begin

3.6K 275 446
                                    

Kim Seokjin pulang dengan kekalahannya. Ia kalah memenangkan hati seorang pemuda yang ia gadang-gadang akan menjadi pasangannya kelak.

Dengan lutut gemetar ia berlari menuju pelukan sang Ibu yang tengah menunggu kepulangan putranya di depan pintu.

"Mama!"

"Lho? Sayang, kamu kenapa?"

Tidak mampu menjawab tentang apa yang di rasanya saat ini. Hatinya baru saja di koyak tanpa belas kasih. Harapannya di rampas tanpa di beri hak untuk terwujud bahagia.

Ia hanya menurut sewaktu Ibunya membawanya untuk masuk ke dalam kamar dengan langkah pelan. Mengabaikan presensi lain; si kakak favorit yang juga menunggu kepulangannya.

"Ma-Mama, Seokjin pul-l-lang."

"Iya sayang, kamu pulang." sang Ibu yang benar-benar belum mengerti apa yang terjadi hanya membiarkan anak manisnya itu duduk di tepi ranjang, lengannya merangkul di sepanjang bahu dan sesekali menepuk dengan halus. "Mama disini, kamu udah pulang. Kenapa nangis? Jahat ya Mama nggak jemput kamu sendiri, iya?"

Seokjin menggeleng.

Bukan. Bukan karena hal-hal seperti ini. Bukan karena tidak di manja sedikit saja ia akan berakhir menyedihkan seperti ini. Seokjin pulang dengan luka hati karena satu nama yang mungkin jauh di Seoul sana tidak merasakan apa-apa.

"S-Seokjin," ia mendongak, dengan napas tersengal berusaha tidak menjadi anak lemah namun kenyataannya ia masih jatuh hanya karena hatinya patah. "Seokjin gagal Ma."

Soo Ah tidak tahu, perihal gagal macam apa yang membuat anaknya hancur seperti ini. Semalam, Seokjin masih mengadu tentang bagaimana penatnya belajar untuk ujian dan tidak ada tanda-tanda kesulitan yang membuat si Kim muda itu mengerang frustasi.

"Kamu nggak gagal sayang, anak Mama nggak pernah gagal." ia berusaha menenangkan putranya dengan tepukan halus pada kepala, memberi senyum pertanda bahwa putranya ini selalu mampu melewati semuanya dengan luar biasa. "Ayo di lepas dulu jaketnya, sepatu, ganti baju, terus cuci muka."

"Maaa,"

"Enggak apa-apa sayang, belum bisa cerita Mama nggak akan maksa. Tapi yang penting sekarang kamu istirahat dulu. Mama bisa tunggu kalau kamu nggak mau sendiri, Mama bisa keluar kalau kamu emang mau sendiri. Dan kakak juga udah nunggu di luar. Dia ambil cuti selama kamu libur semester."

Seokjin mengangguk. Memeluk Ibunya sebentar sebelum masuk ke dalam kamar mandi untuk kembali menjatuhkan dirinya ke dalam bathtub karena ingatan tentang Taehyung dan juga So Ji pagi ini selalu terlintas dalam benak seperti kaset usang yang sengaja di putar.

⎯⎯⎯⎯⎯

Taehyung berlarian mencari kemana perginya Seokjin. Kemungkinan besar memang sudah kembali ke rumahnya. Namun ia tidak berhenti berlarian sampai napasnya nyaris habis.

Ia sendiri tak tahu mengapa bangun tidur menemui Han So Ji duduk di atas selangkangannya dan memeluknya erat sekali. Bukan karena Taehyung mau; tapi karena ia sendiri tidak tahu.

Untuk pertama kalinya, rasa takut menggerogoti kepercayaan diri bahwa Seokjin masih mau menunggunya sebentar lagi.

Kesalah pahaman ini pasti tidak akan berujung baik karena Seokjin tidak hanya pergi ke tempat orang lain untuk bersembunyi, melainkan ke tempat dimana si manis itu mampu berlindung dari kejahatan dunia.

Di rumah orang tuanya.

Taehyung tahu pasti dimana alamatnya. Namun ia masih habis tenaga. Belum pulih dari rasa pening karena bangun tiba-tiba akibat bunyi kaca membentur dinding keras sekali; dan berat menimpa tubuh yang ternyata adalah Han So Ji.

philocaly ㅡ taejin [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang