07 - Es Krim

9 3 0
                                    

Lo tau apa ketakutan terbesar gue? Gue takut kalau suatu hari nanti gue bangun tanpa lo di hidup gue

- zal -


Kini mereka berdua berada di depan stan sebuah es krim. Setelah turun dari bianglala tadi, mereka memutuskan untuk masuk ke rumah hantu. Atau lebih tepatnya Azka yang memaksa Aletta untuk mau masuk ke rumah hantu dengan alasan Aletta sudah memaksanya untuk naik bianglala meskipun ia menolaknya. Berkali - kali Aletta berusaha menolak, tapi tetap saja pada akhirnya ia menurut pada Azka asal Azka berjanji akan membelikannya es krim setelah itu.

"Bang, es krim Choco Mint satu. Sama Choco Vanilla with choco chips satu" ucap Azka pada penjual es krim.

"Siap, Mas" jawab penjual es krim.
"Mas, itu pacarnya ngambek ya?" tanya penjual es krim sambil menunjuk pada Aletta yang berdiri agak jauh dari Azka dengan wajah ditekuk.

"Bukan pacar, Bang" jawab Azka

"Saudara?"

"Mantan"

"Wah, lagi proses balikan ya?" tanyanya lagi.

Balikan? Azka hanya diam tidak menjawab. Ia bahkan tidak tau apakah hatinya bisa menerima Aletta kembali. Ia juga tidak mengerti permainan apa yang tengah Aletta mainkan saat ini. Ia hanya tau, jika ia ingin mengetahuinya ia harus mengikuti permainan yang ada.

Azka menerima es krim pesannya, kemudian memberikan dua lembar uang kertas pada penjual es krim.
"Makasih, Bang" kata Azka.

"Sama - sama. Sukses terus, Mas" kata penjual es krim.

Azka hanya mengangguk kemudian menghampiri Aletta yang berdiri dengan tangan disilangkan di depan dada. Bibirnya mengerucut kesal.

"Nih es krim favorit lo. Choco Vanilla with Choco Chips " Azka memberikan es krim pada Aletta. Sejenak Aletta terpaku mengetahui kalau Azka masih mengingat jenis es krim favoritnya.

Aletta menerima es krim itu,
"Makasih" ucapnya dengan sedikit tidak ikhlas.

"Lo masih marah sama gue?" tanya Azka.

"Gak"

"Marah kan?"

"Gak"

"Gue gak percaya"

"Bodo amat" jawab Aletta sewot.

Azka terkekeh, sudah jelas kalau Aletta marah padanya. Saat dulu mereka masih bersama, Aletta selalu bersedekap dan enggan menatap Azka jika ia tengah marah. Seperti saat ini.

"Kan lo sendiri yang bilang. Cara terbaik buat lepas dari ketakutan adalah dengan melawan rasa takut itu sendiri" kata Azka.

"Siapa bilang gue takut rumah hantu? Gue gak takut" balas Aletta.

"Terus kenapa lo marah kalo lo gak takut? Lo juga maksa gue naik bianglala walaupun lo tau gue takut ketinggian"

"Gue gak maksa"

"Gak maksa? Jelas - jelas lo narik gue. Apa itu bukan maksa namanya!?"

"Gue gak maksa lo, Azka!!" sentak Aletta.

Kini mereka berdua saling menatap satu sama lainnya. Azka bisa melihat kalau mata Aletta berkaca - kaca,
"Sekarang jelasin kenapa lo marah sama gue!" kata Azka.

"Karena lo ninggalin gue" jawab Aletta lirih. Azka terperangah tak percaya, hanya karena itu Aletta marah padanya?

Memang sesaat setelah mereka masuk rumah hantu, Azka melepaskan genggaman tangannya dari Aletta. Kondisi ruangan yang gelap membuat Aletta kesulitan untuk mencari Azka. Padahal Azka sudah berjanji kalau ia akan memegangi Aletta hingga keluar dari rumah hantu. Ditambah lagi rasa sakit yang tiba - tiba Aletta rasakan di kepalanya membuat Aletta semakin panik di dalam sana.

One Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang