Didepan ruang operasi, mereka duduk dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Ibu Ellard tak hentinya terisak, ia sangat takut kehilangan anak kesayangannya itu. Kalyca mencoba menenangkan tante Marina, yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Meski disatu sisi, ia pun merasakan hal yang sama, tapi ia berusaha lebih tegar.
Galen dan Gustin merasa gamang, sudah lebih dari 2 jam operasi berlangsung. Begitu juga Pak Edo, ayah Ellard yang sedari tadi hanya mondar-mandir didepan pintu operasi. Akhirnya setelah menunggu cukup lama, dokter keluar dari ruangannya dan mengajak keluarga Ellard untuk berbicara.
"jadi gimana kondisi Ellard om?" tanya Kalyca, diikuti Galen dan Gustin yang sama penasarannya.
Lelaki paruh baya itu terduduk disamping istrinya yang masih terisak. Kalyca menghampiri Edo dan duduk disampingnya. Edo menepuk pundak Kalyca perlahan.
"dokter bilang operasinya berjalan lancar."
Mendengar jawaban dari ayah Ellard, semuanya menghembuskan nafas lega. Tapi setelah melanjutkan ucapannya, semua dibuat bungkam.
"tapi Ellard belum bisa melewati masa kritisnya, mungkin butuh beberapa hari atau beberapa minggu untuk dia bisa bangun dari komanya. Bahkan yang terburuk.."
"engga om, Kalyca yakin kak Ellard anak yang kuat.. Dia pasti bakalan segera pulih, om harus percaya itu." Edo mengangguk lalu tersenyum samar.
"selain itu, dokter bilang ada beberapa keretakan dibagian pergelangan kaki Ellard dan itu akan membuat dia kesulitan untuk berjalan beberapa bulan kedepan. Dan.."
"dan apalagi om?" Kalyca tak sanggup lagi menahan air matanya, Galen dan Gustin mencoba menenangkannya dan membiarkan Om Edo melanjutkan perkataannya.
"benturan keras dikepalanya akan menyebabkan Ellard kehilangan ingatannya untuk sementara waktu."
Deg... Serasa ada belati yang menancap didadanya, sesak dan sakit. Kalyca tak bisa membayangkan betapa sulitnya mencerna semua ketiba-tibaan ini.
***Tiga hari berlalu, Dan Ellard masih enggan membuka matanya. Selepas pulang sekolah, Kalyca selalu datang mengunjungi Ellard. Ia masuk kedalam ruangan, disambut dengan bunyi mesin EKG dan sosok pria yang terbaring lemah dengan banyaknya alat-alat medis ditubuhnya.
Seseorang menyambut kedatangannya dengan senyum yang dipaksakan, wajah yang tak muda lagi itu menampakkan raut kelelahan.
"tante, gimana keadaan kak Ellard? Apa sudah ada perkembangan?" Kalyca mencium punggung tangan wanita itu.
"Kalyca, yaa masih sama seperti sebelumnya. Tante berharap dia akan segera terbangun, karena tante yakin dia mampu melewati semua ini." ujar Tante Marina menahan air matanya agar tak jatuh lagi, Kalyca memeluk wanita paruh baya itu.
"kak Ellard pasti bangga punya ibu, sehebat tante Marina. Tante bisa pulang dan istirahat dirumah, kak Ellard biar Kalyca yang jaga."
"makasih sayang, tante pamit dulu yah! Kalo ada perkembangan, segera hubungi tante!!"
Kalyca mengangguk paham, lalu wanita paruh baya itu melangkah meninggalkan ruangan tersebut. Kini Kalyca duduk disamping brankar, tangannya mencoba menggenggam tangan pria tersebut.
Cepet bangun kak Ellard, gue kangen sama lo!!
Tak sengaja mata Kalyca menangkap seseorang tengah mengintip dari balik pintu. Siapa dia? Melihat dirinya sudah terpergok, pria itu segera melarikan diri.
Dengan cepat Kalyca mencekal tangan pria tersebut, dan menatap bingung kearahnya. Ia belum pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya, ia pasti bukan dari kalangan teman-temannya Ellard.
"maaf, kakak siapa? Mau jenguk kak Ellard yah?"
Pria itu masih mematung, tak merespon ucapan Kalyca sama sekali.
"yaudah ayo, aku antar kedalam!!"
Kalyca menarik pria itu masuk kedalam ruang rawat Ellard. Dan sama seperti sebelumnya, pria itu hanya mematung disisi Ellard, matanya menatap sendu kearah pria yang terbaring lemah itu.
Kalyca memerhatikan pria dihadapannya dengan seksama, entah kenapa ia merasa wajah mereka berdua terlihat sedikit mirip. Hanya saja pria jangkung dihadapannya ini sedikit lebih berantakan dengan kumis dan jenggotnya.
"ekhm, kayaknya kakak butuh space buat ngobrol berdua sama kak Ellard yah? Yaudah aku tunggu diluar aja yah!"
Belum sempat Kalyca melangkah, tangannya dicekal oleh pria tersebut.
"gue gak lama, boleh gue titip ini buat dia? Makasih sebelumnya, gue pamit!!"
Kalyca menerima sebuah amplop coklat ditangannya, dan pria itu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Siapa dia sebenarnya? Kenapa wajah mereka berdua nampak sedikit mirip? Apa mungkin dia..
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Terkikis
Historia CortaSlowly but sure, semua ingatan tentangmu akan perlahan terkikis lalu menghilang selamanya.