Setelah hampir sepekan di Rumah Sakit, akhirnya Kalyca hari ini diperbolehkan pulang. Ia diantar Ellard dengan mobil sportnya, karena kebetulan om Dennis tidak bisa mengantarnya karena mendadak ada pasien gawat darurat.
Sesampainya dirumah, Kalyca disambut tatapan murka oleh ibu dan kakak tirinya.
"masih inget jalan pulang lo? Abis ngelonte dimana? Balik-balik bawa cowok kerumah lagi, dasar murahan." sinis Filia dengan ucapan kasarnya, matanya sesekali melirik pria tampan disamping Kalyca.
Boleh juga nih cowok! Mukanya ganteng, penampilannya modis dan keren, semua brand yang dia pake original dan mobilnya mewah bangettt. Pasti tajir nih orang, gue harus bisa deketin dia!!
Filia mendadak disibukkan dengan pikirannya tentang Ellard. Ia berambisi untuk bisa memiliki lelaki tampan itu.
"mba maaf, tolong dijaga ucapannya yaa!!"
Tegas Ellard cukup tersulut emosinya."Kalyca gak serendah itu kak! Seminggu ini, Kalyca dirawat di Rumah Sakit. Lyca juga sempat telfon kakak dan mama berkali-kali, tapi gak diangkat. Lyca whatsapp bahkan SMS kalian juga gak baca sama sekali." Kalyca sedikit sedih mengingat ketidakpedulian keluarganya, bahkan disaat ia tengah sakit seperti ini.
"yaudah Lyca, gue pamit pulang dulu. Kalau ada apa-apa, lo kabari gue aja yaa!"
Kalyca mengangguk paham, kemudian Ellard meninggalkan Kalyca dan suasana panas didalam rumahnya semakin menjadi.
"saya gak pernah ngajarin kamu main gila kayak gini, gak pulang berhari-hari. Saya kecewa sama kamu Kalyca."
Ibu Gilda yang murka pergi memasuki kamarnya, ia membanting pintu cukup keras. Sementara itu Filia juga kembali ke kamarnya, ia masih terngiang-ngiang dengan pria tampan yang mengantar Kalyca barusan. Ah, pesonanya benar-benar membuat Filia terus memikirkannya.
Kalyca tertunduk, ia berjalan murung memasuki kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya sebelum seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"permisi non, bibi boleh masuk?" suara itu tak lain adalah milik bi Wati asisten rumah tangga yang sudah ia anggap sebagai bibinya sendiri.
"masuk bi, gak dikunci kok."
Bi wati masuk ke kamar bernuansa hijau mint itu, ia membawa nampan berisi makanan, air putih dan segelas susu hangat. Bi Wati meletakkan nampan itu diatas nakas.
"non sudah membaik? Bibi sudah tau semuanya, beberapa hari yang lalu Pak Dennis kemari ingin mengabari bu Gilda. Namun ibu gak ada dirumah, jadi beliau menitipkan pesan itu kepada saya. Dan beberapa kali juga saya mencoba memberi tahu nyonya, tapi beliau tidak mau mendengarkan saya dan selalu sibuk dengan urusannya. Maafkan saya non!!" bi Wati merasa menyesal karena tidak menyampaikan amanah dengan baik.
"gak papa bi, gausah merasa bersalah seperti ini. Toh mereka juga gak akan peduli sama aku." Kalyca mencoba tersenyum, meski hatinya sedikit terluka.
"yaudah non, ini makan malamnya dihabiskan. Setelah itu minum obatnya yaa, non gak boleh sampe lupa minum obat. Saya permisi non.."
Kalyca mengangguk, lalu tersenyum melihat ketulusan hati bibi yang satu itu. Ia kemudian menatap nanar dua foto diatas nakasnya. Yang pertama, foto masa kecilnya dengan almarhum kedua orang tuanya. Dan satu lagi, fotonya bersama ibu tiri, kakak tiri juga almarhum ayahnya.
Setelah menyantap makan malamnya dan meminum beberapa obat-obatan, Kalyca merasa sangat mengantuk. Ia menarik selimutnya, memeluk boneka jajah dan cici kesayangannya, lalu terlelap dalam buaian malam.
Dikamarnya, bu Gilda segera menjangkau ponselnya lalu mengecek beberapa pesan masuk.Kalyca (10)
Mah maaf, untuk beberapa hari kedepan Kalyca gak bisa pulang kerumah. Kalyca harus menjalani perawatan di Rumah Sakit, Lyca di opname. Mama gak perlu khawatir, Kalyca baik-baik aja kok, tadi pas disekolah Lyca gak sengaja makan ice cream vanilla.. jadi alergi Lyca kambuh. Do'akan Kalyca cepat pulih yaa mah, Lyca sayang mama.. love u!!Wanita itu cukup terkejut dengan isi pesan dari anak tirinya itu. Ia sedikit menyesal tidak mengecek pesannya lebih awal.
Wanita itu melangkah memasuki kamar Kalyca yang untungnya tidak dikunci. Ia masuk dengan mengendap-endap, takut membangunkan Kalyca yang tengah terlelap.
Ia duduk disamping ranjang Kalyca, menatapnya sendu sambil berkata lirih, "dasar ceroboh!! Bagaimana bisa kamu salah membedakan vanilla dengan rasa lainnya. Saya gak suka liat kamu sakit, saya gak suka kamu jadi perempuan yang lemah. Maafkan saya Kalyca, saya gak becus jadi ibu yang baik buat kamu. Saya bahkan gak bisa jagain kamu disaat kamu membutuhkan saya. Mama sayang kamu Kalyca, lekas sembuh nak!!"
Bu Gilda menatap sendu anak tirinya itu, tak terasa air mata sudah membasahi pipinya. Ia melihat wajah cantik gadis itu, mengelus pipinya lembut, menyingkirkan beberapa anak rambut diwajahnya, lalu ia mengecup kening Kalyca. Setelah dirasa cukup, ia bangkit dan meninggalkan kamar Kalyca.
Ia membuka matanya perlahan, air matanya juga ikut luruh. Perasaan hangat barusan benar-benar terasa sangat nyaman. Ia tersenyum senang melihat perlakuan ibunya barusan, benar-benar for the first time ia mendapat perlakuan semenyenangkan itu.
Kalyca seneng banget mah, malam ini.. untuk pertama kalinya mama memperlakukan Kalyca layaknya seperti anak mama sendiri. Ini yang Kalyca inginkan selama ini, perasaan hangat dan tentram saat berada disisi mama. Kalyca sayang banget sama mama, semoga mama bisa bersikap seperti ini terus sama Kalyca.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Terkikis
Short StorySlowly but sure, semua ingatan tentangmu akan perlahan terkikis lalu menghilang selamanya.