Dua orang pemuda yang sedang asik berjalan bersama ditengah sebuah hutan di kejutkan dengan suara tangisan bayi di tengah malam bersalju yang dingin.
12 tahun berlalu anak itu tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan tampan di sukai banyak orang, tap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sato dan Ayato saat ini tepat berada di depan kantor menara Hokage.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saling berhadapan satu sama lain Sato terlihat tak perduli meski saat ini dihadapanya berdiri Papanya dengan tampang penuh tanya.
"Kenapa kau melakukan yang seperti itu tadi?" Tanya Ayato tak mengerti kenapa putranya itu begitu marah seperti ini.
"......"
"Apa ini karna gadis itu mengatakan Sasuke adalah Ayahnya!? kau jadi tak terima dan membuat moodmu menjadi buruk? Gadis itu tak tahu jika Sasuke bukanlah ayahnya jadi kau tak perlu semarah itu Sato"
"......"
Ayato berjalan mendekati sang putra dan menarik Sato ke dalam pelukannya mencoba menenangkan bocah laki-laki itu meski hanya sedikit.
"Sato Kau masih punya Papa di sini, apa kau tak menganggap Papamu ini sebagai Ayahmu? Apa kau hanya menganggap Sasuke saja sebagai Ayahmu?" Ujar Ayato sambil memeluk hangat Sato meskipun hatinya cukup kecewa dengan pernyataan yang dilontarkan oleh dirinya sendiri itu.
"Bukan, bukan begitu..." gumam Sato.
"Lalu kenapa kau sangat kesal hanya karna masalah sepeleh seperti itu?"
"Aku hanya merasa kesal jika orang tuaku di akui oleh orang lain, jika Papa juga di akui orang lain sebangai Papa mereka aku juga pasti akan sangat kesal juga" jawab Sato dengan polosnya.
"Ha.. ha.. ha... jadi karna itu, Astaga ternyata kau sangat posesif ya.... tapi itu terasa manis" ujar Ayato gemas dg jawaban sang anak.
"Papa"
"Ha...ha.. ok...ok... kamu harus dengarkan ini Sato dan selalu menginggatnya dalam hati dan pikiranmu, kami ini adalah orang tuamu sampai kapanpun akan tetap seperti itu, takkan perna ada orang yg bisa memungkirinya, darah kami mengalir juga di darahmu jadi kau jangan khawatir jika orang lain akan merebut kami darimu, karna kamu adalah Satu- satunya putra kami. kamu mengerti?"
"Aku mengerti... maaf sudah berbuat bodoh" Sato menundukan kepala tanda menyesal.
"Tak apa itu wajar terjadi pada anak seusiamu, tapi aku benar-benar tak menyangkah kau akan memiliki sifat posesif seperti ini" ujar Ayato dg senyum cerahnya.