Hujan itu... 1% air, 99% kenangan
-unknown-
Aletta sudah bersiap di depan cermin di kamarnya. Menyelesaikan sentuhan terakhir make up di wajahnya. Ia menatap pantulan dirinya. Memastikan bahwa make up di wajahnya tidak terlalu berlebihan. Sebenarnya, Aletta tidak suka memakai make up, hanya saja ia terpaksa dan harus memakainya untuk menutupi wajah pucatnya. Ia tidak ingin membuat Azka curiga.
Aletta mengambil tas berisi kamera, dompet, dan ponsel yang ada di atas nakas kemudian keluar dari kamarnya menuju ruang tamu dimana Rani dan Azka tengah duduk dan berbincang sembari menunggunya.
Aletta mengirim pesan pada Azka sore tadi agar menjemputnya karena ia ingin mengajak Azka pergi ke suatu tempat. Suatu tempat yang Aletta yakin Azka pasti menyukainya.
"Hai semuanyaaa!" sapa Aletta dengan riang. Rani dan Azka menoleh saat mendengar suara Aletta. Rani menatap putrinya tidak percaya.
"Sayang, Kamu cantik banget" puji Rani pada putrinya. Aletta mengenakan dress selutut berwarna peach dengan rambut yang sebagian di kepang dan sebagian lainnya dibiarkan terurai. Sebuah jam tangan kecil melingkar di pergelangan tangannya.
Azka menatap Aletta dengan takjub. Bahkan setelah sekian lama, Aletta tetap cantik dimatanya. Tidak peduli seberapa buruk Aletta memperlakukannya dulu. Bohong jika hatinya tidak merasakan debaran itu lagi. Debaran yang sama saat pertama kali ia mengenal Aletta dalam hidupnya.
Aletta tersenyum lebar mendengar pujian dari Ibunya. Setidaknya waktu yang ia habiskan untuk bersiap tidaklah sia - sia.
"Iya dong, Mah. Kan Aletta anak Mama" kata Aletta sembari terkekeh membuat Rani ikut tertawa.Kemudian pandangan Aletta jatuh pada Azka yang masih duduk di sofa maroon di ruang tamunya. Aletta tidak bohong, Azka selalu saja terlihat tampan dan keren kapanpun. Seperti saat ini, Azka mengenakan jeans hitam, kaos putih dan jaket denim biru muda. Rambutnya ditata berjambul dan sebuah jam tangan hitam melingkar di pergelangan tangannya.
Pandangan keduanya bertemu. Tersenyum satu sama lainnya. Kemudian pandangan Azka jatuh pada jam kecil di pergelangan tangan Aletta. Jam itu adalah jam pemberiannya dulu. Azka menghela nafas, lagi - lagi Aletta masih menyimpan barang - barang pemberian Azka.
"Hai, Azkaa" sapa Aletta. Azka hanya tersenyum.
"Ya udah gih kalian pergi sekarang. Nanti keburu malem" kata Rani. Azka dan Aletta mengangguk.
"Aletta pergi dulu, Mah" kata Aletta mencium tangan Rani diikuti oleh Azka.
"Azka juga pergi dulu, Tante" kata Azka.
Keduanya berjalan keluar rumah menuju mobil Azka yang terparkir di halaman rumah Aletta.
"Hati - hati!" kata Rani saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil. Aletta tersenyum kemudian melambaikan tangannya pada Rani.
"Bye, Mah" ucapnya.Dalam perjalanan keduanya hanya diam mendengarkan musik yang di putar dari list lagu milik Azka. Sesekali Aletta ikut bersenandung pelan mengikuti lirik.
Jalanan tidak terlalu ramai, dan Aletta bersyukur untuk itu. Setidaknya mereka tidak perlu berlama - lama dijalan.
Aletta melihat keluar jendela, titik - titik air yang jatuh menandakan kalau hujan turun. Aletta tersenyum, ia selalu menyukai hujan. Aletta jadi teringat saat dulu ia dan Azka bermain hujan sepulang sekolah.
Saat itu Azka tengah mengantar Aletta pulang, namun hujan turun membuat mereka terpaksa berhenti untuk berteduh. Mereka berteduh di depan sebuah toko lama yang sudah tidak terpakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time
Fiksi RemajaApa yang akan kau lakukan saat tiba - tiba mantanmu datang ke rumah tanpa peringatan dan mengajakmu "kencan"? Terkejut? Pasti. Begitulah yang di rasakan Azka saat tiba - tiba Aletta, berdiri di depan pintu rumahnya dengan senyum yang merekah. ______...