BAB XIV

14 1 0
                                    

Hari minggu, Lucy ada di apartemen bersama Hannah, sedangkan Kyan pergi untuk menyelesaikan beberapa urusan di rumah. Luke datang setelah Lucy mengirimkan koordinat lokasi apartemen Kyan pada Luke.

"Kami masih belum menemukan jawabannya, Kak. Ini bukan nomor telepon seseorang karena semua kode wilayah sudah kami padukan dengan nomor ini. Tidak ada seorang pun yang mengenal Olivia Malden."

Lucy menarik napas panjang. "Apa ada yang lain?"

"Orang yang masuk ke apartemen Olivia sebelum kita saat itu adalah Wakil Kepala FBI, Derek Bowman. Bila dilihat dari jabatannya, memang memungkinkan Tuan Bowman memeriksa lokasi kejadian, namun ada yang aneh dengan gerak-geriknya, ia tidak seperti mencari sesuatu, melainkan sedang memeriksa sesuatu."

"Apa dia berusaha menghilangkan jejak?"

"Mungkin. Sayangnya penjahat lebih dulu tertangkap dan dibebaskan kembali setelahnya tanpa syarat di bawah komando Patrick Aston."

Lucy tersenyum lemah. "Terima kasih, Luke. Kau sangat membantu."

"Sudah seharusnya, Kak." Luke mengenakan topinya kembali, kemudian bangkit. "Sandra masih mencari secara diam-diam, kami berdua benar-benar diawasi oleh Aston kali ini."

"Maafkan aku, Luke."

"Kak, Olivia adalah saudara kita. Aku juga tidak terima dengan kematiannya, sama sepertimu. Aku harus pergi. Di sini jauh lebih aman daripada di apartemenmu. Menikahlah dengannya, Kak!"

Wajah Lucy merona. "Luke!"

"Kalian sudah seperti suami istri dengan satu anak, tahu!"

"Oh baiklah Luke, berhenti mengarang cerita dan segera berangkat!"

"Sampai jumpa, Kak!"

Lucy menutup pintu setelah Luke keluar dari apartemen. Suami istri dengan satu anak? Lucy tersenyum mendengarnya. Adiknya terlalu mengada-ada!

^^^

Kyan datang sore harinya, ia mencium aroma masakan yang sangat lezat. Hannah menyambutnya. Sejenak ia berpikir, apakah begini rasanya memiliki sebuah keluarga? Senang saat ada yang menyambutnya di rumah.

"Hei Hannah! Aku membelikanmu ini," ujar Kyan sembari menyerahkan kotak berwarna hitam pada Hannah.

"Ponsel?" tanya Hannah bingung.

"Ya ... maaf aku tidak memberikanmu ponsel terbaru. Kau masih kecil dan hanya perlu sesuatu yang bisa digukanakn untuk menghubungi kami."

"Tidak apa-apa, aku menyukainya. Terima kaish, Kyan!" ujar Hannah sambil tersenyum senang menerima pemberian Kyan, memeluknya erat.

"Kyan? Kau sudah pulang?"

Lucy muncul dari dalam dapur dengan rambut pendek cokelatnya yang sebagian diikat ke belakang, ia mengenakan kaus pendek berwarna merah jambu dan juga celana sebatas lutut. Hannah melepas peluknya dan kembali duduk di kursi sambil melihat ponsel barunya. Kyan tersenyum. Sesaat wajahnya memanas, Lucy terlihat seperti seorang istri yang menyambut suaminya. Senyumannya bahkan mampu menghilangkan lelahnya.

"Kau memasak sesuatu?"

Lucy tampak salah tingkah. "Ya ... maaf aku lancang menggunakan dapurmu. Aku dan Hannah merasa lapar, kemudian aku melihat bahan-bahan yang ada di kulkas dan memasaknya."

Kyan berpikir sejenak, seingatnya tidak ada bahan banyak di kulkasnya, hanya ada keju, tomat, beberapa bumbu, kentang, wortel, dan telur.

"Apa yang kau masak?" tanya Kyan.

LežTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang