Jika saja yang abadi hanyalah namaku di puisimu, barangkali saat itu do'a bahagia untukku sudah sampai kepada Tuhan.
•
Kim Seohee adalah anak angkat Seokjin. Dia diadopsi dari sebuah panti asuhan saat masih bayi. Saat itu perusahaannya menjadi donatur tetap di sana jauh sebelum dirinya menjadi pemimpin perusahaan yang dulu dipimpin ayahnya.
Seokjin mengadopsi Seohee tepat saat Hyosi melahirkan bayinya setelah satu tahun pernikahannya dengan Hoseok. Seokjin melakukan itu untuk menyembuhkan hatinya. Melihat Hoseok dengan bahagia menyambut kelahiran putranya yang rupanya terlahir kembar. Seokjin merasa panas. Seharusnya dialah yang berada di posisi itu. Menjadi seorang ayah dan suami dari Hyosi, wanita yang dicintainya.
Seokjin menghabiskan waktunya untuk merawat Seohee dengan bantuan ibunya. Saat beliau bertanya kenapa Seokjin mengadopsi bayi perempuan, Seokjin hanya menjawab kalau dia ingin ketika putrinya dewasa, dia mendapatkan cintanya dengan utuh. Pun beliau juga menghormati keputusan Seokjin untuk tidak menikah sebelum dirinya menjabat sebagai direktur.
Entah harus dikatakan beruntung atau ketidak beruntungan, Jisoo jatuh hati kepada Seohee saat dia memasuki tahun pertama sekolah menengah. Itu adalah pertama kalinya Jisoo bertemu dengan Seohee dan dia mulai menaruh hatinya pada gadis itu. Jisoo menyukai Seohee dan sempat ingin mengatakan perasaannya di tahun kedua, tetapi itu tak pernah terjadi. Tidak setelah ibunya membawa seorang pria ke rumah bersama seorang gadis yang tak lain adalah Seohee sendiri.
Ibunya memberi tahu kalau pria bernama Seokjin ini adalah kekasihnya dan Seohee adalah putri dari pria itu.
Sejak saat itu, Jisoo berusaha melupakan perasaannya kepada Seohee. Jisoo tidak bisa menyukai Seohee setelah tahu dia anak dari Kim Seokjin, kekasih ibunya. Setiap kali ada kesempatan bertemu dengan Jisoo, Seohee yang merasa harus menyapa itu malah tidak diberi atensi sama sekali.
Jisoo berubah tak suka padanya. Jisoo tak akan segan menunjukkan ketidaksukaan dirinya padanya sehingga membuat Seohee bersedih.
Beberapa bulan kemudian, Seohee mendatangi Jisoo saat ia baru saja selesai dengan akademinya. Jisoo harus meminta Jihoo pulang lebih dulu karena Seohee ingin berbicara dengannnya. Waktu itu, Jihoo sudah tahu Seohee anak dari Seokjin dan karena dia tidak terlalu peduli, dia pergi begitu saja membiarkan kakaknya bersama Seohee.
"Ada apa?" tanya Jisoo sore itu di sebuah kafe yang tak jauh dari tempat akademinya.
"Apa aku mengganggumu?" tanya Seohee.
"Sudah, katakan saja."
Seohee tertunduk mendengar jawaban yang tidak ramah itu, dia menelan ludahnya dengan pahit dan mulai kembali bicara, "Aku tidak tahu harus mulai darimana tapi, Jisooㅡ"
"Langsung saja, waktuku tidak banyak."
Seohee menutup rapat mulutnya ketika Jisoo menyela.
Melihatnya membuat Jisoo mendengkus, "Lihat dirimu ini, sekarang kau malah diam. Aku akan pergi kalau kau tetap seperti ini."
Lalu dengan tidak sabar Jisoo benar-benar berdiri. Namun, tak sempat melangkah Seohee sudah menarik ujung almamater sekolahnya.
"Jisoo-ya, jangan pergi! Kumohon duduklah dulu. Tak bisakah kita bicara baik-baik?"
Jisoo muak mendengar suaranya yang terdengar memohon itu. Meski pada akhirnya mau tak mau dia memenuhi keinginan Seohee dan mulai mendengarkan dalam diam.
"Aku akan cepat. Jadi, tolong dengarkan aku."
Jisoo memalingkan wajah begitu melihat Seohee menggigit bibir bawahnya ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'Clock [Jung Hoseok] ✓
FanfictionAda senyuman yang begitu sulit kumaknai, ada juga rasa yang sangat sulit kuartikan apalagi kuungkapkan. Saat kita berada di persimpangan jalan, aku berusaha membawamu pulang, tetapi ternyata kau pulang pada pelukan lain. Bukan pada rumah di mana aku...