three

441 56 10
                                    

"Yebin, kita mau pergi makan hotpot, ayo ikut" ajak salah satu temanku.

Aku menggeleng.

"Aku ikut lain kali saja, hari ini aku sibuk" kataku.

Sudah lewat 4 hari sejak kejadian itu.

Aku selalu menunggu Jimin di taman atau di perpustakaan.

Sesekali aku mengunjungi gedung fakultasnya namun aku tidak pernah menemuinya.

Sekarang, aku sedang menanyakan tentang Jimin kepada teman-temannya.

Mereka bilang hari ini ia tidak hadir dalam kelas.

"Aku yakin ia akan marah padaku jika mengetahui ini, tapi ini alamat rumah Jimin" kata salah satu temannya sambil memberikan kertas bertuliskan alamat.

"Terima kasih banyak" kataku lalu pergi.

Aku mencoba menelfonnya dan lain-lain, tidak ada balasan.

Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke rumahnya.

Sebelum itu, aku pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mengganti pakaian dan membawa bahan-bahan untuk memasak.

Jimin sangat suka tonkatsu, ia tidak pernah muak akan itu, maka aku akan membuatnya nanti di rumahnya.

Rumah Jimin ternyata lumayan jauh dari rumahku.

Dengan bus umum memakan waktu 20 menit.

Aku menahan diri ketika sampai di depan rumahnya.

Mobilnya terparkir di garasi yang terbuka sedikit.

Ia ada di rumah.

Aku mengetuk pintu.

"Jimin-ah" panggilku.

Tidak ada jawaban.

Aku kembali lagi memanggil namanya, tetap tidak ada jawaban.

Aku membuka pintunya, ternyata tidak dikunci.

"Permisi" ujarku saat masuk ke dalam rumahnya.

Rumahnya berantakan.

Piring kotor menumpuk, pakaian kotor dimana-mana, juga tersebar pecahan kaca.

Jimin sepertinya habis mengamuk.

Aku menaruh barang-barangku di meja makan.

Lalu aku masuk ke dalam kamarnya.

Itu Jimin.

Ia sedang tidur dengan pulas.

Aku menahan tawa melihatnya memakai piyama.

Lucu.

Kamarnya juga berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamarnya juga berantakan.

Lalu aku duduk disampingnya, mengelus rambutnya.

"Ibu.." gumamnya.

Apa sesuatu terjadi pada ibunya?

"Ibu.. Jangan tinggalkan aku" lanjutnya.

Aku menatapnya agak lama.

Inikah Jimin yang sebenarnya?

Sifatnya yang selalu ia sembunyikan.

Jimin-ah, sepertinya ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentangmu.

Aku beranjak dari tempat tidur, namun Jimin menahan tanganku.

"Jangan pergi" katanya, masih dalam keadaan tertidur.

Aku mengambil boneka bebek yang ada di meja lalu menyelipkannya ke pelukan Jimin.

Ia menghisap jempolnya, seperti anak bayi.

Jimin ternyata mengoleksi boneka.

Aku mengikat rambutku dan mulai merapihkan kekacauan ini dimulai dari kamarnya.

Dari kamarnya, aku dapat melihat berbagai sisi dari seorang Park Jimin.

Sisi kekanakkannya, sisi bad boy nya, dan lain-lain.

Jangan lupakan sisi mesumnya.

Maaf Jimin, aku tidak sengaja menemukan box berisi majalah dewasa milikmu di bawah tempat tidur.

Aku lanjut membersihkan rumah itu sampai bersih.

Setelah 1 jam, rumah itu benar-benar bersih, aku bahkan mencuci pakaiannya.

Untuk kedua kalinya.

Maaf Jimin, aku tidak sengaja melihat pakaian dalammu yang bermotif bebek karet.

Aku menyeka keringatku.

"Sekarang tinggal memasak" gumamku.

Aku mulai memasak tonkatsu untuk Jimin dengan bahan-bahan yang kubawa dari rumah.

Karena dari observasiku, Jimin bukanlah tipe lelaki yang gemar memasak, maka isi kulkasnya hanya seadanya saja.

5 menit kemudian aku mendengar suara langkah kaki yang berat.

Jimin bangun karena suaraku di dapur.

"Hai Jimin, tidur mu nyenyak?" aku tersenyum melihat Jimin dengan muka bantal dan rambutnya yang acak-acakan.

Mata Jimin membesar ketika melihatku.

"Y-yebin..?"

"Ya?"

Bukannya senang, ia terlihat terkejut dan sedikit marah.

"Kau kenapa ada disini?!"

































Aku lagi libur makanya rajin up.

Besok-besok gak kayak gini wkwk.

filter • pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang