Pagi harinya, Eliza telah siap menggunakan seragam sekolahnya, ia sedang menatap pantulan dirinya di cermin, ia mengolesi sedikit lip balm pada bibirnya agar tidak terlihat pucat dan saat melihat mata sembabnya ia hanya bisa menghela nafas.
Semangat El, yakin bahwa semuanya pasti akan baik baik saja. Lirihnya dalam hati
~Skip~
Eliza telah sampai di sekolah, saat di depan gerbang ia melihat kedua sahabatnya yaitu wuri dan sarah.
" Assalamualaikum, selamat pagi eliza." Sapa wuri
" Waalaikumsalam ri, sar, kenapa belum masuk ke kelas?"
" Kita nungguin kamuu lah El." Ucap wuri sedikit kesal
" Baiklah ayo sekarang kita masuk takut telat." Ucap Eliza
" Eh El, ngomong ngomong tumben kamu berangkatnya naik angkot." Ujar Sarah
" Iya ayahku sedang pergi keluar kota jadi tadi berangkatnya pagi sekali takut ketinggalan pesawat." Ucap Eliza
" Kenapa tidak minta dijemput sama Albab El?" Tanya wuri
" Katanya dia sibuk." Ucap Eliza
"Tapi tadi kita lihat dia bonceng lita deh El." Ucap Sarah
Eliza tidak merasa terkejut karena dia sudah terbiasa, dia sudah meyakinkan pada dirinya sendiri untuk berhenti berharap pada seorang Albab Khairan Ghazzal.
Mereka pun berjalan menuju kelas diiringi obrolan obrolan mereka yang konyol.
Tak terasa mereka telah sampai di depan kelas, saat mereka ingin masuk, tidak sengaja mereka mendengar sesuatu." Al, gue lihat lo lebih sering bareng sama lita dibanding eliza yang notabennya kekasih lo." Ucap Faris salah satu sahabat Albab
" Gue males bareng dia, gue juga ga nyaman saat deket deket dia." Ujar Albab cuek
" Terus kalo lo ga nyaman bareng dia, kenapa lo jadian sama dia sih Al, Eliza itu perempuan baik kok lo tega sih nyakitin perempuan sebaik dia." Kesal Ilham sahabat Albab yang lainnya
" Karena Albab kasian sama Eliza, dia itu sebenernya ga suka apalagi cinta sama Eliza." Ucap Talita
" Yahh benar yang dikatakan lita, gue itu cuma kasian sama dia, dan gue sama lita itu gaada hubungan apa apa tapi saat gue deket sama lita gue nyaman." Ucap Albab tersenyum ke arah lita
Eliza mematung, tubuhnya kaku, perasaannya sulit untuk di deskripsikan, tatapan matanya menyimpan banyak hal.
" Elizaa." Lirih Asna
Asna berjalan menuju Eliza, tatapan matanya sendu.
Albab, Faris, Ilham dan lita menengok saat asna menyebut nama seseorang yang sejak tadi menjadi bahan pembicaraan mereka.
Albab jelas terkejut melihat Eliza berada dibelakang mereka, dan Albab yakin bahwa eliza mendengar semua pembicaraan mereka tadi terlihat dari reaksi tubuh gadis tersebut.
Eliza perlahan melangkahkan kakinya kehadapan laki laki yang telah lama menjadi kekasihnya tersebut, beruntungnya kelas belum terlalu ramai karena waktu masih pagi.
Eliza menatap tepat di kedua mata Albab, seakan akan dia ingin menyalurkan semua rasa yang Eliza rasakan lewat tatapan mata itu tak lupa dengan senyuman manis yang tak luput dari bibir manisnya.
Entah mengapa saat melihat senyuman itu hatinya merasakan sesuatu yang tidak bisa dia sendiri mengerti dan jelaskan.
" Aku tak menyangkan Al, telah lama kita menjalin hubungan, telah banyak kenangan yang kita ukir bersama tapi itu semua bukan karena cinta tapi karena rasa kasihan kamu.
Selama ini aku yang memang bodoh atau kamu yang memang pandai menipu orang Al? Apa selama ini kamu menganggap hati aku hanya sebuah candaan Al? Apa memang disini tidak ada lagi rasa apapun yang kamu punya terhadapku selain rasa kasihan Al?" Ucap eliza sambil menunjuk dada AlbabAlbab memalingkan wajah nya, ia tak suka melihat eliza dengan tatapan mata seperti ini.
" Jika memang begitu Al, jika selama ini aku tak membuatmu nyaman seperti yang kamu katakan pada teman temanmu tadi, jika bersama Talita membuat mu nyaman, maka aku ikhlas Al aku menyerah, dan kita akhiri hubungan ini." Ucap eliza dengan senyum yang lebih manis dari sebelumnya tapi bagi Albab senyum itu membuat hatinya merasa sesak
" Eliza, jangan mengambil keputusan ini semua salah paham El." Ucap Faris
" Ini bukan sebuah kesalahpahaman ris, ini semua benar adanya dan solusi terbaik adalah dengan sebuah perpisahan." Ucap eliza
Tak terasa bel masuk telah berbunyi, banyak siswa siswi berhamburan masuk kelas disusul dengan guru Fisika
Selama pelajaran berlangsung eliza diam tidak mengeluarkan sepatah katapun, sahabatnya pun tak bertanya karena mereka paham bahwa eliza butuh waktu.
Tak jauh berbeda dengan eliza, albab pun termenung, materi yang dijelaskan guru didepan tidak menempel di otaknya, Albab pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, setelah eliza mengakhiri hubungan mereka albab merasa ada sebagian dari dirinya yang pergi dan dia merasa hampa.
Faris yang duduk disebelahnya tau bahwa sahabatnya itu secara tidak sadar telah mencintai eliza.
" Penyesalan itu tidak datang diawal tetapi di akhir Al, jika lo ngerti sama hati lo, lo pasti paham bahwa sebenernya hati lo telah menetapkan pilihannya kepada eliza." Ujar faris
Albab hanya menatapnya tanpa berniat membalas ucapan yang terlontar dari mulut sahabatnya tersebut.
Apa benar tanpa gue sadari hati ini telah memilih lo El? Ucapnya dalan hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Rasa
Teen FictionTentang seorang wanita yang berjuang untuk bertahan di dunia ini. Seorang wanita yang tak percaya pada manusia manapun. Seorang wanita yang hanya menggantungkan setiap harapannya hanya kepada Tuhannya. Seorang wanita yang merasa bahwa dunia dan takd...