkan arti kasih sayang orang tua sesungguhnya.
***
Semisal Ardeen tidak mempunyai keseimbangan yang baik, pukulan tanpa aba-aba dari Jason sekarang kemungkinan besar menjatuhkan tubuhnya. Ardeen berdecak. "Jadi begini cara lo menyambut tamu? Nggak ada sopan-sopannya, dih."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Starts with Hello
RomancePrioritas Marinka adalah pekerjaan walau masih melajang di umur tiga puluh tiga. Saking sibuknya, Rodheus saja yang orang bilang suami-able hanya berakhir jadi TTM, apalagi Ardeen, personel boyband Victory yang keras kepala? *** Marinka tidak menyan...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi