7

45 3 3
                                    

I loved her first
From the first breath she breathed
When she first smiled at me
I knew the love of a father runs deep
Someday you might know what I'm going through
When a miracle smiles up at you
I loved her first

Sepenggal lagu cinta mengalun merdu dari bibir Deva diiringi petikan gitar dari jari-jari panjangnya. Lagu cinta yang selalu Andha minta Deva nyanyikan ketika Deva sudah memegang gitar akustik kesayangannya. Duduk-duduk santai diteras belakang rumah mereka, menikmati segelas kopi atau coklat panas, gonjrang-gonjreng suara gitar, diselingi canda tawa.

"Sampai kapan kamu minta Abang selalu nyanyiin lagu ini buat kamu?"

"Sampai Abang udah nggak jadi Abangnya Andha lagi." Seketika Deva hentikan petikan gitarnya, membalik badannya yang sedari tadi memunggungi Andha, sontak saja membuat Andha yang bersender manja pada punggung Deva hampir terjatuh. "Abang ih." Lanjut Andha yang terkejut dengan gerakan tiba-tiba Deva.

"Kok ngomong kayak gitu?" Ujar Deva dengan sedikit penekanan pada suaranya.

"Becanda Bang, kan nggak mungkin juga Abang sama Adek cerai." Santai Andha menjawab pertanyaan Deva. "Andha berenti minta Abang nyanyiin lagu ini, kalau Ayah mau nyanyiin lagu ini lagi kayak dulu." Lagu cinta seorang Ayah untuk anak perempuannya, I Loved Her First. Lagu cinta yang Andha terima, dari Partha Ayahnya. Lagu cinta yang akan selalu Andha dengarkan sepanjang hidupnya. Lagu yang dulu selalu Partha nyanyikan setiap kali Partha punya waktu untuk menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuk putri tercintanya.

"I am jealous."

"Kenapa Bang?"

"Ayah nggak pernah ngasih lagu cinta buat Abang. Cuma kamu yang dinyanyiin Ayah."

Andha menekuk kedua alisnya disertai senyuman keheranan dibibirnya. "Apaan sih Bang. Heh Abang sama Kakak yang lain kan cowok, ya bedalah." Deva kembali membalik badannya tanpa mengeluarkan argumen yang mungkin hanya tertahan sampai dikerongkongannya. Andha kembali menyandarkan tubunya dipunggung Deva.

"Bang."

"Hmm." Deva kembali memetikan jari-jari panjangnya pada senar gitar.

"Have you ever had someone that you had crush on?"

Deva mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk fokus pada gitar. Jarinya seketika berhenti memetik senar-senar gitar. "Bang!" Deva hanya diam pada posisinya tanpa menjawab pertanyaan Andha. Sampai Andha bangun dan menepuk punggungnya.

"I am normal." Singkat Deva menjawab pertanyaan Andha yang membuatnya terdiam teringat dengan masalalunya. Deva melumat bibirnya sendiri.

"Jadi Abang pernah naksir seseorang?" Andha mengubah posisi duduknya. Deva yang tadinya membelakangi Andha sekarang memutar posisinya, duduk bersampingan dengan Andha.

Deva tersenyum kecil. Memorinya seketika memutar balik, kembali ke beberapa tahun silam ketika dirinya masih duduk dibangku SMA. Seperti sebuah roll film yang khusus merekam semua tentang seseorang dimasalalunya itu. Tersimpan baik dan rapat bersama ribuan rekaman lainnya dalam memori Deva.

Andha berpindah kehadapan Deva, menyangga pipi kanannya menatap Abangnya yang diam tersenyum terhanyut dalam film yang terputar dikepalanya.

"Hows her?" Pertanyaan singkat Andha mengalihkan otak Deva seketika. Ia kembali kedunianya setelah tenggelam dalam ingatan tentang perasaan yang pernah hinggap dihatinya dulu.

"Ck." Deva berdecak. "Udah ah, gak penting. Udah lama."

"Tell me, Bang."

"Hah.." Deva menghembuskan nafasnya kasar. "Dia itu..sama aja sih kayak cewek pada umumnya." Ucap Deva sedikit terkekeh membayangkan gadis itu.

HER, The Gift Of...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang