BAB V

26 4 4
                                    

"Maaf Gio, tapi aku mengembalikan ini. Terima kasih."

Tujuan Lucy berangkat ke kantor lebih awal hanya untuk ini. Masuk ke ruangan bosnya dan mengembalikan ponsel pintar keluaran terbaru yang diberikan Gio padanya. Gio hanya memandangnya datar.

"Kau bahkan tidak membuka segelnya sama sekali."

"Aku akan membalas pesanmu berikutnya jika memang menyangkut masalah pekerjaan, aku sudah mendapatkan ponselku kembali."

"Aku tidak mau menerimanya. Aku memberikannya untukmu, Lucia."

"Aku juga tidak mau menerimanya, maafkan aku Gio."

Lucy masih menunduk saat perdebatan berlangsung. Ia tetap pada pendiriannya, begitu pula dengan Gio.

Ponsel pemberian Gio ini sempat membuat Elly tidak menyapanya selama beberapa hari, bahkan setelah Lucy memberikan seribu alasan. Penyebabnya masih klasik, cemburu. Ia tidak mau benda mati merusak hubungannya, ia bahkan tidak membutuhkannya. Ia memang bukan orang kaya, namun memanfaatkan pemberian orang lain bukanlah sifatnya.

"Kalau begitu aku akan membuangnya," ujar Gio kemudian mengambil kotak ponsel itu dan melemparnya ke tempat sampah di samping meja kerjanya. Lucy terkejut, tentu saja.

"Lebih bijak bila kau memberikan benda itu pada orang yang lebih membutuhkan daripada membuangnya. Maafkan aku, aku akan kembali ke ruanganku."

Lucy masih menunduk hingga ia keluar dari ruangan Gio. Ia takut menatap wajah bosnya. Sungguh! Diam adalah reaksi yang lebih menakutkan dibandingkan dengan makian.

^^^

Gio berdiri dari kursinya selepas Lucy pergi dari dalam ruangan. Ia mengacak rambutnya kesal kemudian menendang keras meja kerjanya. Ia tidak habis pikir dengan tingkah laku salah satu anak buahnya itu. Ia hanya mencoba berbaik hati, memberikan simpati yang lebih dibandingkan dengan para staf yang lain, namun semua itu ditolak mentah-mentah. Semua perempuan selalu tunduk dengan harta, namun yang satu ini berbeda. Ia duduk kembali di kursinya, menggeram marah, melirik kotak berisi ponsel baru yang ada di tempat sampah kemudian menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, mengurut pangkal hidungnya.

"Apa yang kau inginkan, Lucia? Kenapa sulit sekali membuatmu patuh padaku?" geramnya putus asa.

Sebenarnya, sejak awal pertemuan, ia ingin mendapatkan perempuan itu, bukan Elly yang selalu tersenyum cerah padanya, melainkan Lucy, sosok yang terang-terangan menunjukkan sikap tidak patuh. Ia penasaran dan ingin menundukkannya. Satu-satunya yang membuat Lucy patuh adalah saat ia mengancamnya.

"Apa aku harus mengancamnya lagi?"

^^^

Lucy duduk di kursinya, menulis berita seperti biasa. Beberapa hari ini tidak ada berita yang harus disulap oleh Lucy, namun entah mengapa ia merasa pundaknya memberat. Ia menyandar sesaat sambil memejamkan matanya.

"Lucy!"

Suara teriakan manja yang dikenalnya, perempuan berambut pirang sebahu dan kulit sedikit merah menghampirinya dengan wajah bahagia, sudah pasti ada berita bagus menurut versinya yang akan disampaikan pada Lucy.

"Ada apa, Elly?"

"Hei! Kenapa kau murung seperti itu? Kau sakit?"

Sakit! Kalau menyangkut masalahnya dengan si Bos.

"Tidak. Ada masalah kecil, tapi tidak perlu dikhawatirkan."

"Coba tebak! Malam ini aku akan kencan dengan Freddy!"

LežTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang