Sejuta kesempatan terbuang hanya dalam satu kali masa hidup.
Jika saja dia bisa menerima satu kesempatan terakhir itu, dia ingin memulai semuanya dari awal dan memiliki kesempatan untuk bersamanya, lagi.
Berdiri dari jauh ketika rintik hujan terderai di payung hitam. Angın bertiup seolah-olah sedang membisikkan sesuatu. Semua rumput hijau menjadi basah dan beberapa tempat sudah membentuk genangan air keil. Diam-diam menonton dari kejauhan saat meraka berkabung.
Suasananya berat dan hujan keras tidak membantu sama sekali. Orang-orang menangis ketika mereka mengucapkan selamat tinggal. Ratapan mereka dapat terdengar dari tempat dia berdiri. Hati remuk dan hancur. Dia tetap diam. Dia tidak bisa memaksa dirinya sendiri untuk melihatnya.
Dia tidak ingin melihatnya terbaring di sana. Tidak bergerak, tidak tersenyum, tidak berbicara atau berdebat dengannya. Terutama tidak bernapas.
Ini terlaulu menyakitkan dan sulit untuk menerima hal-hal superti itu. Jika saja dia tidak meninggalkannya sendirian. Jika saja dia tinggal bersamanya di saat-saat terakhirnya. Jika saja mereka tidak mengganggu kehidupan mereka.
Matanya tampak membelalak seolah-olah tidak pernah melihat cahaya. Hidung dan matanya memerah karena terlalu banyak menangis, tenggorokannya terasa kasar karena semua teriakan yang dilakukannya. Rasa sakit di kedua tangannya terasa mati rasa saat meraka dibungkus dengan perban. Dia menghancurkan rumahya ketika dia tahu dia benar-benar pergi.
Xiao Zhan tidak akan kembali lagi dan tidak akan pernah.
Hatinya tegang memikirkan itu dan jutaan maaf tidak akan pernah cukup untuk membawanya kembali. Dia merindukan suaranya. Wajahnya, dan yang paling penting, senyumnya yang menawan.
"Ayah," Fangxin berkata saat ia berdiri di sampingnya. Wang Yibo tidak mengatakan apa-apa dan terus melihat pada kejauhan.
"Apa kau berhasil memberitahunya?" Fangxin bertanya ketika ia menghadap pria yang lebih tinggi itu. Wang Yibo tidak melihatnya. Dia hanya menjawab "Aku mengunjunginya,"
Fangxin tidak terlalu memaksa dan tetap diam.
"Dia tersenyum lembut padaku," ketika fangxin mendengar kata-kata itu, dia langsung memandang Wang Yibo dan merasakan air mata mengalir di mataya. "S-setidaknya dia mengetahui alasannya," Fangxin tergagap selagi ia mencoba menghentikan dirinya dari menangis, tetapi pada akhirnya gagal. Fangxin memeluk Wang Yibo dan menangis dalam diam. Air mata menetes dari matanya sewaktu dia berusaha mengalihkan pandangannya dari kelompok orang-orang yang mengenakan pakaian hitam.
Kita semua Membuat kesalahan, membuat keputusan yang baik dan buruk. Tapi Wang Yibo adalah kasus yang berbeda.
Masih dicintai oleh orang yang dia sakiti dan hancurkan, adalah keajaiban terbesar yang pernah dia terima.
—
Hai! Ini aatheva, penerjemah buku ini, dan selamat! kalian sudah mencapai akhir cerita.
Ya, aku tahu, not the happy ending you guys wanted, but still. As you guys see, you're reading this novel from Xiao Zhan point of view. Dan seperti yang kalian duga....akan ada buku kedua! Yash! It's the same story, but from a different point of view. WANG YIBO'S POINT OF VIEW.
Hehe. Sampai ketemu di buku kedua!
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Reasons why you shouldn't fall in love with Wang Yibo
FanfictionCerita ini asli milik @endless_infinity yang saya terjemahkan ke Indonesia dan sudah mendapat izin dari si penulis. Xiao Zhan, mantan dari Wang Yibo, membuat daftar mengapa orang lain tidak boleh jatuh cinta kepada mantan pacarnya. Cerita pendek...