OO8

883 123 43
                                    

Daniel terbangun karena suara ketukan di pintu kamarnya. Ia duduk diam, kemudian berteriak "Ya." sebagai jawaban agar ketukan menyebalkan itu berhenti. Sebagai gantinya, pintu terbuka lebar. Jihoon masuk dengan setelan rapih, ia membawa suit baru yang kemudian digantung di dekat lemari. "Selamat pagi, Pak Daniel."

"Pagi," balas Daniel, tangannya meraih segelas air di nakas dan segera meneguknya. Jihoon berdiri di samping Daniel, "Anda bangun telat pagi ini. Jadwal kita hari ini pergi ke meeting bersama Petinggi petroleum karena pencemaran lingkungan besar-besaran oleh PT. XXX. Kemudian, makan siang bersama Ibu Kang beliau meminta bapak pulang ke rumah, dan akan mengunjungi Yoon Jisung di rumah sakit."

Daniel berdiri, merenggangkan tubuhnya. "Minta Ayumi buatkan aku chamomile tea dan siapkan infused waterku. Tehnya pakai madu jangan gula. Juga, hubungin Bang Minhyun minta tolong berkas-berkas dari kemenhub di check dan aku ingin menghubungi Dongho atau siapa namanya? Bosmu?"

"Ha Sungwoon?"

Daniel mengangguk, "Benar. Aku akan menghubunginya saat kita dalam perjalanan ke Sudirman."

"Oke, noted. Saya permisi terlebih dahulu, Pak."

"Silakan."

Ketika, Jihoon menutup pintu kamarnya, Daniel kembali menghela napas pelan. Ia kembali duduk di kasur kemudian mengusak rambutnya. Kalau saja Daniel bisa lari dari kehidupannya sekali saja. Ia akan memilih menghabiskan waktunya tidur seharian, makan mie instan sepuasnya, dan bermain PS 3 seperti yang ia lakukan pada saat jaman ia baru menyandang nama Mahasiswa alias jaman ia menjadi MABA. Makan sepuasnya tanpa terbeban dan stress. Tapi, ia sekarang harus menjada pola makannya demi kesehatan tubuhnya. Daniel sudah cukup stress dengan keadaan negara dan ia tidak ingin kembali stress dengan keadaam tubuhnya dan juga Daniel rasa, ia mulai stress tentang isi hatinya sendiri.

Aaah... Daniel ingin kembali menjadi manusia normal.

Sedangkan, Jihoon. Ia pula menghela napas, ia membuat suasana canggung diantara keduanya padahal seharusnya ia dan Daniel berkomunikasi dengan baik. Terlebih lagi, Daniel lusa akan berangkat ke Surabaya menghadiri hari ulang tahun kota itu dan rencana rencana buruk yang beredar menambah pikiran Jihoon. Akademi 101 telah menyiapkan terbaik. Bahkan, akan diadakan rapat keamanan sehabis jam makan siang yang akan dihadiri Jihoon nanti. Tapi ia tetap mengkhawatirkan kondisi saat berada di Surabaya lusa terkadang terdaoat beberapa hal yang terjadi diluar ekspektasi rencana yang matang, selalu ada kejutan-kejutan lain. Terlebih lagi, dengan kondisi hati yang sedang kacau, Jihoon tidak bisa mengendalikan kekuatannya dengan baik.

Sial.

[]

"Terjadi sesuatu?" Guanlin memghampiri Jihoon yang baru selesai mengarahkan konvoi presiden. Jihoon mengangkat bahunya, "Kamu ngerasain?"

Guanlin meringis, "Banget. Antara kamu sama Bang Daniel."

"He likes me don't he?" Jihoon menatap Guanlin yang mencebikan bibirnya kemudian mengangguk, "Kupikir kamu gak tau." Guanlin bingung.

"Keliatan banget, Lin. But, you know me."

"Hooo .... kamu belum sadar sama perasaanmu sendiri ya, Hoon?" tanya Guanlin yang membuat Jihoon bingung, "Maksudnya?"

"Ihhh dasar bego. Udah ah, aku tunggu di mobil." Guanlin berjalan melewati Jihoon yang terdiam bingung. Banget. Apaan sih, ini Alin yang gak jelas kan bukan Jihoon? Huft.

"Sudah telfon Bang Minhyun?" figur Daniel tiba-tiba muncul dari belakang Jihoon. Wangi parfume yang selalu mendominan seisi ruangan dan bayangannya yang lebih tinggi dari milik Jihoon. He immediately turns back and stand after Daniel. "Sudah, Pak. Katanya, hari ini Mas Minhyun bakal ke kantor habis jam makan siang. Beliau ada rapat dengan komisaris Jepang."

The Red One , NielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang