3

40 3 1
                                    

Andha membuka matanya perlahan, menelisik kearah jendela yang masih tertutup gorden warna navy bermotif bunga lili yang kontras dengan dinding kamarnya yang berwarna soft beige. Andha mengintip dari celah matanya, terlihat cahaya matahari yang nampaknya sudah cukup tinggi sehingga mampu menerobos masuk kebalik gordennya yang berwarna gelap.

Andha masih begitu lesu, karna tidur cukup larut tadi malam.

Andha meraih ponsel yang ia simpan dimeja yang berada disamping tempat tidurnya. "Loh mati?" Gumam Andha saat melihat layar ponselnya tetap gelap meski Andha sudah menekan tombol power.

Malas Andha untuk bangun, pikirnya ini masih pagi. Tangannya gontay meraih jam weker berbentuk bulat dengan ornamen peri disisi kanan dan kirinya. "Jam 9." Ucap Andha setengah malas. Tiba-tiba Andha tersentak, napasnya terasa berhenti. Matanya yang tadi masih enggan terbuka mendadak terbelalak. "Mampus gue telat!" Andha yang masih bermalas-malasan seketika melompat dari tempat tidurnya. Secepat mungkin ia berlari menuju kamar mandi yang terletak persis didepan kamarnya.

Andha ambil sikat gigi yang terletak di dinding sebelah kanan. Secepat mungkin ia menggosok giginya, kemudian mencuci mukanya dengan facial wash. Tergesa-gesa, sampai Andha baru sadar bahwa yang ia pakai adalah facial wash milik Riga. "Bodo amatlah yang penting gue cuci muka." Segera Andha bersihkan wajahnya. Ia angkat kedua lengannya mencium ketiaknya satu persatu. "Masih wangi, nggak usah mandi."

Tidak ada waktu untuk memilih pakaian apa yang akan ia kenakan, ia ambil dan kenakan apapun yang tangannya raih. Tidak ada waktu untuk menyisir rambut apalagi berdandan meskipun alakadarnya, Andha tidak peduli. Ia ikat rambutnya yang agak berantakan. Andha ambil tube sunscreen dimeja riasnya, menuangkannya seukuran satu sendok makan. Sambil bergegas keluar ia gosokkan sunscreen tak beraturan kewajahnya. Setidaknya wajahnya harus tetap terlindung dari sengatan sinar UV.

Andha segera berlari menuju lantai satu rumahnya, Andha hanya sendirian namun dirinya mampu menimbulkan bunyi yang begitu berisik hingga membuat Reya yang masih lelap diperaduannya terbangun.

"Berisik woy!" Teriak Reya dari dalam kamarnya.

Andha mengedarkan pandangan ke sekeliling rumahnya, sudah sepi. Bisa dipastikan hanya tinggal dirinya dan Reya makhluk hidup yang tersisa di rumah itu.

Tok! Tok! Tok!

"Mas!!!"

"Mas Reya bangun mas!!!" Andha yang panik menggedor pintu kamar Reya begitu kencang, suaranya pun tak kalah berisik. Reya yang masih menginginkan kedamaian didalam sana, akhirnya terbangun dengan wajah gue-masih-ngantuk.

"Aduuuh apaan sih Ndha, Mas Reya ngantuk." Reya berteriak dari dalam kamarnya.

"Mas anterin Andha plis, Andha telat mas." Andha memohon dibalik pintu yang masih enggan Reya buka.

Ceklek, akhirnya Reya membuka pintu.

"Mas Reya, anterin Andha. Ya? Andha udah telat banget."

"Nggak ah."

"Mas ayo dong, Andha janji selama sebulan Andha cuciin motor Mas Reya."

"Deal!" Tanpa berpikir panjang, Reya langsung menyetujui tawaran Andha.

"Deal!" Tanpa berpikir panjang, Reya langsung menyetujui tawaran Andha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HER, The Gift Of...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang