ketiban sial

2.4K 298 229
                                    

Hari Minggu, haram sekali bagi anak rantau yang menetap di kos untuk bangun pagi. Tak terkecuali Seokjin yang masih mengusal nyaman pada kasurnya. Memeluk nyaman guling yang penuh dengan coretan spidol; Taehyung gantengㅡyang memang sengaja di tuliskan oleh si tuan dari rebecca itu.

Katanya, jiwa Taehyung sebagian tinggal disana. Jadi, kalau Seokjin takut atau rindu tinggal peluk. Tidak perlu repot lari-lari menuruni tangga untuk menggedor pintu.

Cih.

Rindu kepalamu.

Yang ada, sewaktu Seokjin tahu; bahwa sarung guling di coreti dengan si Kim senyum kotak yang memasang raut kelewat bahagia itu, jelas saja marah-marah menjadi opsi pertama yang di pilih.

"Ini sarung guling beli satu paket sama sprei, Taehyung! Di kira nyari yang doraemon pas di hati tuh gampang apa?"

Taehyung menggeleng. "Enggak gampang. Tapi nyari yang ganteng pengertian kaya gue lebih sulit Jin."

"Halaaaah ganteng doang yang jadi kebanggaan!" dengus si pemilik guling sembari memalingkan wajah untuk kembali fokus pada textbooknya. "Lanjut belajar itu, jangan di coretinㅡastaga Taehyung udahhhhh!"

Hasilnya, karena Taehyung tidak mau mendengarkan untuk menyudahi; jadilah keduanya kejar-kejaran seputar kamar kos yang berada di lantai dua. Begitu Seokjin lelah, ia kembali duduk dan mengabaikan tawa menyebalkan dari si Kim yang satunya.

Dan berakhir dengan Taehyung memeluk Seokjin dari belakang untuk mengusalkan wajah pada leher si Kim lantai dua dengan bisikan kata 'jangan marah, nanti nggak jadi sayang lho'.

Bukannya menyerah, Seokjin malah balas menyentak. "Nggak sayang ya bodo amat. Belajar woi belajar! Main-main aja terus. Nilai lo makin anjlok gue nggak mau ngajarin."

"Jangan gitu dong sayangku yang paling cantik sedunia, dunianya Kim Taehyung."

"Bodo amat. Dunia lo sama dunia gue beda. Lo alien gue manusia. Minggir sanaaaa!" Seokjin bergerak asal sampai Taehyung makin mengeratkan pelukannya, jadilah ia merengek. "Lepasin dong sial, sesek giniii."

"Bilang dulu, Seokjin sayang Taehyung."

"Dih apaan," ia menoleh ke belakang dengan raut tak terima. "Sudi amat gue ngomong gitu, mendingan ngomong sama kasur."

"Kasur nggak bisa jawab kalau di bilangin sayang."

"Tapi kasur bisa bikin nyaman."

"Nyaman doang gue juga bisa bikin."

"Tapi kasur nggak pernah php."

Taehyung mengerjap sebentar, sebelum pada akhirnya menyengir tanpa dosa sembari kedua lengan lepas total. Membuat Seokjin menghela napasnya lega.

"Gue juga nggak pernah php tau, Jin."

Disini Taehyung kembali duduk bersila kaki di sebelah Seokjin, kedua matanya memandang lekat pada pergerakan si Kim lantai dua yang masih mengerucutkan bibir.

"Ya terus?"

"Ya gitu."

"Gitu apa?"

"Udah."

"Udah apa?"

Dan Taehyung nyalinya ciut begitu Seokjin mulai memasang wajah bengis dengan pelototan tajam. "U-Udah mau belajar lagi nih, jangan marah dong manis."

"Bodo amat."

"Di bilang jangan marah."

"Terserah ya, Taehyung. Diem atau gue tendang lo dari kamar gue."

philocaly ㅡ taejin [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang