Ice cream terburuk

88 5 0
                                    

Sepulang sekolah, ternyata Ellard tak main-main dengan ajakannya tadi kepada Kalyca. Ia benar-benar membawa gadis itu ke sebuah pusat perbelanjaan yang tak jauh dari sekolahnya.

Ellard menarik Kalyca menuju ke sports station untuk mencarikan sepasang sepatu yang cocok untuknya. Matanya tertuju pada sepatu hitam dengan dua perekat diatasnya sebagai pengganti tali. Ia meminta Kalyca untuk mencoba sepatu itu. Dan syukurlah, itu sangat pas dan cocok sekali dikenakan oleh Kalyca.

Ellard mengambil sepatu itu, lalu membayarnya. Setelah selesai berbelanja mereka menuju ke sebuah restoran untuk mengisi perut. Disepanjang perjalanan, Kalyca terus-menerus menggerutu.

"lo tuh gak usah repot-repot ngebeliin gue sepatu baru kayak gini kak Ellard yang terhormat. Toh sepatu gue yang ini juga masih bagus dan layak pakai." Ellard menggeleng-gelengkan kepalanya, ternyata gadis ini benar-benar bawel sekali.

"berisik!! Tinggal terima aja apa susahnya sih, dan lo..  jangan ngerepotin gue lagi!!" tegas Ellard membuat Kalyca mengerucutkan bibirnya.

"emang gue sengerepotin itu yaa? Maaf deh kalo gitu.." suasana berubah melancholic seketika.

"iya lo itu sangat amat merepotkan, untungnya gue suka direpotin kalau sama lo."

Pernyataan Ellard barusan berhasil melukiskan sedikit senyum diwajah Kalyca. Entah kenapa ia senang mendengar ucapan Ellard barusan.

Saat hendak memasuki restoran, tiba-tiba dua balita laki-laki kembar berusia kurang lebih 3 tahun datang dan memeluk erat Kalyca. Sontak itu sangat mengejutkannya.

"kakak cantik... Kita kangen banget sama kakak cantik."

Melihat anak-anak memeluk seorang gadis yang tak asing, wanita yang tak lain adalah ibu dua bocah itu datang menghampiri mereka. Ia terkekeh melihat ekspresi bingung Kalyca.

"Kalyca, saya tante Vania istri dari om Dennis. Dan ini keponakan kamu Chaka dan Chiko, kamu pasti lupa yaa?" senyum hangat wanita itu membuat Kalyca langsung tersadar, untung saja tantenya ini selalu sabar mengingatkannya.

"ah Chaka.. Chiko.. Kakak juga kangen banget sama kalian." Kalyca membalas pelukan kedua bocah lucu itu.

"yaudah kita ngobrol didalam saja, kalian mau makan juga kan?" ajak tante Vania.

Didalam restoran yang cukup ramai, Ellard dibuat cukup grogi dengan situasi dihadapannya. Sedangkan Kalyca justru hanyut dengan menikmati makanannya, sesekali ia menyuapi dua keponakannya yang tengah lahap menyantap burgernya.

Tante Vania menangkap rasa gugup pada diri anak muda dihadapannya. Ia juga baru sadar sedari tadi belum menyapa pria ini.

"kamu temannya Kalyca?" pertanyaan itu sanggup membuat suasana semakin tegang.

"eh anu, sa.. saya Ellard..  kakak kelasnya Kalyca." tante Vania dan Kalyca sama-sama terkekeh mendengar jawaban Ellard yang sedikit gagap.

"gausah gugup gitu, tante gak gigit kok. Oh jadi kamu kakak kelasnya yaa. Tante seneng kamu mau berteman sama Kalyca, dengan segala kekurangan yang ia miliki. Saya rasa kamu sudah mengetahui semuanya, saya minta kamu selalu jagain Kalyca yah." tante Vania mendekatkan dirinya dan sedikit berbisik kepada Ellard, "dia mungkin terlihat tegar, tapi sebenarnya hatinya sangat rapuh dan kesepian."

Ellard mengangguk mengiyakan ucapan tante Vania. Entah kenapa, ia merasa semakin mantap untuk terus melindungi gadis cantik dihadapannya ini.
                                       ***

Melihat kedekatan Ellard dan Kalyca setiap harinya, membuat Tania semakin geram dan rasanya ia harus memberikan Kalyca pelajaran yang sedikit lebih keras. Agar gadis itu tak berani bermain-main lagi dengan seorang Tania.

Saat tengah berjalan didekat meja Kalyca, mata Tania menangkap tulisan menarik disebuah note kecil diatas mejanya. Ia membaca sekilas tulisan itu, sebelum Winna dan Valla mengejutkannya. Tania pun bergegas meninggalkan meja Kalyca dan segera duduk dikursinya.

Kalyca suka banget semua jenis ice cream, kecuali rasa vanilla. Alergi Kalyca bisa kambuh dan Kalyca bisa sakit nantinya.

Itulah sepenggal kalimat yang dibaca Tania tadi, ia menyeringai dan menemukan sebuah ide brilian untuk mempermalukan anak baru menyebalkan itu.

Adityo ketua kelas 11 A1 mengumumkan bahwa sekolahnya esok akan mengadakan perayaan hari jadinya yang ke 30 tahun. Dan akan diadakan beberapa perlombaan antar kelas.

Ia mencatat beberapa nama untuk mewakili kelasnya mengikuti lomba, mulai dari balap karung, fashion show, menyanyi, tarik tambang, dan makan ice cream.

Sebuah ide picik muncul dibenak Tania, ia menunjuk Kalyca untuk mewakili kelasnya mengikuti lomba makan ice cream. Semua pun setuju dan sepakat memilih Kalyca.

Kalyca cukup senang bisa mewakili kelasnya, tapi ia sedikit takut jika ia akan menemukan vanila di ice creamnya saat perlombaan esok. Ah, ia akan berusaha untuk membicarakan perihal alerginya itu kepada Adityo yang ternyata ambil alih sebagai panitia. Dan Adityo pun menyanggupinya, untuk tidak memberikan Kalyca ice cream rasa vanila.

Hari perlombaan tiba, semua siswa sudah bersiap diaula untuk mengikuti setiap perlombaan. Tiba saatnya Kalyca berjuang dalam perlombaan memakan ice cream, Ellard dan beberapa temannya berdiri dibarisan depan untuk mendukung Kalyca.

Dari kejauhan, Tania tersenyum sinis.. Sepertinya ia akan berhasil mempermalukan Kalyca hari ini.

Kalyca menatap satu cup besar ice cream berwarna biru dihadapannya. Pikirnya mengira ice cream didepannya pasti memiliki rasa semacam bubble gum.

Perlombaan dimulai, Kalyca mulai menyendok beberapa kali ice cream itu dan memasukannya ke dalam mulut.

Damn, ice cream ini kenapa rasa vanilla? Ini bukan bubble gum? Ah.. Bagaimana ini?

Kalyca terus bermonolog dalam hatinya, wajahnya yang semula ceria, kini berubah pucat dan tegang.

Ellard menangkap perubahan ekspresi Kalyca, ia merasa pasti ada yang tidak beres dengan gadis itu. Ellard menerobos masuk ke area perlombaan, ia menatap sesaat Kalyca sebelum menariknya menjauhi aula sekolah.

Semua mata menatap heran kepada Ellard, tak terkecuali Tania. Rencananya membuat Kalyca malu didepan umum, tiba-tiba saja gagal karena Ellard.

Ellard mendudukkan Kalyca dikursi panjang yang ada disepanjang koridor. Wajahnya yang pucat pasi membuat Ellard semakin khawatir.

"lo baik-baik aja kan Lyca? Atau ada yang salah sama ice cream yang lo makan barusan?" Ellard menyerbunya dengan beberapa pertanyaan.

"kak Ellard, ice cream itu bukan rasa bubble gum seperti yang gue kira. Itu rasa vanila, padahal gue udah bilang sama Adityo tentang alergi gue, dan dia setuju buat bantuin gue. Tapi..tapi.. uhuk..uhuk" belum sempat menjelaskan semuanya Kalyca terbatuk-batuk, nafasnya terasa tercekat dan rasanya oksigen yang ia hirup semakin menipis.

"Adityo tau? Sialan tuh bocah, Lyca lo gak papa?"

Ellard semakin panik saat melihat Kalyca terus terbatuk-batuk, sambil tangannya terus memegangi dadanya. Nafasnya semakin terasa sangat sesak, ia mulai kesulitan menarik nafas. Ellard segera menghubungi ambulans, dan tak lama kemudian Kalyca jatuh pingsan. 
                                      ***

TerkikisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang